14

864 107 9
                                    

       

                      ****

Sakura membatu di tempatnya. Laki laki ini, kenapa bisa ada disini. Sakura hanya menatapnya sebentar kemudian pandangannya ia alihkan kemanapun asal menjauhi pandangan Onyx kelam itu. Sakura berjalan menjauh mengabaikan laki laki di depannya. Ia mulai berharap laki laki itu akan melupakan pertemuan mereka. Itu akan jauh lebih baik. Sakura duduk meringkuk di tempatnya. Ia mengangkat kakinya sejajar dengan tubuhnya di atas bangku halte yang memang kosong sedari tadi. Ia melesakkan topi rajutnya sampai hampir menutupi matanya. Menyimpan kedua telapak tangannya pada saku mantel usang yang di pakainya. Sakura hanya berfikir, ia harus tidur secepatnya.

*
*

Shikamaru bukan tak sengaja membawa langkah kakinya ke sebuah halte yang seharusnya nampak sepi. Tapi tidak begitu kenyataannya. Seseorang berada disana sekarang. Ia sudah menduga, ia akan bertemu lagi disini. Shikamaru berjalan mendekat dimana gadis itu masih mondar mandir di sekitaran halte. Langkahnya terhuyung hampir saja terjatuh. Shikamaru hampir saja berlari saat itu juga. Langkahnya tertahan saat gadis itu dapat menyeimbangkan tubuhnya kembali. Dan kemudian berkutat dengan sepatunya. Shikamaru mendekat,  membuat gadis itu mendongak, mata hijaunya tersentak. Bibirnya sedikit terbuka dengan tangan yang mulai gelisah mencoba meremas mantelnya. Ya.. mantel dimana Shikamaru meninggalkan nomer telphonenya. Dia bertanya tanya, apa gadis itu tak menyadarinya. Shikamaru tak cukup puas dengan itu. Sakura menjauhkan pandangan darinya. Ia memilih bangku yang berada jauh dari Shikamaru dan mulai menyamankan diri dan tertidur.

_______________________________________

Itachi berdecak kesal. Ia masih mengingat kejadian siang tadi, Itachi bahkan tak sampai berfikir jika yang di maksud oleh Neji bahwa seseorang yang ingin melakukan kerja sama denganya adalah Hinata. Itachi tak keberatan sebenarnya  jika saja gadis itu mampu melakukan profesionalitas dalam hal pekerjaan. Bukan malah seperti ini. Onyxnya memandang malas gadis bersurai gelab yang masih terus mengekorinya sedari tadi.

"Bisakah kau pergi!" Itachi tak terbiasa berbasa basi, ia tak menyukai siapapun yang berada di sekitarnya. Itachi fikir itu mengganggu. Termasuk Hinata.

"Aku hanya ingin kau mengantarkanku pulang ke apartemenku." Gadis itu memasang wajah kesal dengan bibir mengerucut terlihat begitu lucu. Tapi tidak untuk Itachi.

"Aku bahkan tak memintamu datang kemari."

"Sasuke."

Uchiha bungsu itu menoleh ke arah suara yang memanggilnya, sang kakak yang berada di ruang tengah. Ia mendesah saat mata hitamnya bergulir ke arah gadis bermanik mata mutiara itu. Sasuke mendekat, mengabaikan tenggorokannya yang sebenarnya sudah meronta ingin segelas air. Dan melupakan tujuan sebenarnya, Ke dapur.

"Ada apa?"

"Antarkan Hinata pulang." Hanya sebaris kalimat itu yang mengakhiri ucapan Itachi, setelahnya, laki laki itu melenggang pergi begitu saja mengabaikan wajah masam Hinata.

"Tapi aku mau kau Itachi." Hinata bergumam pelan tapi masih sampai ke telinga Sasuke. Laki laki itu mendengus kesal, kepalan tangannya bahkan sudah mengeras sedari tadi.

"Ayo."
Sasuke mengabaikan rasa kesalnya, bagaimanpun juga ia senang mengingat jika ia akan memiliki waktu berdua dengan Hinata.

Gadis itu berjalan malas dengan langkah yang menghentak hentak menunjukkan jika ia sedang kesal. Mengambil tas selempangnya lalu memberikan pelukan untuk Mikoto yang sedari tadi sudah berada disana. yang langsung di balas dengan usapan sayang dari wanita itu.

"Aku akan kemari lagi besok basaan."

Mikoto menggangguk semangat, mengatakan iya dengan senang hati lalu melambaikan tangannya saat Hinata sudah lebih dulu keluar dan di ikuti oleh Sasuke di belakangnya.

__________________________________________

"Tenanglah."

"Aku bahkan tak pernah tenang jika itu menyangkut tentangnya"

"Dia di halte, aku melihatnya...-"

"Aku mengerti."

"...-dengan seorang laki laki."

Itachi terdiam cukup lama sebelum mematikan ponselnya dan melemparnya asal.

*
*
*

Gadis itu tertidur, Shikamaru bahkan terheran melihat Sakura yang sudah terlelap. Tak mudah untuk tidur dalam suhu rendah yang akan membekukan tubuh. Shikamaru bahkan tak pernah mematikan penghangat ruangan saat ia bangun di pagi hari. Tapi nyatanya gadis itu bisa. Mungkinkah karena terbiasa?

Shikamaru memutuskan untuk pergi dari sana, melihat gadis itu disana dalam keadaan baik baik saja, sudah cukup puas untuknya. Sebenarnya banyak hal yang ingin ia tanyakan pada gadis itu. Hubungannya dengan keluarga Uchiha dan bagaimana mungkin gadis seusianya yang seharusnya berada di rumah, di kamarnya, dan gadis itu Sakura, namanya bahkan bergema seperti nada di telinga Shikamaru, sering ia lihat berada di luar di tengah salju seperti malam ini. Apa kesalahannya?

_________________________________________

Emerald itu perlahan terbuka. Ia menyipit sebelum benar benar membuka lebar matanya. Memastikan seseorang yang berada disana bersamanya tadi sudah pergi. Sakura menghela nafas pelan, ia belum tidur sebenarnya. Sakura hanya tak ingin menambah kebencian tuan mudanya padanya. Kenal dengan salah satu sahabatnya mungkin akan menjadi masalah bagi Sakura. Jujur saja ia merasa bersalah. Laki laki itu bahkan sudah pernah membantunya dan juga meninggalkan nomer ponsel disakunya. Sakura ingat kata kata Ayame saat ia menunjukkan kertas bernomer itu pada gadis bersurai coklat itu. Nomer ponsel yang di berikan oleh seseorang, menandakan seseorang itu berharap Sakura akan menghubunginya. Sakura mendengus pelan, ia fikir ini menggelikan. Bukankah itu tak mungkin.

*
*
*
*

"Sial."

Sasuke mengumpat sejadi jadinya, sambil menendang ban mobil depannya yang tampak kehilangan udara. Sasuke selalu malas jika harus bepergian mengendarai mobil, ia lebih suka menunggangi motor besarnya. Apakah ini cara mobilnya membalas dendam eh? Karena Sasuke sering mengabaikan keberadaannya begitu? Konyol.

Hinata bahkan tak basa basi dengan menyuruhnya masuk ke apartemennya lebih dulu, perasaannya sedang di ujung tanduk saat ini. Sasuke mendengus keras sambil mengumpat entah mungkin untuk yang kesekian kalinya. Yang jelas ia sesalkan, bahkan saat ini ia meninggalkan ponselnya dirumah, Sasuke terlalu antusias jika itu menyangkut Hinata, tapi apa? Bahkan gadis itu tak pernah melihatnya barang dengan sebelah mata pun.
Onyxnya bergulir ke segala arah mencoba menemukan kendaraan umum yang masih melintas, apapun itu asalkan bisa membawanya ke rumah.

Ini sudah 15 menit ia berdiri disini, dan tak ada satupun taxi yang melintas. Sasuke mendongak, melihat jam besar yang berada tak jauh darinya. Jam besar itu menunjukkan angka 10 pada jarum pendeknya dan jarum panjang di angka 11. Sasuke menggeram pelan. Dan benar saja, tak berselang lama, dentang jam berbunyi keras sebanyak 10 kali tepat. Pantas saja tak ada satupun taxi maupun bus yang lewat. Ini sudah masuk jam malam untuk para warga Konoha. Sial.

*
*
*

_____________________________________________

Sakura mengerjapkan matanya cepat saat menyadari suara derap langkah kaki yang ragu ragu seperti berjalan ke arahnya. Emeraldya menemukan pria tua dengan pakaian lusuh berada jauh di depannya. Namun mata sayunya jelas menatap ke arah Sakura ragu ragu. Sakura mengedarkan pandangannya, dan tak menemukan siapapun di sekitarnya. Ia mendekat kearah pria tua tersebut, mencoba tersenyum untuk menutupi kegugupannya.

"Nona."

Guratan keriput di wajah tua tersebut tampak semakin bertambah jelas tatkala ada guratan kepanikan juga disana.

*
*
*
*

Tbc.

After Winter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang