🐯PART 14🐰

8.7K 599 50
                                    

Setelah beberapa hari sejak Taehyung hyeong menciumku di Perpustakaan, hubungan kami makin dekat saja seperti magnet.

Kalau sebelumnya kami ini bagaikan air dan minyak yang tidak bisa disatukan, kini justru berbanding terbalik dari realita.

Kami benar-benar dekat. Sangat lekat. Rasanya masih seperti mimpi. Sungguh.

Apa aku pernah mengatakan kalau Taehyung hyeong itu posesif? Kini aku akan menambahkan kalau sekarang ia begitu overprotective. Benar-benar melindungiku secara berlebihan. Menganggap diriku seperti anak kecil yang tak boleh pergi kemanapun kalau belum ada kata 'Ya' yang keluar dari mulutnya.

Mungkin kalau aku ini seekor peliharaan, ia akan memberikanku kalung sebagai wujud kepemilikan atas dirinya. Atau mungkin—seperti barang. Ia akan melabelkanku dengan nama Kim Taehyung dengan huruf kapital, seakan-akan aku ini barang yang tak boleh orang lain sentuh atau bahkan diakui hak milik oleh mereka.

Aku jadi teringat kata-katanya tempo hari. Ia pernah berbisik, "Kau itu kelinciku, milikku. Bukan milik orang lain."

Sumpah demi Neptunus sang penguasa lautan, sampai detik ini pun aku masih bergidik ngeri dengan ucapannya kala itu.

Ia benar-benar menganggapku sebagai miliknya. Hanya miliknya—kepunyaan Kim Taehyung seorang. Tak boleh ada satu orang pun yang boleh mendekatiku selain sosoknya yang terus mengikutiku bagaikan bayangan.

Sampai suatu ketika, aku mengeluh akan sikapnya.









"Jungkook, apa kau bisa mengadakan bimbingan belajar? Sungguh, aku tak paham apa yang diajarkan Guru Hwang. Dia terlalu cepat dalam mengajar tanpa peduli muridnya mengerti apa tidak."

"Benar, Jungkook. Kumohon padamu, ajarkan kami tentang materi ini. Kau mau kan menjadi tutor kami?"

Jungkook masih bergeming di tempat duduk—memasang wajah bingung dengan kuku-kuku jari yang ia mainkan asal. "Ehm, maaf. Aku tak bisa."

"Kenapa?" Tanya salah seorang temannya itu dengan wajah sedikit kecewa.

"A-aku tidak bisa. Aku—"

"Ada apa ini?" Suara seseorang tiba-tiba menginterupsi dan ikut gabung dengan ketiga namja itu.

"Ada apa, Jungkook? Kenapa mereka berdua ada di tempatmu?" Sambungnya bertanya.

"Uhm, mereka memintaku untuk menjadi tutor. Tapi,.."

"Tapi kenapa?"

"Tapi aku tidak bisa, Jimin-ssi. Dan aku tidak bisa mengatakan alasannya kenapa."

Jimin menghela napas—ikut duduk di samping Jungkook dan menatapnya. "Ayolah. Ada apa, Jungkook? Kenapa kau menolaknya? Lagipula waktu itu kau pernah membantuku dalam belajar matematika. Kenapa sekarang kau jadi tidak bisa?" ungkapnya.

"Kalian berdua tidak apa-apa kan kalau waktu belajarnya menyesuaikan jadwal Jungkook sibuk atau tidak?"

Kedua namja itu kompak menjawab, "Iya, tidak apa-apa."

"Kami akan ikut saja sesuai waktu yang Jungkook bisa, Jimin-ssi. Kapan pun Jungkook ingin mengadakan bimbingannya, kami akan datang." Jelas namja dengan rambut cokelat.

"Lihat sendiri, bukan? Mereka akan menyesuaikan jadwalmu. Kalau kau sibuk, mereka tidak akan memaksamu untuk mengajarkan mereka. Waktu kau yang menentukan, Jungkook."

"Tapi ini bukan masalah waktu, Jimin. Ini bukan soal aku sibuk atau tidak."

"Lalu apa?"

"A-aku—aku takut Taehyung hyeong marah." Jawab Jungkook yang masih memainkan ujung jari tangannya di atas meja.

My Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang