16 - new friends

427 36 5
                                    

Gue pernah bilang kalau di kelas gue punya dunia hanya berdua dengan Nadia?

Itu benar. Karena gue sama Nadia bener-bener setiap hari kerjanya fangirlingan, ngeluhin fanfiction angst, atau halu dengan tingkat parah luar biasa. Beberapa teman sekelas gue juga ada yang kpopers dan nyambung dengan gue dan Nadia kalau membicarakan BTS. Tapi, memang tak terlalu dekat. Entah gue sama Nadia yang terlalu menjaga jarak, atau mereka yang nggak terlalu nyaman harus membicarakan hal seputar itu setiap saat.

Tapi sial, hari ini Nadia nggak masuk sekolah. Sebenarnya itu hal yang tidak perlu dikesali lagi karena memang dia seperti itu. Nadia sering tidak masuk kalau akan ada ulangan harian. Gue sampai sering mengomel padanya, tapi, sudah tabiat dan akan sangat susah untuk diubah.

Sehingga terpaksa gue sendirian. Ditambah Diva dan gue yang sedang bertengkar. Biasanya kalau Nadia tidak masuk, akan ada Diva yang saat istirahat datang ke kelas atau sebaliknya. Jadi, gue nggak akan begitu merasa kesepian meski saat pelajaran duduk sendirian itu rasanya aneh.

Gue sedang belajar untuk ulangan harian nanti. Tapi, tiba-tiba seseorang duduk di samping gue. Dia tersenyum saat gue menoleh dan berusaha untuk melihat kegiatan gue sekarang.

"Gue liat-liat sekarang lo rajin, Ju." Gue cengegesan karena memang begitu kenyataannya. Akhir-akhir ini gue sering belajar walaupun terkadang jika Nadia mulai menyebut 'Jungkook' gue langsung menutup buku dan mulai fangirlingan.

"Lo kali yang kemalesan." jawab gue seadanya dan seseorang di samping gue tergelak.

Namanya Kanaya. Gue pernah nggak sengaja mendengar dia berteriak nama Jimin. Gue seketika menoleh ke arah Nadia lebih dulu karena mungkin saja ia juga mendengar. Tapi, ternyata telinga teman sebangku gue disumbat oleh earphone. Jadi, gue mengalihkan pandangan ke arah Kanaya dan gadis tersebut sedang melihat sesuatu di ponselnya.

"Ju, lo army, ya?" Gue reflek menoleh. "Gue baru-baru ini suka BTS. Gara-gara liat fancam Jimin di iklan youtube." lanjutnya bikin gue senyum-senyum sendiri.

"Oh, ya? Fancam yang mana?" tanya gue mulai antusias. Kayaknya bakal seru nih nambah teman army. Apalagi masih baru. Jadi bisa sharing konten BTS yang seru.

Kanaya hendak membuka ponselnya, seperti ingin menunjukkan sesuatu.

Wow, lockscreennya terpampang wajah Jimin, pemirsa.

Ia membuka youtube, lalu menunjukkan gue fancam Idol Jimin. Lalu tanpa sadar kami menonton bersama.

Ketika baru dimulai, nampak Jimin dengan jas merah khas idolnya. Jimin berdiri menyamping dan di depannya terlihat punggung Jungkook. Kanaya tahu-tahu menunjuk Jungkook. "Ini yang rambut merah Jungkook, ya?" Gue mengangguk, tapi masih tak mengalihkan pandangan. "Sebelum gue liat fancam ini sempet hafal wajah Jungkook. Tapi di sini beda, gue jadi berpaling ke Jimin." Agak lega sih.

Aduh, please hilangin bias is mine lo, Ju. Gerutu gue dalam hati yang masih sensitif membicarakan hal seperti ini.

Gue benar-benar malu setelah ditegur Taehyung waktu itu. Gue merasa bersalah banget dan mulai berubah supaya nggak akan kayak gitu lagi. Gue bakal mencintai mereka bertujuh. Nggak kurang bahkan sekalian lebih.

Setelah selesai, gue sama Kanaya malah senyam-senyum nggak jelas. Kayak pengen mengutarakan perasaan masing-masing tapi nggak tahu bagaimana menjelaskannya. Gue tahu banget rasanya jadi Kanaya setelah bisa dapat teman fangirling. Gue yakin dia pengin teriak tapi malu.

Lucu banget, sumpah. Gue seseneng ini punya teman army baru.

Kanaya kemudian membuka aplikasi twitter. Ia menyerahkan ponselnya ke gue dan berkata, "Pasti lo punya fan account. Kita harus follow-an!"

