| t w o

1.4K 186 17
                                    

"Jimin-ah." Panggil Sana yang menyodorkan satu tempat bekal pada Jimin.

"Ani Sana-ya, aku tidak lapar."

Taehyung kembali melihat sahabatnya ini dengan tatapan prihatin. Mereka sedang dalam perjalanan menuju Busan, lokasi kejadian.

Pandangan Taehyung teralih pada eomma appa Jimin dan eomma Mina di pantulan cermin mobil. Terlebih pada eomma Mina, wanita paruh baya itu sepertinya benar-benar terpukul.

Suasana didalam mobil berbeda, semuanya melamun.

"Huft." Sana hanya merenung, dia juga kehilangan sahabatnya.

Korban pesawat yang tewas telah bertambah menjadi 122 orang. Tim penyelamat masih mencari para korban yang lain, diperkirakan masih ada 150 orang yang menghilang. Sementara 5 orang ditemukan masih dalam keadaan sad-

Dengan cepat, Jimin mematikan radio mobil. Taehyung menoleh, mendapati satu tetes air mata Jimin yang jatuh.

"Tenanglah, Mina pasti selamat."

Jimin tersenyum tipis, sangat tipis. Baginya sekarang, Mina adalah hidupnya.

"Apa yang lain sudah tahu?" Tanya Taehyung pada Sana yang duduk dibelakang.

"Hm, mereka juga akan ke Busan." Jawab Sana sebari menyalakan handphonenya. Hal pertama dilihatnya adalah foto dirinya dan Mina yang diambil oleh Dahyun saat ulang tahunnya.

"Mian." Ucap Jimin pelan.

"Kenapa kamu meminta maaf?" Tanya eomma Jimin dengan suara yang amat pelan.

"Jika saja aku mencegahnya untuk pergi, mungkin dia masih berada di-"

"Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Ini bukan salahmu." Eomma Mina bersuara, suara yang sangat amat lemah.
.
.

"Ahjumma! Ahjumma!"

Keadaan menjadi panik karena eomma Mina pingsan saat sudah berada di pelabuhan.

"Bangunlah."

Eomma Jimin ikut membantu Sana untuk menemani eomma Mina di mobil. Sementara Jimin, appa Jimin, dan juga Taehyung pergi mencari tahu apakah ada korban yang bernama Mina.

"Jimin-ah." Panggil Taehyung pada Jimin yang entah berjalan kemana.

"I-ini." Air mata Jimin kembali muncul. Tatapannya fokus pada benda yang dia pegang.

Sepatu.

Sepatu yang Mina pakai, sepatu yang baru saja kemarin diberikan kepada Mina di hari ulang tahunnya.

"Permisi." Salah satu petugas menghampiri Jimin, Jimin hanya menoleh dengan air mata yang terus mengalir.

"Apa anda salah satu dari keluarga korban?"

"I-iya, saya calon suami dari korban yang bernama Myoui Mina." Petugas itu mengangguk pelan, lalu membuka daftar nama korban. Mencari korban bernama Mina dengan hati-hati.

"Ada nama Myoui Mina disini, tapi.."

"Tapi apa?"

"Korban masih belum ditemukan."

Bagai tersambar petir, Jimin benar-benar terpukul.

"Lebih baik anda ikut saya untuk didata sebagai keluarga korban." Petugas itu berjalan pergi. Jimin dengan berat hati ikut mengikuti dari belakang.

"Permisi, salah satu keluarga korban." Ucap petugas tadi memberitahu seorang pertugas yang duduk diatas meja.

"Ah iya, keluarga korban atas nama siapa?"

SEA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang