7

999 140 6
                                    




*
*
*
*

*
*

Motor besar itu mendadak berhenti tak jauh dari halte tersebut. Ia menoleh ke arah dimana dia melihat seseorang dengan warna rambut aneh yang terasa familiar. Ia membuka kaca helmnya, menyipitkan matanya untuk benar benar meyakinkan penglihatannya tak salah. Dan benar saja. Mantel yang sama seperti waktu lalu. Ia tak ada alasan untuk perduli sebenarnya. Namun entah apa yang membuat otak pintarnya berhenti berfikir. Ia memutar motornya ke arah halte bus yang sudah terlewati meskipun belum jauh. Seseorang itu mendekat, turun dari motor besarnya lalu melepas helm fullface nya. Udara dingin begitu terasa langsung menyapu wajahnya. Laki laki bersurai hitam yang biasa terkuncir tinggi itu, kini terurai. Tampak berantakan namun memberi kesan tampan secara bersamaan.

Mata hitamnya berkeliling diantara wajah gadis yang tampak pucat itu. Mata gadis itu terpejam rapat sesekali ia menggeliat ketika udara berhembus membawa hawa dingin yang semakin terasa. Perlahan mata itu terbuka memberlihatkan emerald yang tampak sayu. Gadis itu mengucek matanya pelan. Kemudian mengerjap untuk menormalkan pandangannya.

Sakura terlonjak kaget saat matanya terbuka sempurna ia mendapati laki laki yang pernah ia temui sebelumnya tengah berada di depannya. Praktis ia menurunkan kakinya yang sebelumnya ia taruh di atas bangku. Tangannya meraba puncak kepalanya tatkala ia tak merasakan topi rajutnya disana. Matanya berkeliling di sekitar tempatnya duduk. Sebelum ia menemukan topinya, seseorang yang berada didepannya saat ini mengulurkan tangannya, menyerahkan sebuah topi rajut berwarna hitam. Itu topinya. Sakura segera menerima uluran tangan laki laki itu. Ia tersenyum samar sebelum benar benar mengambil topi rajutnya.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Sakura masih bertahan untuk tidak bersuara, ia kembali memakai topi rajut itu di kepalanya. Ia terdiam namun matanya sesekali menatap ke arah laki laki itu. Memangnya apa yang harus Sakura katakan. Sakura tampak menggigit bibir bawahnya. Ia memalingkan wajahnya kearah lain. Namun laki laki itu masih terus menatapnya seolah menunggu jawaban dari Sakura.

Gadis itu menggeleng pelan yang di balas dengan kerutan di kening laki laki itu.

"Apa kau punya kebiasaan untuk tidur di luar?" Laki laki itu bersuara kembali. Dan lagi lagi hanya di balas dengan gelengan dari kepala merah muda itu.

Laki laki itu mendengus pelan, ia mulai bosan saat tak ada yang bisa ia lakukan. Ia menatap gadis di depannya yang kini menunduk, sesekali ia melihat gadis itu menguap dengan menutup mulutnya.

"Ikut aku, sebelum kau membeku disini." Itu lebih terdengar seperti perintah dari pada permintaan.

Sakura sontak mendongak sambil menatap mata hitam itu. Kemudian ia menggeleng cepat.

_________________________________________

"Aku melihatnya, dia baik baik saja, kau bisa tenang."

Itachi meletakkan ponselnya di atas nakas. Laki laki itu beranjak dari duduknya dan beralih ke tempat tidur king sizenya. Ia merebahkan tubuhnya disana, menggunakan tangannya untuk menggantikan bantal yang sebenarnya sudah ada disana. Itachi menghela nafas sebelum ia memejamkan matanya, hanya sebentar, karena di detik berikutnya mata hitam itu kembali terbuka. Jam dinding yang berada lurus dari jangkauan matanya itu menunjukkan hampir tengah malam. Ia memejamkan matanya kembali hingga sepasang Onyx itu benar benar tertutup sempurna.

__________________________________________

"Shikamaru Nara, jika kau mau beralasan kita tak saling mengenal. Itu namaku, sekarang kau tau."

Sakura terdiam sesaat, sebelum sempat ia bersuara laki laki itu lebih dulu menyelanya.

"Siapa namamu?"

Sakura masih diam. Sakura tau benar laki laki depannya ini pastilah bukan orang jahat. Ia tak ada alasan untuk sekedar takut memberi tahukan namanya. Tapi jika untuk ikut bersama laki laki ini, jelas sekali itu tak mungkin untuknya.
"Sakura, Haruno Sakura."
Jawab Sakura singkat.

Laki laki itu menggangguk pelan, kemudian fokus pada Sakura, mencoba menunggu jawaban gadis itu tentang ajakannya. Dan ia masih saja menemukan gadis itu menggeleng seperti sebelumnya. Shikamaru lagi lagi harus menghela nafasnya pelan. Dan hal itu di sadari oleh Sakura.

"Pergilah, aku akan pulang." Gadis itu angkat bicara.

Shikamaru menghela nafas dalam, ia tak ingin terlalu memaksa gadis di depannya. Lagipula ini sama sekali bukan urusannya. Gadis di depannya ini baru ia temui dua kali.

Ia mulai berfikir untuk mengikuti kata gadis itu, ia memberikan tepukan pelan di bahu Sakura setelah itu berjalan menjauh dari gadis itu menuju motor besarnya berada. Memasang kembali helmnya dan Melajukan motor besarnya menjauh dari halte. Dengan harapan gadis itu juga melakukan sesuai yang di katakannya untuk pulang kerumahnya.

Sakura menghela nafasnya pelan sebelum kembali menyenderkan punggunggnya. Tangannya bersidekap di depan dadanya. Ia mencoba untuk memejamkan matanya lagi.

Shikamaru tak benar benar pergi. Ia berhenti tak jauh dari halte, masih memperhatikan gadis yang belum lama ini sering di temuinya, Sakura, gadis itu memperkenalkan nama dengan nama yang begitu indah. Ia masih disana, di bangku halte yang tadi. Bukannya lekas beranjak dari sana, gadis itu malah kembali menyamankan duduknya dan kembali memejamkan mata. Shikamaru mendengus pelan. Ia menunggu sebentar, membiarkan gadis itu terlelap.

Laki laki bermarga Nara itu mendekat setelah di rasa gadis itu benar benar terlelap. Motor besarnya ia tinggalkan begitu saja di pinggir jalan besar yang tak jauh dari halte. Ia bisa melihat gadis itu tak lagi bersidekap. Tangannya mengerat di dalam saku mantelnya. Syal hitam itu kini hanya menutupi bagian lehernya. Bibir yang sedikit terbuka itu terlihat begitu pucat. Shikamaru tiba tiba merasa tercekat, ia merasa kesulitan hanya untuk menelan ludahnya. Ia duduk tepat di samping Sakura. Fokus matanya masih tertuju pada bibir pucat gadis itu. Kepala bersurai hitam itu mempersempit jarak diantara ia dan gadis itu. Sampai saat otak pintarnya menyadarkannya, ia kemudian sedikit menjauh, menggeleng pelan setelah itu membuang nafas dengan kasar.
"Tak bisa di percaya." Laki laki itu beranjak dari duduknya dan kemudian berdiri sempurna.

Dan kali ini laki laki itu benar benar pergi dari halte meninggalkan gadis merah muda yang masih terlelap itu seorang diri. Namun sebelum benar benar pergi, Shikamaru lebih dulu meninggalkan sebuah kertas kecil yang ia selipkan diantara saku mantel dengan tangan Sakura yang masih tersimpan disana.

Tak pernah berencana untuk membuat rencana sebelumnya. Namun terlanjur jatuh pilihan pada satu hati yang teramat asing untuk di kenal. Namun memberikan candu di setiap tatapan matanya dan hembusan nafasnya. Begitu lembut dan menggetarkan..

Shikamaru tersenyum di balik helm fullfacenya.

*
*
*
*
Tbc.





Sakura sudah punya temen donk..... 😂😂
Kenapa Shikamaru? Ya... karena aku suka sama ini orang. 😂😂

Terimakasih sudah mau mampir ke ceritaku yang gak jelas ini ya...

👇

After Winter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang