8. YAKIN OPERASI (Last Part)

281 16 7
                                    

Malam ini, tanggal 4 april 2018. Aku bermalam di rumah sakit. Perawat bilang, aku dijadwalkan masuk ruang operasi tanggal 5 april. Berarti.. besok aku sudah di operasi. Katanya sih jadwalnya malam hari. Suster bilang aku harus puasa, dan juga bersih-bersih badan alias mandi. Aku tidak banyak berfikir yang buruk-buruk malam itu. Karena aku di temani kedua orang tuaku. Aku senang mereka bisa menemaniku hingga hari H tiba. Aku chat "S". Aku minta dia menemaniku masuk ruang operasi. Semoga dia bisa datang...

Dan di malam itupun aku langsung terlelap pulas. Padahal aku sudah menyediakan banyak komik untuk dibaca ketika aku susah tidur. Tapi akhirnya komik itu tidak aku sentuh sedikitpun.. yasudahlah..

Esok harinya, hari H operasi. Tepat tanggal 5, bulan april. Di pagi hari Aku diberi sesuatu oleh perawat. Dia memberikan aku baju khusus untuk operasi nanti. Warnanya hijau. Pasti semua sudah tahu apa baju "hijau" yang aku maksud itu. Katanya selain baju itu, jangan pakai pakaian dalam lagi kecuali pakaian dalam. Tapi aku lepas bra nya karena pasti nanti bra ku dilepas karena yang di operasi itu punggung belakangku. Wkwkwk. Oh iya. Sewaktu siang aku sudah di beri cairan infus. Katanya kalau aku tidak salah dengar itu cairan pengganti makananku. Baru kali ini aku ke toilet bawa selang infusan haha.. jadi begini ya rasanya kalau tangan ditempelin selang infusan... se umur-umur baru kali ini beneran!

Tidak terasa hari sudah mulai sore, sekitar pukul 4 kalau tidak salah.

"Tok, tok, tok."

Pintu diketuk.

Aku langsung berjalan menuju pintu itu. Kulihat dari kaca pintu, sepertinya aku kenal dia.
Pintu pun kubuka. Dan betul saja dia datang. Orang yang kutunggu-tunggu sudah datang! S! Dia datang tepat sesuai janjinya. Aku senang! Rambut hitam tebal, memakai kacamata, pakaiannya kaos dibalut jaket ber hoodie. Gaya itu sudah menjadi ciri khas dia. Sederhana tapi rapi.

"Hehehehe." Itu kata pertamaku saat bertemu dia.

"Hehehehe." Balas dia dengan menirukan suara dan wajahku.

Menyebalkan. Dia mengejek tawaku.

Tapi tidak apalah. Mau dia mengejekku terus-terusan aku rela hehehehe. Setelah masuk ruangan, dia langsung menghampiri Mamah dan Bapaku. Memberi salam, lalu mengorol dengaku. Mengobrol santai, berbicara tentang komik, melihat-lihat handphonenya. Karena kebiasaanku selalu kepo alias ingin tahu. Melihat handphonenya. Tapi dia tidak pernah menyembunyikan apapun dariku. Kuharap begitu. Seneng banget pokoknya kalo ditemenin sama ortu dan juga dia.

Aku ingat perkataan dia sewaktu mengobrol.

"Harus selamat, awas kalo engga."

"Iyalah, harus!." Balasku.

Tak lama setelah S datang, kakak perempuan dan juga kakak iparku berkunjung. Tetapi mereka tidak bisa berlama-lama karena anaknya tidak diperbolehkan masuk. Hanya dijaga oleh Uwanya, yang kebetulan mengantrkan kakak ku berkunjung ke RS. Sekitar 15 menit berlalu, kakak dan kakak iparku pulang. Yang tersisa hanya Mamah Bapa dan S.

Waktu menunjukkan sekitar jam 5 sore.
Ada perawat masuk ke ruanganku. Dan dia mengatakan hal yang membuat Aku terkejut.
"Pasien Tika, udah bisa masuk ruang OP ya. Sekarang siap-siap dulu yuk."

"Hah? Sekarang ya suster?"

"Iya. Lagi di siapin tuh."

What? Kaget bukan kepalang. Katanya jadwalnya malem habis magrib perkiraannya. Tapi ternyata jamnya maju jadi SEKARANG.

"Perhiasan jangan dipakai ya." Ucap perawat itu.

"Oh oke."

Aku memandang wajah Mamah, Bapa, dan juga S. Sudah mulai terlihat mereka terlihat seperti orang cemas.

Aku berbaring di bed yang dorong oleh para perawat itu. Satu demi satu lorong kulewati. Lampu kuning terang itu membuat aku grogi. Karena aku tahu setelah ini tujuannya ruang operasi.

Setelah menyusuri lorong demi lorong...

Akhirnya sampailah Aku di pintu awal. Pintu sebelum masuk ruang operasi. Disana ada pasien lain yang mau operasi selain aku. Ada satu anak kecil, ada juga orang dewasa. Tapi aku tidak banyak bertanya pada saat itu. Aku tidak peduli sekitar. Yang kupikirkan hanyalah operasi itu.

Aku lihat wajah Mamah.. sepertinya semakin khawatir dan juga cemas.
Aku lihat wajah Bapa.. sama dengan mamah. Wajahnya terlihat cemas.
Aku liat wajah S... sama, semuanya sama....
Menandakan wajah cemas...

Mamah berkata padaku, banyak berdoa ya sebelum masuk. Sambil berlinang air mata.

Aku banyak berpikir buruk saat sebelum masuk ruang operasi.

Bagaimana kalau operasiku tidak berhasil?
Bagaimana kalau nanti aku tiba-tiba terbangun tapi semuanya gelap tidak terlihat?
Bagaimana kalau aku tidak bisa lihat wajah mereka lagi?
Bagaimana kalau ini jadi perpisahan terakhirku dengan mereka?
Apa aku bisa selamat melewati operasi yang resikonya bukan main-main?
Apa aku bisa terbangun lagi?
Apa aku bisa hidup?
Apa operasi ini nanti jadi riwayat terakhirku?

Kenapa sih air mataku keluar padahal Aku gak mau nangis? Kenapa?!

"Mamah..."

Sambil berlinang air mata, aku memanggil Orangtuaku.

"Banyak berdoa ya.."

Wajah Mamah merah, menahan air matanya yang memaksa Mamah untuk menangis.

Ya Allah. Baru kali ini aku sesedih ini. Sensasinya sama sekali tidak serupa dengan rasa sedihku saat aku menonton film atau membaca buku. Ini rasanya... berbeda. Terlalu emosinal. Posisiku disini sebagai orang yang memohon kepada Allah SWT. Memohon untuk bisa lancar operasi dan melihat wajah mereka lagi. Aku tidak mau moment ini menjadi moment terakhir aku hidup.

Dan.. pintu menuju ruang operasi pun dibuka. Dipanggilah namaku. Aku tidak berhenti menggertakan gigi karena saking grogi dan takutnya masuk ruang operasi. Aku berpamitan dengan Mamah, Bapa, dan juga S. Semakin jauh.. semakin jauh dari mereka..

Ya allah...

Lancarkanlah operasi ini...

Biar aku bisa bertemu lagi mereka..

Jangan sampai saat ini adalah saat terakhir aku berpisah dengan mereka...

Aku sayang mereka.

Aku berharap aku bisa bertemu mereka lagi.

Me vs ScoliosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang