Mungkin cukup disini saja, kau terlalu jauh, terlalu sempurna untuk menjadi sesuatu yang nyata. Biarlah hanya dalam mimpi saja, sudah cukup, sangat cukup, selebihnya aku ikhlas.
Aku tidak menyerah, bukan pula putus asa, selama masih ada celah, tentu takkan aku biarkan lenyap begitu saja, sangat menyakitkankan bila pada akhirnya segala perjuangan hilang tersapu kenyataan, dan hanya sekedar menjadi kenangan.
Aku hanya berhenti sejenak, memantaskan diri, bukan berarti berhenti berjuang untuk seterusnya, terlalu bodoh untuk melepaskanmu begitu saja tanpa perjuangan setengah mati, atau bahkan perjuangan sampai mati sekalipun.
Dan jika ada yang bertanya untuk apa berjuang mati-matian bila pada akhirnya perjuanganmu sia-sia dan tidak ada artinya? aku tersenyum dan hanya bisa menjawab setidaknya aku pernah berjuang, pernah merasakan manis-pahit suka-duka dalam perjalanan untuk mendapatkan apa yang aku perjuangkan. Kalaupun tidak berhasil mendapatkan sesuatu yang kuharapkan, tidak mengapa, setidaknya ada beberapa hal yang memaksa untuk menjadikan kita lebih dewasa dalam menghadapi segala hal, juga lebih paham dalam memilih jalan yang harus dilewati ataupun dihindari.
Ini bukan perihal hasil, akan tetapi perihal perjuangan dan takdir. Tuhan lebih tahu akan segala sesuatu, termasuk apa yang baik ataupun buruk untuk kita. Kita hanya bisa berjuang, berdoa, dan mengikhlaskan hasil, sisanya Tuhan yang lebih berhak menentukan.
////
KAMU SEDANG MEMBACA
Seiring Waktu Berlalu
RandomSeiring waktu berlalu merupakan karya tulis pertama saya di tahun 2019, entah apa jenis kategori tulisannya. Seiring waktu berlalu akan hadir di setiap bulan di tahun 2019, dibuat secara spontan setiap bulannya. Dengan tema setiap bulan yang seperti...