Kau sempurna, dimataku kau sama sekali tak terlihat kurang, meski kau sendiri berkata bahwa kau sangat dibawah rata-rata.
Selayaknya lelaki biasa ketika menyukai wanita, di dalam tubuh tangguh nan gagah, sebenarnya mereka rapuh, rentan akan terluka karena adanya penolakan yang bertindak sebagai resiko. Aku pun begitu, namun aku memilih diam, menyimpan rapat-rapat semua di hati yang terdalam.
Jika mencintaimu hanya menambah rasa sakit, maka sudah pasti aku fasih dalam dunia pesakitan. Jika sekedar menyayangimu hanya menambah rasa getir di dada, maka sudah aku pastikan, aku sudah mahir untuk berlapang dada.
Dalam diam aku pernah mencintai, dengan sepenuh hati, meski sampai kini tak ada satupun orang yang mengetahui.
Dalam diam aku pernah jatuh cinta, teramat sangat cinta, meski terdengar takhayul, dan sangat kecil kemungkinan untuk menjadi nyata.
Mencintaimu dalam diam, mungkin lebih baik dari segalanya, lebih baik daripada aku harus menelan kenyataan bahwa untukmu aku tak akan pernah menjadi segalanya.
Mencintaimu dalam diam, dalam kata yang tak terucap aku mencoba berucap bahwa sebenarnya aku terluka, berduka menahan rasa yang tak kunjung menjadi nyata.
Dalam kata yang tertiup angin, aku biarkan angin membawanya lepas, bebas menebus angkasa, menghilang jauh, meninggalkanku disini sendiri bersama hati yang mulai mati rasa.
////
KAMU SEDANG MEMBACA
Seiring Waktu Berlalu
RandomSeiring waktu berlalu merupakan karya tulis pertama saya di tahun 2019, entah apa jenis kategori tulisannya. Seiring waktu berlalu akan hadir di setiap bulan di tahun 2019, dibuat secara spontan setiap bulannya. Dengan tema setiap bulan yang seperti...