Keluarga Birendra tinggal di Argomulyo nomor 9, kawasan elit dekat Universitas Islam Jember. Bangunan rumah mereka dua lantai dengan konsep kotak-kotak, memiliki luas 240 meter persegi di atas lahan seluas 600 meter persegi. Dinding rumahnya didominasi warna putih dan coklat yang proporsional membuat bangunan itu tampak elegan, beberapa bagian lantainya menggunakan marmer hitam. Sedangkan halamannya ditata rapih dengan taman yang beralaskan rumput swiss, sangat nyaman dan sejuk dipandang.
Dr. Setya Birendra, kepala keluarga Birendra, adalah seorang ahli teknologi yang bekerja sebagai kepala pengembangan pada sebuah perusahaan elektronik ternama, Myd Electra. Bergaji ratusan juta per bulan tidak membuatnya tampil glamor, justru sebaliknya. "Sayang, kau melihat jas coklat-ku?" kata pria berbadan tinggi gempal ini sambil menggaruk rambut hitam lebat dan sedikit tipis di bagian tengah lingkar kepalanya. Bibirnya sedikit manyun, menekan ujung kumis tebalnya yang lancip, menutupi sebagian lubang hidungnya yang mancung.
Dewi Anggini, istri Dr. Setya, adalah mantan model iklan kampanye pemerintah era 80-an. Wajar saja jika ia memiliki paras yang menawan, menjulang 171 sentimeter, rambutnya panjang bergelombang. Matanya bulat cerah dan alisnya tebal. Wajahnya lebih mirip dengan Nike Ardilla, banyak yang bilang begitu. "Aku menemukannya di kamar bawah tanah, Sayang. Kebetulan aku ada di sana," katanya sambil membawakan jas kegemaran suaminya itu beberapa saat kemudian.
"Ah, akhirnya kau ketemu juga," kata Dr. Setya lega karena telah menemukan jas kesayangannya itu. Lalu ia mengambilnya dari Dewi dan langsung memakainya. Jas itu produksi London, penjahit King'sman secara khusus membuatkannya. Empuk di bagian dalam dan halus di bagian luarnya. Warna sebenarnya adalah krem, tapi entah mengapa ia menyebutnya coklat.
"Kenapa kau tidak mengganti jasmu saja?" tanya Dewi pada suaminya yang terlihat mulai ketinggalan zaman. Sebenarnya ia tahu jika menanyakan alasan dibalik tindakan yang dipilih suaminya adalah hal yang terlarang, namun ini tidak berlaku bagi wanita cantik kelahiran 1961 itu.
"Tidak semua hal dapat tergantikan, Sayang," jawabnya dengan nada menggoda.
"Oh, iya? Berikan satu contoh padaku!" tanya Dewi menantang laki-laki empat puluh tahunan itu.
"Hm, misalnya dirimu. Aku yakin aku tidak akan bisa menggantimu," jawab Dr. Setya sambil tersenyum manja dan menaik-naikkan kedua alisnya.
"Karena kau mencintaiku, Sayang?" tanya Dewi makin bergairah sambil mengusap pundak jas suaminya.
"Oh sebenarnya karena... aku takut mati," jawab Dr. Setya diikuti tertawa ringan.
Dewi pun ikut tertawa dan sesekali mencubit genit pinggang suaminya.
Hari itu Dr. Setya akan pergi ke kantor lebih awal, biasanya ia akan berangkat pukul sembilan, tapi kini masih menunjukkan pukul tujuh. Ada sebuah rapat penting terkait peluncuran bersama produk komputer terbaru dari Myd Electra dan beberapa mitra.
Dewi mendampingi suaminya menuju teras rumah. Ia lebih santai dari siapapun di rumah itu sebab setelah berhenti dari model, ia memilih untuk menjadi ibu rumah tangga yang tulen, dengan beberapa asisten.
Raut wajahnya berubah menjadi cemas saat ia menemukan bekal makan siang anaknya tertinggal di ruang tengah. "Oh tidak!" keluhnya. Lalu ia menghampiri suaminya yang lebih dulu sampai di teras rumah. "Kau bisa antar ini sekalian ke sekolah?" tanyanya sambil menyodorkan kotak makanan dua tingkat setebal 11 sentimeter itu.
"Kenapa tidak kau saja?" tanya Dr. Setya alih-alih menyanggupi. "Kau kan santai seharian ini?" tanyanya lagi memprotes istrinya yang terlalu santai itu.
"Sebenarnya aku ada janji dengan seseorang pagi hari ini," jawabnya sambil tersenyum, gigi atasnya menggigit tipis bibir bawahnya, menambah kesan menggoda.

YOU ARE READING
Bioranger: The First Appearance
MaceraApa yang bisa dilakukan bocah 14 tahun dengan kekuatan sebesar ini? Jika aku jadi dirimu, aku akan menjaga perdamaian dunia! Anak kecil seperti kita, hanya akan merepotkan orang dewasa. Tidak juga, terkadang anak kecil justru lebih bijak dari mereka...