6

1K 138 6
                                    

*



*
*

Suara mesin motor terdengar memasuki pagar rumah besar itu. Sakura mendongak melihat dari arah taman belakang, tuan mudanya yang baru pulang dari sekolah. Gadis itu tersenyum samar. Ia berada jauh dari pandangan jika di lihat dari depan. Sakura bisa melihat tuan mudanya memasuki garasi untuk mengandangkan kuda besinya. Kemudian laki laki itu keluar dari garasi. Mengambil sesuatu di saku jaketnya. Mengotak ngatik benda persegi itu dan melakukan panggilan entah pada siapa.

Netra sakura berbinar, ia selalu senang saat memandang laki laki itu mengenakan seragam sekolah seperti ini. Bukannya dia lancang ia hanya betah berlama lama memandang pakain putih berkerah meskipun tak terlihat karena tertutup oleh jaket tebalnya. Namun sakura bisa melihat celana bahan berwarna coklat muda yang tampak bagus jika di kenakan. Sakura akan dengan mudah memimpikannya di dalam tidurnya untuk nanti malam.

Bermimpi berseragam dengan tas di punggungnya.

Seseorang tampak menepuk bahunya. Sakura sedikit berjengit kaget. Ia menoleh dan mendapati ayame sudah berada di sampingnya. Sakura menghela nafas lega.
"Ada apa ayame-san?"

_________________________________________

Sakura berjalan mendekat kearah dimana sang majikan berada di ruang tengah bersama dengan tuan muda sulung. Ia membawa nampan berisikan ocha hangat dan kue jahe. Langkahnya di buat sepelan mungkin agar tidak melakukan kesalahan.  Sakura berjalan sambil pandangannya fokus pada ocha dalam gelas yang terus bergoyang karena tangannya yang bergetar. Sesekali ia melihat langkahnya ke depan agar tak tersandung. Mikoto masih tak memperdulikan kedatangan sakura, begitu pula dengan itachi, laki laki itu masih tetap fokus pada ponsel pintar dalam genggamannya. Sampai terdengar...

Braakkk

Praaank..

Sakura jatuh terduduk dengan sasuke yang berdiri di depannya, laki laki itu sesekali mengibaskan tangannya ke seragam putihnya. Jaket yang sebelumnya ia kenakan sudah lebih dulu ia lepas. Dan alhasil hanya kemeja putihnya saja yang terkena siraman ocha. Onyxnya berkilat marah saat mendapati sakura sebagai pelaku utama kekacauan itu. Ia bisa melihat gadis itu tengah memungut pecahan gelas yang beserakan di lantai lalu di tempatkan pecahan itu pada nampan stainlees yang juga terdapat kue jahe yang ia kumpulkan dari lantai.

Tangannya bergetar ketakutan, wajah merahnya tampak pucat tak berwarna. Mikoto dan itachi memandang kearah dimana sakura dan sasuke berada. Mikoto tak perduli, pandangannya beralih pada majalah yang berada di atas meja. Mengambilnya dan kemudian membaca majalah itu dengan acuh. Sedangkan uchiha sulung itu masih tak bergeming. Matanya masih fokus kearah gadis bersurai merah muda yang tampak ketakutan, ia bisa melihat tangan gadis itu bergetar dengan wajah menunduk. Onyx itu beralih pandang ke arah sang adik. Ia berusaha acuh sama seperti ibunya. Dan mencoba fokus kembali pada ponselnya.

Sasuke mengepalkan tangannya erat, rahangnya mengeras tertahan. Ia mengayunkan kakinya menendang nampan stainlees yang berada di dekat gadis merah muda itu dengan keras, dan menggasilkan suara yang begitu keras pula.

"Enyah kau dari sini, sialaan!!!"

Sasuke tak terbiasa menyembunyikan emosinya. Ia berteriak keras ke arah sakura. Gadis itu beringsut menunduk lebih kebawah. Sambil terus terusan bergumam kata maaf. Ia berjalan dengan lututnya untuk mengambil nampan yang di tendang menjauh oleh tuan mudanya. Sakura meringis menahah perih saat lututnya tergores pecahan gelas yang berserakan kembali di lantai. Noda darah membekas saat ia beranjak, namun sebelum benar benar berdiri ia sempat membersihkan noda itu dengan bajunya. Ia berdiri sempurna dan kembali ke arah dapur dengan nampan kosong. Sakura tak lagi perduli dengan pecahan gelas dan kue yang masih berserakan di ruangan itu. Ia bisa meminta tolong ayame nanti. Ia tak mungkin kembali ke ruangan tengah itu ketika tuan mudanya sudah memintanya pergi. sakura terlalu takut dengan kemarahan tuan mudanya. Matanya terasa memanas namun tak ada air mata disana. Ia terbiasa untuk tak menangis meskipun ia ingin, tapi sakura tak bisa.

*
*
*

Itachi berdiri dan beranjak dari ruangan itu dan berjalan kearah tangga menuju ke kamarnya. Langkahnya pelan, sesekali ia memejamkan matanya lalu menghela nafas berat.

________________________________________

Sakura sudah menduga pasti akan berakhir seperti ini lagi. Ia menghela nafas pelan setelah itu tersenyum samar. Ia memperbaiki gulungan rambutnya yang jatuh. Matanya berkeliling mencari tempat yang kiranya bisa menyamankan tubuhnya. Ia berhenti tepat di depan halte bus. Ia masih bisa melihat beberapa orang yang berada di halte untuk menungu bus. Ia mendongak melihat jam menggantung di atas sana. Pukul 9 malam. Belum terlalu larut untuk sebagian orang. Tapi tidak untuk gadis merah muda itu. Matanya sudah terasa berat. Ia sesekali menguap dan mengucek matanya. Bus terlihat berhenti di depan halte. Yang ia tau ini merupakan bus terakhir yang lewat. Orang orang yang sejak tadi duduk di bangku yang sama dengannya mulai beranjak untuk menaiki bus itu setelah penumpang yang berada di dalam bus bergantian untuk turun. Sakura bisa mendengar suara klakson yang cukup keras. Seorang di bangku kemudi bus tersebut tampak memandang ke arahnya. Sakura membungkukkan badannya. Ia memang tak berkeinginan untuk menaiki bus.

Bus berlalu bersamaan dengan orang orang yang mulai beranjak pergi meninggalkan halte. Kini hanya tinggal gadis merah muda itu seorang diri. ia mengeratkan mantel merahnya, bangku halte panjang itu tampak kosong, tak ada seorangpun disana selain dirinya. Sakura mencoba menyamankan posisi duduknya. Ia mengangkat kedua kakinya keatas bangku panjang sejajar dengan posisi duduknya. Sakura menyenderkan punggungnya pada tembok dan mencari cari posisi ternyaman untuk mengistirahatkan matanya.

*
*
*

Kabut yang cukup tebal nyatanya tak menyurutkan pengendara motor besar dengan helm fullface itu untuk melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Pusat kota masih nampak begitu ramai meskipun waktu menunjukkan pukul 11 malam.
Terlihat pengendara motor besar itu sesekali melambatkan laju motornya. Kepala berhelmnya menoleh ke kiri dan ke kananya. Ia tampak menikmati apa yang ia lihat. Jelas tak ada tujuan yang di kejarnya. Meskipun udara malam begitu membekukan tubuhnya, nyatanya itu tak menghalangi hobi malamnya dengan berkeliling kota dikala mata belum mengirimkan sinyal akan terpejam. Kadang ia membenci ini. Insomnia yang selalu di alaminya membuatnya benar benar menjadi layaknya hewan nokturnal. Yah.... ia akan kesulitan untuk mengkondisikan matanya saat berada di sekolah. Meskipun itu tak masalah. Nyatanya peringkat pertama di sekolahnya tak pernah terlepas darinya.

Mata onyxnya terkunci pada sebuah halte bus yang sepi. Ia mengerutkan alisnya, meskipun tak benar benar terlihat karena terhalang helmnya. Seseorang tampak bersandar duduk di atas bangku halte dengan tangan terlipat di atas perut. Wajahnya tertutup oleh syal yang melingkar di lehernya sampai menutupi sebagian wajah hingga hidungnya. Seseorang pengendara motor itu baru saja akan memalingkan wajahnya menghadap ke depan, namun terhenti saat helain merah muda tampak tertangkap netranya ketika seseorang itu bergerak tak nyaman hingga menjatuhkan topi rajut yang dipakainya.

*
*
*
*
Tbc.

Ehhmmmmm..... sebenarnya gak ada yang nanya ya kan...?? tapi cuma mau bilang semua cerita mungkin slow up... soalnya mata butuh istirahat dari sinar ponsel 😂 tapi di usahain gak akan lama... ini aja diem diem takut kena omel suami 😂😂😂😂

I lup yu gaees  😘😘😘😘😘😘


👇

After Winter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang