🐯PART 7🐰

10.3K 1K 28
                                    

Enjoy! :)

❤💜❤

Hari sudah sore. Cuaca di Ibukota makin dingin oleh terpaan angin kencang dan rintikan air hujan yang sejak tadi membasahi bumi tiada henti.

Jungkook pergi ke dapur untuk memasak makanan untuk dirinya, karena sejak tadi pagi ia hanya memakan semangkuk juk yang dibeli Taehyung untuk sarapan.

Ia memang 'bandel'. Seharusnya saat kondisinya yang sedang sakit seperti ini pola makan harus tetap ia jaga. Jam makan yang seharusnya dimakan saat siang, justru ia makan pada saat sore hari. Telat makan tidak akan membuatnya mati, mungkin itu yang dipikirnya.

Ia membuka kulkas. Melihat bahan makanan apa yang akan dimasaknya kali ini. Untung pada saat di Busan, ia selalu membantu Park Mari memasak. Jadi sedikit demi sedikit, ia mengerti bagaimana cara memasak yang enak dan lezat.

Semua bahan sudah ia pilih dan menaruhnya di atas bench dapur. Namun saat ingin menaruh pan di atas kompor, dahinya sedikit mengernyit.

Apa ini? Bukankah ini bubur yang aku makan tadi pagi?

Jungkook juga melihat tempat sampah kecil yang berada di pojok dapur, begitu banyak bahan makanan sisa yang terbuang di sana. Ada brokoli, daun bawang, dan sayur mayur lainnya---sama seperti bahan-bahan yang ada di mangkuk juk sarapannya pagi ini.

Di samping itu, suara langkah kaki terdengar bersamaan dengan gesekan kantung plastik di depan sana. Suaranya makin terdengar di telinga Jungkook, seperti ada seseorang yang akan datang ke ruang dapur itu.

"Kau sedang apa? Kenapa kau ada di sini bukannya di kamarmu?" Tanya Taehyung dengan baju sekolahnya yang tak lengkap.

"A-aku.. aku lapar. Makanya aku ke dapur untuk memasak makanan yang ada." Jawabnya tergagap. "Kau sudah pulang?" Pertanyaan retorik. Jungkook tak tahu lagi harus berkata apa. Setidaknya ia harus berbasa-basi, bukan?

Taehyung mengangguk, "Hm. Kemarilah dan duduk di meja makan." Taehyung menaruh barang bawaannya yang berada di kantung plastik dan mengeluarkan 2 kotak besar ke atas meja.

Jungkook maju dengan langkah yang merembet dan perlahan---seperti anak kecil yang takut akan orang asing yang baru dikenal.

Jungkook duduk dengan memperhatikan wajah sang kakak yang sedang menata piring dan minuman yang diambil dari dapur. Begitu lembut dan teduh, walau tak ada segaris senyum yang terukir di sana.

Kemudian Taehyung duduk berhadapan dengan Jungkook, menatap netra namja yang hanya berbeda beberapa bulan dengannya itu.

"Maaf."

Satu kata keluar begitu saja dari mulut Taehyung. Jungkook yang mendengar langsung menurunkan dan mengerucutkan kedua ujung alisnya, tak mengerti.

"Maaf sudah membuatmu seperti ini." Lanjutnya lagi. Ada raut penyesalan di sana. "Aku lah orang yang memberimu minuman itu saat di Kantin. Aku benar-benar bodoh melakukan hal itu padamu. Maafkan aku."

Jungkook terdiam. Matanya agak terbuka lebar mendengar pengakuan sang kakak tiri, Taehyung.

Ia tak tahu maksud dari Taehyung melakukan hal itu padanya itu apa. Apa karena ia orang yang mengacaukan hidup dan menjadi dinding antara hubungannya dengan sang ayah, seperti yang pernah dikatakan Jimin saat itu? Iya?

Namun Jungkook menghela napasnya perlahan---mencoba menepis pemikiran itu semua dan melupakan kejadian yang ada.

Ia pun membuka mulut, "Gwaenchana," senyumnya tipis. "Kau tidak salah, hyeong. Seharusnya aku tidak meminum minuman itu, tanpa mengetahui dengan jelas siapa orang yang mengirim. Aku yang terlalu bodoh saat itu."

My Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang