Seiring Waktu Berlalu

JULI

Aku bukan siapa-siapa, aku tak berhak melarangmu untuk apapun.
Kita sangat-sangatlah dekat, namun sampai kini kita sama sekali belum terikat.
Aku yang bodoh atau kau yang tak tahu diri?
Aku yang terus berharap bahwa kelak kita akan berjodoh.
Sementara kau acuh sibuk dengan segala sesuatu tentang kebaikanmu sendiri.

Aku tidak butuh emas berlian, aku hanya butuh setidaknya setitik perhatian.
Aku tidak butuh akan semua limpahan materi, aku hanya butuh kau untuk sekedar mengerti.

Sebenarnya kita ini apa? Teman? Coba katakan padaku teman macam apa yang tega dengan sengaja menyakiti perasaan temannya sendiri, dan terus mengulanginya sampai perasaan ini hampir mati.

Sebenarnya kita ini apa? Kekasih? Coba katakan padaku kekasih mana yang dengan sadar membiarkan kekasihnya terus menerus tersakiti, dan tak pernah mau bersakit-sakit demi kebahagiaan bersama selayaknya sepasang kekasih.

Sebenarnya kita ini apa?

Bukannya aku mencari pembelaan diri, aku tidak ingin menyalahkan siapapun. Aku hanya ingin bertanya adakah aku di dalam hatimu? Seberapa berarti aku di matamu? Seberapa banyak namaku kau sebut dalam doamu? Untuk apa dulu kau memintaku untuk setia menunggumu? Untuk apa aku dulu yang hampir setiap hari menemanimu sampai larut, sampai kau terlelap? Untuk apa aku dulu memperkenalkanmu dengan orang tuaku? Untuk apa aku disini membaca tulisan ini dengan harapan kau akan kembali? Untuk apa?

Aku belum tahu akan kemana, semua yang kau beri kemarin membuatku putus asa.

Aku sudah lelah menangisi semua, aku hanya ingin tenang tanpa sedikitpun memikirkan tentang kisah kemarin.

Dan untukmu, terserah kau mau berbuat apapun, itu hak mu sendiri, aku tak berhak apapun dalam hidupmu, semoga bahagia akan menyertaimu selalu. Aku hanya berharap aku lupa akan semua tentangmu.

////