Gue langsung tercekat. Sejujurnya gue nggak terlalu suka follow-an sama teman rl. Iya, kecuali Diva. Entah ada apa dengan bocah satu itu. Tapi, gue nggak enak sama Kanaya. Jadi, gue memilih untuk mengetikkan username twitter dan mem-follow akun gue di sana.

"Wow!" Kanaya berseru, matanya membulat benar-benar terkejut. Gue sudah berjaga-jaga atas responnya. "Followers lo banyak banget."

Gue tersenyum kikuk. "Ya gitu deh,"

Kanaya terfokus pada ponselnya. Melihat-lihat profil akun gue mulai dari following lalu followers-

"Lo.. difollow BTS?!"

Gue nggak tahu harus merespon apa. Jadi, gue hanya mengangguk perlahan. Karena pastinya Kanaya bakal menghujam gue beberapa pertanyaan lagi.

"Lo beruntung banget, Ju!" Kanaya menggoyang-goyangkan badan gue dengan antusias. Gue pasrah. Mulai terbiasa dengan keadan seperti ini. "Lo pernah DMan nggak sama mereka?"

"Iya." jawab gue singkat. Nggak terlalu suka dengan pembahasannya. "Kalau lo mau titip salam ke Jimin, nanti gue usahain. Tapi, ya gitu, gue nggak terlalu deket." lanjut gue yang menjelaskan lebih dulu. Supaya nggak ada salah paham lagi.

Kanaya mengangguk-angguk. Lalu bertanya, "Terus yang deket sama lo siapa?"

Gue sejenak berpikir kata-kata yang pas untuk menjawabnya. "Hm, sekarang sama Taehyung lumayan. Kalo Namjoon dulu sempet deket banget."

"Ya ampun, Ju. Gue nggak nyangka bisa temenan sama orang dalem!"

"Tapi, Nay. Army tuh pada nggak suka sama gue."

Kanaya menaikkan satu alis. "Maksudnya?"

Gue menceritakan hal runtutnya pada Kanaya. Bahkan gue menunjukkan thread yang dimaksud. Nggak ada yang gue tambahin, nggak ada yang gue kurangin. Persis seperti apa yang terjadi hari itu dan semua unek-unek yang gue rasain.

Serius, lega.

Mengingat itu, gue jadi sedih sendiri. Jadi teringat gue nggak bisa tidur semalaman karena menangis soal satu twitter ramai karena membicarakan keburukan gue. Apalagi gue juga kehilangan teman-teman dekat. Itu sih yang paling bikin susah berhenti nangis.

Kanaya mendengarkan semuanya. Dia juga menenangkan gue yang hampir menangis.

"Gue percaya sama lo kok. Gue tahu maksud lo kayak gitu baik." ujar Kanaya perlahan. Masih berusaha menenangkan gue. "Gue emang penggemar baru. Tapi, gue udah lama jadi fangirl. Dan gue tahu gimana caranya memperlakukan idola yang udah ngasih kespesialan itu ke kita. Pun, kalau gue jadi lo, gue akan melakukan hal yang sama."

Gue akhirnya percaya kalau masih ada orang yang mau menerima gue. Dan gue mau banyak berterima kasih akan hal itu pada Kanaya.

"Kalau lo bilang army nggak ada yang suka sama lo, gue nggak bakal jadi army yang ada dibagian itu." Gue ingin memeluk Kanaya sekarang. Kalimatnya benar-benar bikin hati gue luluh. "Dan asal lo tahu, ini yang bikin BTS percaya sama lo. Lo kuat dan pengertian."

Gue mengangguk. Hampir menangis karena terharu.

"The luckiest army. That suits in you."










+++
a/n

HAI!!!
gua merasa bersalah banget karena sempet bilang bakal sering update tapi ternyata nggak:( sumpah udah niat kayak gitu tapi lagi mood buat belajar. gua sekarang kelas dua belasss bakal bertarung sama utbk😣

btw, awal gua menulis ini tuh pas kelas sebelas. terus gegara nganggurin dan ngelanjutin di kelas dua belas, gua jadi makin ngefeel gitu nulisnya karna ngerasain jadi anak kelas dua belas.

di cerita ini suasana kelas dua belas dibikin tegang. pas mulai semester baru semua pada belajar un sama utbk. taunya aslinya apaaaaa orang-orang santuy parah kayak gaada beban idup. dan gua termasuk ke golongan itu wkwk. bahkan kelas gua waktu simulasi un sempet gaikut! mana un tahun ini juga nggak diadain. jadi bikin gua rada molor gitu deh belajarnya. jangan dicontoh ya:(

stay safe untuk kalian semua yang udah tiga minggu di-quarantine!

lucky x btsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang