🐯PART 5🐰

10.3K 716 65
                                    

Hari sudah sore. Sinar matahari pun mulai beralih dari Timur ke ufuk Barat--membiaskan cahaya kemerahan di langit Seoul.

Jungkook terpaksa membawa masuk sepedanya ke dalam bis untuk pulang. Ia merasa lemas dan tak kuat untuk mengendarai sepeda dengan kondisi yang kurang baik seperti sekarang ini.

Lihat, siapa yang dimaksud kakak tirinya itu sebagai anak manja? Jeon Jungkook? Oh tidak, ia salah besar! Sangat salah dan tidak ada kebenaran dalam perkataannya.

Apa Jeon Jungkook meminta sebuah motor atau kendaraan bermesin lainnya untuk ia kendarai saat ke sekolah? Tentu saja tidak. Dan ketika Kim Jaein menawarkan sebuah motor besar macam Taehyung, apa ia menerima pemberian itu? Jelas, ia menolaknya dengan gamblang. Ia tak menginginkan barang-barang mewah seperti tuduhan Taehyung kala itu.

Namun apa yang ia minta? Ia hanya menginginkan kendaraan sederhana yang tidak bernilai mahal untuk ia kendarai.

Hey ayolah, ia hanya meminta sepeda. Sebuah se-pe-da! Kendaraan sederhana yang harus ia kayuh dengan mengerahkan sebagian tenaganya untuk berangkat ke sekolah. Berbeda dengan murid-murid elite lainnya yang lebih memilih mobil atau motor bernilai ratusan juta untuk pergi ke sekolah, termasuk Taehyung.

Jungkook meremas perutnya, menahan rasa sakit yang bergejolak di dalam sana dengan mata yang terpejam.

Ada apa dengan perutku? Apa minuman yang diberi pelayan itu kini berefek pada pencernaanku? Oh Tuhan, kenapa rasanya sakit sekali! Ku harap aku bisa sampai ke rumah secepatnya dan segera beristirahat.

❄❄

"Jadi dia itu adik tirimu?" Mata teman-temannya mengarah ke wajah Taehyung--meminta jawaban dari rasa tak percaya mereka.

Kepala Taehyung mengangguk, "Hm. Dia si pengacau yang sering ku ceritakan pada kalian tiap waktu." Ia menjelaskan kalau seorang namja yang menjadi murid baru itu adalah adik tiri yang begitu ia benci.

"Wah, diriku tidak menyadari saat namja bernama Jeon Jungkook itu memperkenalkan dirinya di depan kelas. Aku sama sekali tidak menyangka kalau dialah orangnya." Ungkap Hoseok dengan mata yang berkedip-kedip dengan satu telapak tangan yang menutup mulutnya, tak percaya.

"Jadi, apa kau yang membuatnya seperti itu tadi siang?" Tanya Hoseok lagi. Kali ini semua mata bukan tertuju pada Taehyung, justru memandang pada si pembuat pertanyaan. "Wae? Kenapa kalian memandangiku seperti itu, eoh? Aku hanya bertanya."

Dengan lugas Taehyung menjawab, "Ya, aku lah yang membuatnya seperti itu! Aku puas membuatnya menderita. Karena itulah keinginanku untuk membuat dirinya terus tak tenang dan merasa tak nyaman untuk tinggal di sini."

"M-mwo?" Tiba-tiba suara namja terdengar dari arah pintu masuk dengan sorot matanya yang tajam. "A-apa aku tidak salah dengar tadi? Kau bilang, kau yang membuat Jungkook kesakitan seperti itu di Kantin? Kenapa kau lakukan itu padanya, eoh? Apa kau gila?"

Taehyung berdiri dari sofa dan berhadapan dengan namja itu, "Wae?! Apa kau tidak suka? Kau telah menggagalkan rencanaku dengan memberinya minuman itu, Park Jimin!" Intonasinya cukup tinggi, sampai semua orang tersentak kaget saat suara Taehyung memenuhi isi ruangan.

Tangan Taehyung meremas kerah baju Jimin sampai kedua wajah mereka mendekat, "Dengarlah. Kalau kau terus menggagalkan rencanaku dan membelanya lagi, aku tak segan-segan mematahkan tulang rahangmu sampai remuk!"

"Hey, sudahlah! Apa kalian ingin membuat keributan di rumahku?!" Lerai Min Yoongi dan melepaskan tangan Taehyung yang masih memegang kuat kerah kemeja milik Jimin. "Lagipula sekarang sudah malam, pulanglah!" Lanjutnya mengusir semua temannya pergi, termasuk kedua orang yang tengah berseteru itu.

My Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang