EPILOG

1K 34 11
                                    

Gadis itu terengah-engah, mengejar seseorang yang laju jalannya melebihi kecepatan kilat. Matanya tak henti-henti mengerjap, takut-takut salah lihat.

Kini, orang itu berhenti mendadak. Kaget, gadis itu membatu di tempat. Hanya selangkah lagi nyawa orang itu, hitungan langkah kaki.

"Jangan!" Tangannya berusaha menggapai dengan gemetar.

Sama sekali tak digubris.

"Jangan, tolong!" Kali ini si gadis mulai tergerak untuk mendekat, tapi masih berusaha menjaga jarak.

Berhasil, membuat orang itu menoleh. Memperlihatkan senyum, terselip makna tersirat dalam senyuman tersebut.

"Perjalanan masih panjang, jangan putus asa!" Si gadis berteriak lantang, seolah dirinya kuat. Padahal, beling-beling yang diinjakknya amat cukup menggambarkan kondisinya sekarang.

Ya, berjalan tanpa alas kaki. Bodoh sekali, padahal sudah tahu jalanan penuh pecahan beling akibat perombakan gedung. Demi orang itu.

Tanpa bisa diduga, orang itu menghampiri si gadis. Mungulurkan tangan dan berucap, "Ayo pulang."

Ke mana? Jangan sampai ke sana. Ooh tidak, si gadis menghela napas lega. Rupanya dia dibawa ke sebuah taman. Indah sekali seluas mata memandang, tapi tak ada tanda-tanda kehidupan.

"Rumah?"

"Iya."




Rapuh [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang