11 - best friend

783 64 6
                                    

Mungkin ini bisa disebut tahun baru tersedih. Karena hanya bisa merayakan tahun baru satu hari dan keesokannya gue harus kembali sekolah. Iya, berkutat dengan soal-soal try out atau latihan UN. Karena gue sebentar lagi lulus, seharusnya nggak ada waktu untuk main twitter atau fangirlingan lagi.

Keadaan kelas juga udah agak berubah. Yang biasanya gue lihat di hari pertama sekolah setelah libur panjang ini, kebanyakan pada mager buat dateng dan menikmati satu hari bonus liburan. Atau sama aja meliburkan diri. Tapi, sekarang beda. Nggak ada bangku kosong yang terlihat, bahkan rata-rata semua duduk di bangku masing-masing sambil berkutat pada buku.

Oh, how great, ketika semua orang berprogress gue disini masih stagnan dan mikirin idola gue.

Tapi gue bersyukur. Gue terlahir dengan otak yang suka spontanitas. Jadi, gue lebih suka belajar dengan sistem kebut semalam dan dalam sekejap semua materi terserap ke otak. Sampe banyak banget yang ngomel ke gue karena 'kemaren lo bilang gak belajar, kok nilainya bagus?' yaa karena ketika mereka nanya gue bener-bener belum belajar. dan setelah itu gue belajar mati-matian sehingga nilai gue bisa memuaskan.

Jadi, daripada gue keikutan ambis, gue memutuskan keluar dari kelas dan berencana menemui Diva. It's been a long time! Gue nggak pernah DMan sama dia juga karena keasikan sama BTS. Rasanya kangen banget. Padahal baru beberapa minggu kita nggak contactan. Tapi segera ada rasa pengin fangirlingan bareng pas nginget dia.

Gue berteman sama Diva sejak kelas sepuluh. Gue bahkan nggak duduk sebangku sama dia karena awalnya kami benar-benar nggak saling kenal. Hanya saja waktu itu gue nggak sengaja mendengar lagu dari earphone Diva yang bunyinya terlalu kencang, sehingga mengundang gue untuk mendatangi dia dan tanpa basa-basi bertanya 'lo army?' Lalu, sejak itu kami berteman dekat.

Secepat itu, semudah itu.

Sebenarnya gue suka main bareng nggak sama Diva aja. Ada empat teman lagi yang biasa untuk tempat gue nge-halu. Itu termasuk Nadia. Cuman ya, berhubung udah kelas dua belas nih, mereka mulai nggak sefanatik dulu-dulu. Makanya sampai sekarang gue masih deket bangetnya sama Diva, sedangkan Nadia karena sekelas lagi dan sebangku, jadi kami masih banyak interaksi.

Begitu gue sampai di kelas Diva, tanpa mengetuk, gue memasuki kelasnya. Gue mencari sosok Diva ke sepenjuru kelas dan ternyata itu anak lagi bawa buku tulis juga berjalan ke arah luar kelas.

Gue hendak menyapanya dan beberapa teman yang sedang berjalan dengannya. "Dip lo mau kemana?" tanya gue langsung.

"Ruang guru," jawab Diva singkat.

"Ikut d—"

"Juli bukan?"

Gue menoleh. Mendapati salah satu teman sekelas Diva yang gue tahu. Dari dulu kami hanya saling tahu nama tanpa pernah berkenalan atau mengobrol intens. "Eh, iya. Ada apa?"

"Hm nggak gue cuman mau anu.." Gue masih menunggu ucapan yang dia lontarkan. "Nitip salam,"

"Buat?"

"Taehyung."

Seharusnya gue udah mengerti posisi ini. Padahal, setiap hari orang-orang pun menyampaikan hal serupa tapi kenapa gue masih deg-degan ya kalau diginiin.

Gue takut nggak bisa amanah.

Tapi daripada semakin buat suasana canggung, gue memilih untuk tersenyum padanya. Lalu mengangguk perlahan. "Iya tenang aja, nanti disampein kok,"

Matanya langsung berbinar senang. Gue cukup senang juga kalau melihat orang bahagia kayak gini. Apalagi karena gue. "Makasih banyak, Juli!" Dia masih kegirangan dan gue belum berani pamit. Gue mau ngejar Diva karena kalau gue ditinggal nanti gue purik di sini. "Imbalannya apa nih? Ayo sebut apa aja nanti gue kasih."

lucky x btsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang