Sore itu, di bed sebelah terdengar suara yang sangat keras. Sepertinya pasien itu sedang menonton TV. Besar volumenya itu bukan main. Membuat aku yang terdiam menjadi ikut terfokus pada suara TV. Hm.... nontonnya sinetron lagi.
Ting...ting....
Satu kali tekanan pada tombol nurse bell.
Ting...ting....
Dua kali tekanan pada tombol nurse bell.
Ting....ting..
Tiga kali tekanan pada tombol nurse bell.Ting.. ting....
Entah keberapa kalinya pasien itu menekan tombol nurse bell. Kudengar pasien itu terus menekan tombol dengan emosi.
"LAMA BANGET INI SUSTERNYA!"Setelah beberapa saat kemudian, perawat pria datang menghampiri ibu itu.
"Ya bu, ada yang bisa dibantu?"
"Lama banget sih. Saya tuh mau pipis tau. Daritadi saya pencet-pencet bel gak ada yang nyahut. Jelek banget sih pelayanannya."
"Maaf bu. Lagi pada ngurusin pasien lain. Mari bu saya bantu. Saya antar ke toilet."
(Perawat cowok gak masuk ya, cuman nganter sampai pintu. Karena waktu itu kebetulan mungkin perawat lain lagi nanganin pasien lain yang memang lebih butuh bantuan.)Ibu itu bergumam; "Kenapa gini-gini banget pelayanannya? Jelek. Masa kelas satu kayak gini."
Perawat itu hanya diam. Mungkin membalas perkataan pasien itu dengan tersenyum.
"Kelas satu kok gini-gini amat."
Yaelah bu.. kalau mau bagus ya minimal VIP lah. Kalo mau puas bisa pilih ruangan premier atau suite, bukan kelas satu. Yang namanya pelayanan dua kamar gini mana ada yang diprioritasin banget. Semua sama rata. Memangnya si pasien itu separah apa sampai minta dilayani cepet-cepet? (Pikirku dalam hati.)
Jadi, menurut info yang aku dapat. Sewaktu pasien itu menyibakkan tirai, ia bertanya sama mamahku. Soal penyakitku. Dan mamah bertanya balik. Katanya, pasien itu ada syaraf di salah satu kakinya yang kurang baik berfungsinya terus mau di operasi. (Maaf ya kalau aku salah info). Tetapi sebelumnya ibu itu masih bisa berjalan pelan atau ditopang oleh sesuatu. Bukan yang enggak bisa jalan sama sekali.
Baru kali ini, aku merasa kesal sejadi-jadinya.
Menangis. Di rumah sakit. Karena pasien itu.Bedku di ambil pasien itu. Seharusnya itu bedku. Kalau ada AC di depan bedku, enggak masalah. Tapi, di bedku yang sekarang ini, enggak ada ac. Walaupun satu ruangan, udara AC tidak akan terasa oleh orang yang di bed sebelahnya karena mungkin AC itu sudah kurang berfungsi dengan baik..
Saat itu, aku belum bisa bergerak bebas. Miring kiri kanan aja masih belum bisa. Punggungku panas.Dengan rasa penasaran, aku bertanya kepada B. Teman satu rumah sakit. Semuanya sama, yang berbeda hanya nomor ruangan saja. Jadi aku bisa bertanya soal prosedur ruangan rawat inap.
Aku: kemarin kamu masuk ranap di aplus ga? Maksudnya kayak gantian bed gitu.
B: tetep yang awal. Emang kakak pindah ruangan?
Aku: aku malah bed nya di pindahin ke sebelah yang gaada AC.
Bla bla bla *ngobrol soal ruangan sampai panjang...
Dan... ini yang buat aku kesal.
B: berati dia yang maksa suster buat pindahin bed kakak deh.
Loh?
Kok pasiennya kayak gitu?
Dengan keadaan bed masih terisi, aku diusir begitu saja dan dipindahkan ke bed yang sebelah. Tanpa ada AC di bagian depan bed. Pindah tanpa meminta izin si penghuni bed yang sebelumnya.Memangnya setidaknyaman apa bed ini sampai pasien itu minta pindah?
Tidak ada AC?Entah kenapa aku kesal. Itu seharusnya bed yang kutempati. Aku gerah. Berkeringat. Dan sedihnya, aku gak bisa bergerak bebas. Bahkan, menghadap kiri kanan pun masih susah bukan main.
Aku kesal dan bilang kepada kedua orang tuaku yang setia menungguku 24jam. Aku bilang kalau itu seharusnya menjadi bedku, bukan pasien itu.
Tetapi yang kudapat hanya perkataan "sabar ya.. sabar."Spontan aku menangis. Menangis kesal. Badanku mulai panas, pengap. Tapi tak ada yang bisa aku lalukan walaupun hanya berbalik badan.
Yang aku bisa hanyalah memeluk boneka beruang madu yang kecil.Aku gak mau mengumpat soal ibu-ibu itu. Aku doain aja, ibu itu semoga segera sembuh dan cepat keluar dari ruangan ini. Udah, itu aja.
Besoknya, pasien itu di tindak untuk operasi. Waktu operasinya hanya menghabiskan sekitar 3-4 jam saja. Dan setelah itu, ia langsung masuk kamar inap lagi. Beda denganku, yang membutuhkan waktu operasi sekitar 8 jam, dan menghabiskan waktu di HCU kurang lebih 2 hari.
Keesokan harinya setelah pasien itu di tindak, aku denger obrolan pasien itu dengan keluarganya.
"Mau pulang, gak mau lama-lama disini."
Katanya dengan nada kesal.
Dan benar saja, sorenya pasien itu sudah berkemas dan pergi dari bednya.
Akhirnya, doaku terkabul.
Akhirnya, aku bisa pindah ke bed sebelah yang ada ACnya! AC nya kerasaaa! Senang bukan main aku 😭😭
Itulah sedikit cerita tentang pasien itu. Maaf ya hanya sedikit. Sebenarnya sih banyak sekali kejadian lainnya yang membuat aku kesal. Bukan hanya aku saja sih. Orang di sekitar dia sepertinya banyak yang kesal juga. Hmmm...
Maaf kalau aku disini jadinya ngomongin orang. Kalian ga bakalan tau kok itu siapa atau bagaimana orangnya. Karena aku ga nyebutin nama dan nomor rekmed pasiennya. Aku hanya ingin curhat saja soal pasien itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Scoliosis
Non-FictionSemuanya akan kuceritakan melalui tulisanku. Keinginanku adalah, aku ingin orang yang mempunyai kekurangan yang sama dengan diriku tidak merasa sendirian. Salah satunya dengan membaca tulisanku yang berisi curhatan sederhana, perasaan yang mungkin s...