Pagi ini Rere terlambat kesekolah karena kesiangan, akhir-akhir ini Rere sering tidur larut malam karena memikirkan seseorang yang selalu ada dibenaknya.
Tinggal beberapa meter lagi mobil yang mengantarkan Rere kesekolah akan sampai didepan gerbang,
"Mang ujang, ayo cepetan. Rere udah telat nih, emang kalo dihukum Mang Ujang mau ngegantiin?", kata Rere dengan cemas
"Iya sabar Re, Mang ujang juga gak bisa ngebut, kalo nabrak mobil depan gimana? emang Rere mau ngegantiin?", Rere mengenyitkan dahinya karena Mang Ujang telah mengembalikkan kalimat yang ia katakan pada Mang Ujang tadi.
Mang Ujang adalah supir keluarga Rere, bahkan Rere belum ada didunia ini Mang Ujang telah bekerja dikeluarga gadis tersebut. Walaupun Rere adalah majikannya, Rere tidak pernah suka dipanggil dengan sebutan Non, Nyonya, atau sebutan lainnya seperti yang dilakukan majikan-majikan lainnya. Mang Ujang sangat menyayangi Rere layaknya anak dia sendiri.
"Re, udah sampai sana turun."
"Oke mang! Mang, Rere salim dulu", setelah selesai salim dengan Mang Ujang, Rere segera turun dan lari kearah kelasnya.
"Hati-hati larinya Re!", teriak Mang Ujang.
Rere sangat mengerutuki dirinya karena bisa-bisanya dia telat bangun dihari selasa, hari dimana ada pelajaran Matematika dijam pertama, dan gurunya juga terkenal Killer.
Rere lari dengan semangat 45 agar gurunya tidak lebih dulu masuk sebelum dirinya. Bel memang baru saja berbunyi sekita 3 menit lalu, kemungkinan guru dijam pertama belum masuk kekelas.
Brukkkkk!!
Rere meringis kesakitan dilantai karena baru saja ia ingin berbelok kearah tangga, tetapi langsung menabrak bahu seseorang. Tinggi, dan dadanya sangat bidang, membuat orang tersebut tidak jatuh dan malah Rere yang terlempar.
"Itu sebabnya Handphone diciptain, buat ngebantu manusia dalam setiap kegiatannya, atau emang Handphone lo yang gak ada Alarmnya?."
Rere yang masih berada dilantai langsung mendongak keatas, dan masih bingung dengan perkataan laki-laki tersebut.
"Yaampun Nonod kok bisa disini?! bantuin Rere bangun dulu dong baru ngomong. Gak peka banget sih Nonod! belum pernah pacaran ya makanya gak pek gini sama cewe? yaudah pacarannya sama Rere aja.", cerocos Rere tanpa berhenti
Rere mengangkat tangannya kearah Arnold.
"Ini Nonod, ambil tangan Rere, gak kasihan apa lihat Rere yang masih duduk dilantai gini?", Rere memang sengaja berlama-lama duduk dilantai agar dibantu oleh Arnold, bahkan ia sampai lupa kalau tujuan ia berlari adalah agar tidak didului oleh guru killernya itu.
Tapi bukannya dibantu, Arnold malah pergi meninggalkan Rere yang masih duduk manis dilantai.
"NONOD!!!! KOK RERE DITINGGAL SIH?!!!!!!!!", teriak Rere menggelegar bahkan hampir semua kelas mungkin mendengarnya.
Rere terdiam sejenak, dan berfikir.
"ASTATANG!! RERE TELAT!! BU RANTI PASTI UDAH MASUK KELAS!", kata Rere dengan panik bukan main sambil segera bangun dari tempatnya dan berlari kearah kelas.
Sama seperti dugaan Rere, ia terlambat. Rere mengendap-endap mengintip dari jendela, dan melihat Bu Ranti yang sedang menulis dipapan tulis. Tidak ada cara lain selain menyerahkan diri. Rere bukan seperti anak nakal lainnya yang akan masuk diam-diam, walaulun Rere tau dia tidak sepintar teman-temannya tetapi berusaha menunjukan sikap kejujurannya.
Tok!Tok!
"Maaf bu Rere terlambat", Rere menunduk pasrah.
"Ibu saya yang dikampung juga tau kalau kamu terlambat!, kamu tidak boleh mengikuti pelajaran saya hari ini, kamu terlambat cukup lama. Sekarang kamu bersihkan lapangan, dan cari sapunya sendiri", perintah Bu Ranti dengan tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutest Girl (ON GOING)
Fiksi RemajaIni kisah cinta tentang Arnold Sebastian Darmawan yang bimbang dengan perasaannya kepada cewek gila yang sering memanggilnya dengan 'Nonod'. Ini juga kisah cinta cewek lugu, Renatta Azzara Pratama yang sangat tergila-gila dengan salah satu cowok di...