🍃Prolog

24.8K 1K 48
                                    

❤💜❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤💜❤

Sang mentari telah muncul dari tempat persembunyiannya dan mulai bergantian tugas dengan sang rembulan untuk memancarkan energinya sebagai sumber kehidupan.

Cuaca hari ini cukup cerah, sama halnya dengan suasana hati ibu dengan satu anak ini, Park Mari. Ia menyiapkan sarapan dengan penuh semangat dan memasak menu andalannya di dapur.

Bau masakan yang begitu khas nan sedap ini mampu mengundang selera makan dan memancing air liur untuk keluar bagi siapa pun yang mencium aromanya.

Dengan telaten ia memotong sayur-mayur dan bahan-bahan lainnya untuk dimasak bersamaan dengan sup ayam yang ia rebus di panci untuk dijadikan santapan lezat pagi ini.

Selagi Park Mari memasak, terdengar suara derap kaki melangkah dari arah tangga yang makin lama makin terdengar jelas dari dapur.

Perempuan paruh baya itu menoleh ke arah suara itu berasal. "Kau sudah bangun?"

Si lawan bicara hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Lucu.

"Baunya enak sekali. Apa yang sedang eomma masak?" Laki-laki berwajah imut ini bertanya antusias seraya melirik isi panci yang mengeluarkan gelembung-gelembung kaldu di dalamnya.

"Eomma memasak samgyetang kesukaanmu," ucapnya dengan seulas senyum. "Kau tunggu saja di meja makan. Sebentar lagi eomma selesai."

"Geurae."

Namja dengan setelan santai berwarna putih itu mengindahkan perkataan eommanya dan duduk di meja makan.

"Bagaimana sekolahmu? Apa tugasnya makin banyak saja tiap harinya?" Tanya Park Mari sambil menata piring dan panci sup di meja makan.

"Kalau dibilang banyak, tentu iya. Tapi apa daya aku sebagai seorang siswa, aku hanya bisa berusaha untuk menyelesaikan semuanya dengan baik, eomma."

"Aigoo, kau pasti sangat lelah belakangan ini," ucapnya khawatir sambil mengelus pucuk kepala sang anak. "Kau harus banyak makan agar energimu tetap penuh, sayang. Ayo, dimakan supnya selagi panas! "

Park Mari menyajikan nasi dan menyendokkan sup ayam ginseng di atas piring putranya, Jeon Jungkook.

"Gomawo, eomma." Kemudian ia memasukkan sesendok nasi dengan potongan ayam beserta kuahnya ke dalam mulut.

Ia pun menoleh ke arah eommanya dengan mata yang membelalak, "Hmmm, jinjja masitta! Samgyetang ini enak sekali, eomma." Pujinya dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Jinjja? Jhoa-yo?"

"Tentu saja aku menyukainya. Tidak ada cela untuk masakan ini," ia menyuapkan lagi masakan eommanya dan mengunyahnya penuh rasa puas. "Kau memang chef terbaik, eomma!" Serunya menambahkan dengan ibu jari yang ia angkat ke arah eommanya.

My Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang