15 - simulation

428 39 4
                                    

방탄소년단: have you asked her?

Gue menghela nafas berat saat notifikasi tersebut muncul. Padahal, tadinya gue udah mulai nggak kepikiran. Tapi, ah sial, Taehyung selalu ngingetin sampai setiap hari bikin gue pusing. Apalagi, hari ini ada simulasi UN dan gue belum belajar sama sekali saking sibuk mikirin masalah itu.

Di samping itu semua, gue punya kabar baik. Orang tua gue ngizinin buat nonton konser setelah lihat peringkat try out gue di tempat les. Gila, gue seneng banget. Selain bikin orang tua gue luluh, gue juga jadi bangga sama diri sendiri karena kerja keras itu ada hasilnya. Selama les, karena gue nggak lagi dekat dengan teman-teman gue biasanya, gue jadi harus bergabung dengan kumpulan anak ambis. Setiap kelas berlangsung, nggak pernah mereka membicarakan hal nggak penting semacam gerutuan penghapus jatuh ke lantai atau materi UTBK yang out of my mind. Tapi, gue harus menikmatinya. Dan ternyata itu semua memberikan hal positif.

Gue bakal ke konser BTS!

Setiap gue teringat hal tersebut, selalu beriringan dengan notifikasi DM yang menanyakan lo udah nanyain dia belum? Dan seketika bikin gue murung lagi.

Gue cerita semua hal pada Namjoon (karena Taehyung capek buat minta translate sama Namjoon dan google translate), dan dia udah banyak ngasih advice ke gue.

Lalu, setelah gue pikir-pikir, memang gue gengsinya terlalu besar dan overthink parah.

Pertama, gue kesel banget sampai rasanya malas buat ngomong sama Diva. Dia marah dengan alasan yang bahkan nggak gue tahu. Apalagi bakal aneh nggak sih kalau gue tiba-tiba ngajakin dia ke konser BTS di luar negeri padahal kita lagi nggak baik-baik aja? Kalau alibinya karena gue nggak ada temen fangirl selain dia, keliatan banget. Soalnya Nadia aja yang notabenenya teman terdekat gue sekarang malah nggak gue ajak. Kedua, gue selalu mikir Diva bakal nolak. Gue tahu persis Diva kayak gimana orangnya. Dia juga sama kayak gue, gengsinya besar banget. Makanya gue selalu berpikir ulang buat nanyain ke dia karena daripada gue ditolak, lebih baik nggak sama sekali kan?

Tapi—kan tujuan gue ke konser adalah buat baikan sama Diva. Masa jadi gue ke konser sendirian? Jujur kalau kayak gitu sih gue juga nggak mau. Bukannya gak tahu diri atau gimana ya. Tapi, lo pernah nggak sih pengen banget ke konser bareng temen deket lo? Ngefanchant bareng, teriak-teriakan bareng, nangis bareng dan desak-desakan bareng.

Gue mendecak lagi setelah mendengar notifikasi yang ternyata dari BTS lagi. Ada ya orang nggak seneng di DM sama BTS.

방탄소년단: can you send me her email?

Gue mengerutkan alis. Berusaha mengingat kalau gue sempat bertukar pesan lewat email dengan Diva. Iya, waktu itu kami lagi gabut dan chatan di email. Sekalian nyoba-nyoba aja. Dan ternyata nggak enak.

Segera gue kirimkan email Diva ke BTS. Gue nggak nanya sama sekali. Nggak kepikiran juga buat melakukan hal itu. Soalnya, pusing banget. Sebenarnya sekarang gue di kelas sedang berkutat dengan tugas biologi segambreng karena gurunya nggak bisa masuk.

방탄소년단: you don't have to ask her

방탄소년단: we've sent her a surprise

Gue ngerepotin lagi deh.

Langsung gue ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Nggak tahu lagi, mereka masih sempet aja ngurusin hidup fans yang bahkan mereka nggak tahu rupanya kayak gimana. Baik banget? Gue bener-bener nggak salah ngestan!

Tapi, kalau orang-orang tahu, pasti gue bakal dihujat habis-habisan. Pasti gue dituduh udah manfaatin BTS. Padahal, ya nggak begitu juga walaupun memang iya. Tapi, ya gimana... Kalian kalau jadi gue bakal gimana?

+++

Seperti yang gue bilang, hari ini gue ada simulasi ujian nasional. Kebetulan kelas gue dapat sesi tiga, jadi itu berlangsung pukul sepuluh pagi tepatnya pas istirahat pertama. Huh, baru saja selesai mengerjakan biologi, terus sekarang udah dicekokin soal-soal lagi. Memang nasib anak kelas duabelas.

Gue dan Nadia berjalan ke laboratorium komputer yang berada di lantai dua. Berkali-kali gue memanjatkan doa dan mengeluh kalau gue belum belajar sama sekali. Sedangkan Nadia di samping dengan sabarnya menenangkan gue.

Ketika di tangga, gue nggak sengaja berpas-pasan dengan–uhm, Diva. Dia pasti baru saja selesai simulasi karena gue tahu kelasnya mendapat sesi kedua. Dia juga bersama dengan teman-teman sekelasnya, seperti sedang membahas soal dengan seru sampai akhirnya mata kami tiba-tiba bertemu.

Awalnya, gue mau berpura-pura nggak melihat walaupun dalam hati resah ingin membicarakan kejutan yang dikatakan oleh BTS. Tapi, gue tersentak ketika sebuah tangan tiba-tiba memegang lengan gue erat sehingga gue memberhentikan langkah.

Gue menoleh, menemukan Diva di sana. Seperti kami tak ada masalah apa-apa. Kemudian dia bertanya, "Gue dapet email dari bighit masa."

Benar. Diva membicarakan hal itu dan ia pasti berpikir bahwa ini semua ada sangkut pautnya dengan gue.

Gue segera menyuruh Nadia untuk masuk ke laboratorium lebih dulu.

Tersisa gue dan Diva. Siapapun orang yang melihat kami pasti akan merasakan kecanggungan itu. Gue beneran nggak menyangka kalau Diva bakal mencegat gue dengan tiba-tiba. Aduh, gue kan nggak ada persiapan.

"Lo juga dapet?" tanyanya lagi. Seperti masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. "Apa semua orang emang dapet?"

"Gue nggak ngerti lo ngomong apa." Hal itu tiba-tiba memasuki pikiran gue. Gue kepengen aja pura-pura nggak tahu. "Lo dapet email apa?" lanjut gue lagi. Supaya tidak terlalu kentara berbohong.

Tapi, Diva malah langsung menggeleng, seperti enggan memberitahukannya pada gue. "Nggak kok. Kayak gue cuman diprank," Jujur gue panik. Gue nggak mau mengaku kalau itu ulah gue, tapi gue takut juga kalau Diva beneran menganggap itu cuman prank. "Yaudah, gue duluan ya."

"Dip, dengerin gue dulu!" teriakan gue menggema ke seisi lorong tetapi Diva malah menghilang ke balik tembok.

Gue nggak mungkin ngejar. Karena gue udah telat masuk buat simulasi.

lucky x btsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang