.
"Perasaan gelisah dari semua rasa gelisah dan takut... adalah saat masuk ruang operasi."
.Aku di dorong terus sampai ruangan tunggu. Disitu, Aku disuruh menunggu untuk persiapan di ruang inti, alias kamar operasi. Suasananya benar-benar dingin... rasanya badanku dari atas kepala hingga ujung kaki mengeluarkan keringat dingin... Bibirku langsung komat kamit, berdoa dengan caraku, maksudnya dengan sebisaku. Ya allah. Lancarkanlah operasi ini..
Semoga saat operasi semuanya berjalan dengan cara yang seharusnya, dan tidak ada kendala apapun. Aku takut tapi ini jalan satu-satunya agar derajaktu berkurang. Aku rela di operasi. Aku sudah pasrah. Aku serahkan semuanya sama Allah, dibantu dengan tim medis yang akan mengoperasiku ini. Memang seram, dan memang takut juga. Tapi disitu Aku tidak bisa mengeluarkan air mata sedikitpun. Beda dengan sewaktu aku berpamitan sama orang tua. Sedih banget. Ga main-main sedihnya...Setelah beberapa menit berdoa dan terdiam, Aku langsung di panggil oleh asisten dokter yang memakai pakaian serba hijau.
"Ruang op nya sudah siap ya. Santai aja."Santai katanya. Gimana caranya? Baru mau masuk aja deg deg an nya bukan kepalang...
Sembari didorong menuju ruang op, aku ditanyai pertanyaan yang menurutku hanya basa basi agar Aku tidak takut saat memasuki kamar operasi.
"Namanya Tika April****. Lahir di bulan April ya?"
"Iya." Jawabku dengan singkat.
"Orang bandung asli ya?" Tanya salah satu asisten dokter.
"Iya, di ****. Tapi bukan yang banjirnya."
"Owh iya? Memang suka banjir ya disana?"
"Iya tapi gak semua kebanjiran."
Setelah mereka selesai bertanya-tanya, sampailah Aku di ruang inti dari tujuanku kesini. Yaitu ruang operasi.
Ruangannya cukup besar. Aku berbaring di tengah-tengah, tepatnya di bawah lampu yang menyala sangat amat terang. Alat detak jantung dan berbagai macam lainnya sudah tertata rapih, semuanya ada di pinggirku. Setelah itu mereka menempelkan alat-alat seperti detak jantung, dan lain-lain yang aku tidak tahu persis apa namanya.
Sewaktu Aku masuk ruangan itu, sudah banyak juga asisten dokter yang masuk. Semuanya memakai pakaian hijau. Kurasa kalau dihitung semuanya melebihi sepuluh orang. Dan juga sepertinya semua laki-laki. Wajar sih kalau semuanya laki-laki. Karena jarang sekali dokter bedah perempuan bagian Ortopedi Spine. Kebanyakannya ya laki-laki.
Di sebrang kiri, x ray ku ter tempel di papan. Seperti sedang dilihat dan di ukur dengan amat sangat serius. Aku tidak bisa melihat langsung dengan jelas karena kacamataku dilepas. Dengan ukuran minus mendekati 5.5, jarak dekat sekalipun tidak akan terlihat jelas. Derita punya mata minus ya gitu.. ketika dilepas gaakan bisa ngeliat pemandangan yang ada blur semua hahaha.
Ada asisten dokter yang menghampiriku.
"Lemesin ya badannya, sudah mau dikasih bius. Maaf ya agak sedikit sakit."
Oke, mau sakitnya segimana juga pasrah aja deh. Pikirku dalam hati.
Asisten dokter itu mulai menyuntikkan sesuatu. Rasanya cukup bikin kaget. Ada rasa sakit, perih. Di suntiknya ke bagian tanganku. dan yang pasti langsung ke pembuluh darah.
Beberapa detik setelah biusnya disuntikkan, aku merasa kepalaku agak berat, makin berat, makin berat, sangat berat sampai semuanya terasa berputar. Pusing, sangat sangat pusing. Dan akupun langsung terlelap saat itu juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Scoliosis
Non-FictionSemuanya akan kuceritakan melalui tulisanku. Keinginanku adalah, aku ingin orang yang mempunyai kekurangan yang sama dengan diriku tidak merasa sendirian. Salah satunya dengan membaca tulisanku yang berisi curhatan sederhana, perasaan yang mungkin s...