Kondisi tulang belakang yang terkena skoliosis seperti ini pasti sangat terlihat apabila derajatya sudah terhitung di atas 40 derajat. Ada kalanya orang yang "sok sempurna" tidak ingin berteman dengan orang yang banyak kekurangan sepertiku. Kebanyakan dari mereka yang seperti itu, selalu memandangku dengan tatapan tajam mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut. Apa aku se aneh itu? Apakah itu bisa jadi nilai minusku yang berpengaruh kalau aku menjalin pertemanan?
Kita kembali lagi ke masa SMP.
Aku menyusuri lorong kecil menuju tempat duduk untuk menunggu kelas bagian pagi bubar. Dulu sekolahku termasuk sekolah yang standar. Sekolah swasta dengan fasilitas yang biasa-biasa saja. SMP dan SMA ada yang kelasnya sama. Jadi karena murid bertambah, jam kelas pun dibagi menjadi 2 bagian. Ada yang pagi dan ada juga yang masuk siang. Yang masuk pagi itu anak SMA. Aku duduk di teras dekat pintu keluar kelas. Sewaktu aku duduk, aku melihat sekumpulan anak cowok yang sedang melihatku.
"Tuh si tika tuh.... kamu suka ya?" Tanya salah satu anak smp itu kepada temannya.
"Idih, apaan!!! Enggak, amit-amit!" Kata anak cowok itu sambil bergidik ngeri.
Dasar. Sampai segitu ilfeel nya ya sama aku? Apa gara-gara aku punya skoliosis jadi mereka melihatku dengan perasaan jijik seperti itu? Jujur ya orang yang gak suka sama aku itu aku terus mikir, oh pasti gara-gara skoliosis ini deh. Udah kebiasaan mikirnya kayak gitu.. soalnya sering ngalamin kayak gitu hehe.
Intinya. Kalau kalian nemu cowok yang ilfeel sama kondisi fisik kita, itu tandanya si cowok bukan cowok yang bisa nerima apa adanya.
That's lust, not love.Kalau laki-laki yang mendekati kita itu hanya sekedar lihat fisik, JAUHI!
Kalau laki-laki yang mendekati kita itu tiba-tiba berubah sewaktu dia tahu punya skoliosis, JAUHI!Sampai-sampai aku pernah merasa heran sama saudaraku yang satu ini. Ini menyangkut soal skoliosis juga loh.
Suatu hari, si Ani (nama samaran) meminjam tab ku dan dia lupa me-logout akun media sosialnya. Alhasil notif dia pun bermunculan. Aku yang melihat notif itu jadi penasaran tentang percakapan apa saja yang sedang si Ani perbincangkan. Maaf ini memang melanggar privasi seseorang. Tapi rasa penasaran ku lebih kuat ketimbang larangan melihat privasi orang. Aku scroll chat history nya. Dan aku menemukan obrolan yang menyangkut diriku.
Kurang lebih obrolannya seperti ini kalau di simpulkan.A (si Ani), B (teman si Ani)
Di dalam obrolan itu si B mengomentari foto si Ani yang sedang berfoto bersama denganku.
B: itu siapa Ani? Yang foto sama kamu.
A: oh, itu saudaraku.
B: lucu ya.
A: iya, tapi dia punya skoliosis. Cacat Bla bla bla...Ini maksudnya apa? Aku yakit dulu chat itu ada tulisan cacat-cacat nya gitu. Maksudnya gimana? Dia merasa tersaingi gitu sampai membongkar kekurangan fisik orang? Takut temannya aku rebut gitu? Perlu gitu sampai nyeritain skoliosis ku ke temannya? Aneh banget. Kalo emang dia kasian sama aku kenapa kesannya kayak merendahkan fisik orang. Ibarat si Ani ngomong gini. "Cantik sih, tapi dia cacat. Kamu masih mau berteman sama dia?".
Emosi iya, kesel iya, nyesel iya. Nyesel bacanya. Mungkin yang cacat dia. Cacat hati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Scoliosis
No FicciónSemuanya akan kuceritakan melalui tulisanku. Keinginanku adalah, aku ingin orang yang mempunyai kekurangan yang sama dengan diriku tidak merasa sendirian. Salah satunya dengan membaca tulisanku yang berisi curhatan sederhana, perasaan yang mungkin s...