Arnold berjalan menyusuri Rumahnya, berjalan kearah kamar pribadinya. Rumahnya sepi karena orangtuanya memang belum pulang, dan para pembantu rumah tangganya sudah tertidur pulas, tumben sekali? Arnold lupa ini sudah pukul 02.00 pagi.
Akhir-akhir ia sering mengahabiskan waktunya diClub bersama teman-temannya. Semenjak kejadian ia melihat Rere ditampar oleh Ayahnya ada rasa tidak enak hati kepada cewek itu. Arnold sangat merasa bersalah telah membawa Rere pergi hingga malam, ia tidak tau jika akhirnya akan terjadi begitu. Ada keinginan untuk meminta maaf kepada Rere tetapi selalu Arnold urungkan karena gengsi.
Kejadian itu sudah 2 minggu lalu tetapi mengapa masih saja terngiang-ngiang dikepalanya?, bahkan Arnold sangat bingung mengapa Rere tidak marah kepadanya, hingga tadi pagi Rere tetap terus mencari perhatiannya Arnold seperti biasa, waktu itu baru saja Arnold selesai dari toilet dan Rere lagi dan lagi mengagetinya. Menyebalkan? sangat.
Kringg!!! Kringg!!!
Telfon Arnold berbunyi, tertulis nama Reno disana.
"Ha?", pembukaan yang sangat singkat dari Arnold, dan sangat lumrah bagi teman-temannya.
"Besok pelajaran Bu Ratna njir, gue lupa kalo ada prnya. Gue baru juga rebaan, langsung keingat sama sinenek lampir itu",
"Yaudah terus jadi apa niat lo nelfon gue?"
"Hehehe, mau minta fotoin pr-nya Nold. Gue mager banget ngerjain Nold suer tekewer-kewer dah"
"Yaudah sabar."
"Thankyou ya Nonod unch unch", Reno langsung mematikan telefonnya.
Arnold mengambil tasnya dan mencari buku Matematikanya dan sayangnya tidak ada, ia lupa kalau buku Matematikanya ada didalam laci. Arnold membuka laci dimeja belajarnya dan ia menemukan sesuatu.
"Surat dari Rere", gumam Arnold yang tanpa ia sadari senyumnya ikut mengembang ketika matanya melihat kertas tersebut.
Ia menarik kursi yang disediakan untuk melengkapi meja belajarnya dan membaca surat itu kembali, ia sampai lupa kalau harus memfoto pr Matematikanya untuk Reno. Arnold tiada henti senyum-senyum saat membaca surat dari cewek yang ia bilang aneh ini. Hingga diakhir tulisan, tiba-tiba Arnold menyiutkan kembali senyumnya, setelah membaca tulisan Rere..
"Rere,
Suka sama Nonod."Perasaannya sangat bimbang setelah membaca akhir dari surat itu. Harus dijelaskan? Arnold bahkan tidak mengerti perasaan apa yang melandanya saat ini.
"Suka sama gue? aneh-aneh aja", Arnold menyunggingkan senyumnya.
Arnold kembali memasukkan surat ini kedalam lacinya. Kali ini ia tidak sembarangan memasukkan surat itu, ia menaruhnya didalam sebuah kotak dengan ukuran tidak terlalu besar yang bermotif permen warna-warni disana lalu menaruhnya didalam laci.
---
Mata Rere langsung menangkap seseorang yang ia cari-cari sedari tadi, sejak Val meyuruh Rere untuk stop membawa bekal agar Rere sering-sering keluar dari kelas, ia sekarang benar-benar mengikutinya.
Itu dia Nonodnya Rere!, dengan semangat Rere mengejar pria yang sedang membawa buku dengan jumlah yang banyak.
"Nonod!!", Rere berlari dan teriak dengan sangat pedenya padahal sekarang sedang jam pelajaran pastinya banyak siswa yang akan terganggu dengan suara cempreng itu.
Arnold mencari sumber suara itu, menoleh kekanan dan kekiri lalu melihat sosok yang sudah tidak asing lagi dihadapannya, andai saja matanya bisa berbicara pasti kata pertama yang akan dikatakan adalah BOSAN, dia lagi? ya Tuhan.. please jangan dia lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutest Girl (ON GOING)
Teen FictionIni kisah cinta tentang Arnold Sebastian Darmawan yang bimbang dengan perasaannya kepada cewek gila yang sering memanggilnya dengan 'Nonod'. Ini juga kisah cinta cewek lugu, Renatta Azzara Pratama yang sangat tergila-gila dengan salah satu cowok di...