SEPTEMBER

69 4 0
                                    

Sejenak aku terdiam, menghentikan langkah terburu untuk mengejar bayangmu.
Bayangan yang selalu hadir pada setiap mata tertutup.
Bayangan yang terlihat  jelas namun perlahan menghilang seolah terbawa matahari.
Bayangan yang nampak nyata, namun nyatanya digenggam pun tak bisa.

Sungguh, aku ingin berlari waktu itu, namun bayangmu berlari lebih cepat secepat dari biasanya, hingga meninggalkanku di sini menyisakan raut wajahku yang kusut selepas meratapi kepergianmu yang tak kenal akan kata pamit.

Aku tidak mengerti. Sebenarnya aku yang tidak tahu diri atau kau yang tidak punya hati.

Iya, memang aku tidak tahu diri, aku memang belum menjadi siapa-siapa untukmu, aku belum menjadi seseorang yang selalu hadir pada setiap doa yang kau panjatkan.

Akan tetapi apalah arti kedekatan kita separuh waktu dari tahun kemarin? Mana bisa aku menganggap semua yang kita lewati hanya sebatas angin lalu. Mana bisa dengan mudahnya aku terus melangkah jika tujuan pun tidak ada.

/
/

Selepas aku menjauh, mungkin tidak terjadi apa-apa dalam hidupmu. Mungkin aku hanya sebatas persinggahan singkat diantara sekian banyaknya kisah yang kau jalin. "Melupakan" mungkin bagimu mudah, bagiku luar biasa susah.

Kau curang, benar-benar curang, kau ajari aku bagaimana cara mencintai dengan sepenuh hati, tapi kau tidak mengajari aku bagaimana caranya membenci sesuatu yang sangat berarti.

Untuk itu aku mohon, ajari aku untuk membenci, sebab sampai saat ini engkau masih aku cintai.

////

Seiring Waktu BerlaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang