Bagian 2

175 31 4
                                    

Membawa kue brownis yang dibeli tadi pagi di warung mpok juleha, Aku menghabiskannya cepat karena takut nanti teman teman mengambilnya seperti kemarin sore di warung mpok juleha.

Kemaren sore, Aku pulang dan dihadiahi ocehan panjang oleh mamaku. Katanya aku cuma keluyuran gak nepatin amanah mamaku.

Aku berbohong jika aku bertemu teman lama dan tidak mengingat pesanan mamaku, jika aku bilang aku dibully dan kuenya dimakan bisa ngamuk mamaku.

Jam istirahat ini aku hanya membaca buku yang seminggu yang lalu aku beli di pak tokoh pak jojo, Cerita horror yang membuatku penasaran.

Kembali aku teringat akan buku harian kemarin sore, Aku belum melihat isi buku tersebut. Aku sedikit penasaran apa isi diary itu. Apa mungkin milik orang yang menulis kesehariannya didalam sana. Aku rasa itu pasti.

"Woy, ngelamun aja" Aku kaget saat Arinda menepuk bahuku keras, Mereka selalu saja membuatku terkjeut.

Arinda, Sona, dan Vira adalah teman sekelasku. Mereka sangat tidak suka dengan keberadaanku di kelasnya karena aku juara kelas. Aku tidak pernah sombong dengam prestasiku karena itu semua berkat tuhan dan usaha kita sendiri.

"Wah, habis makan gak ngajak" Beginilah jika mereka mau cari muka terhadapku. Mereka sok jadi akrab terhadapku.

"Kalian tadi kekantin!" Ujarku akhirnya. Arinda mendorongku dari kursi ketika aku ingin bangkit, aku terjungkit kebelakang dengan sikut yang terluka. Aku hanya menatap mereka dengan wajah kesakitan. Terlihat mereka tertawa dan pergi dari kelas.

Aku sudah terbiasa sendiri bahkan tidak butuh bantuan teman. Aku selalu dikucilin dan dianggap tidak ada. Aku terima semua itu, sikap mereka terhadapku, perilaku mereka yang membullyku. Aku tidak apa, mungkin itu komunikasi bagi mereka agar bisa berbicara padaku.

Aku mencoba bangkit namun, pintu kelas tertutup. Aku yakini pasti ada yang berbuat usil padaku dan untuk mengerjaiku.

Srtrrrrr

Dibelakang bangku tergeser ke belakang membuatku kaget. Apa ada seseorang dikelas ini, pasalnya kelas ini sangatlah luas membuatku menulusuri inti inti kelas.

"Siapa disana?" Teriakku mengelegar, Aku berjalan kesumber suara dan dilaci meja tersebut aku menemuka buku harian yang ku beli minggu lalu itu.

"Bukunya? Kenapa ada disini?" Aku bermonolog sendiri. Aku bingung akan buku itu mengapa ada di laci sekolah? Kapan aku membawanya? Bahkan aku tidak pernah duduk dibangku itu. Ini sangat aneh, kemudian aku mengambil buku tersebut.

Brukk!

Pintu di gembrak, aku cepat cepat duduk ditempatku lalu menyembunyikan buku tersebut. Arinda menatapku sinis dan duduk di bangkunya paling depan.

Aku menghelang nafas kasar lalu berali mengintip buku kusam itu, Dikepala penuh teka teki. Aku sangatlah penasaran terhadap buku itu. Mengapa bisa ada di sekolah dan di laci belakang.

Saat pulang, aku memilih jalan kaki saja untuk mampir lagi di tokoh pak Jojo di sana, tempat menjual pak jojo sudah tidak ada tanda tanda lagi. Semuanya kosong.

"Pak, Pak jojo yang jual buku minggu lalu disini kemana?" tanyaku pada pak pedangan jagung bakar.

"Pulang kampung neng!" Jawabnya sembari mengipasi jagungnya.

"Oh, Kalau begitu saya permisi pak. Makasih" Aku pergi setelah mendapat anggukan dari bapak tersebut. Pak jojo pulang kampung, bagaimana aku bisa menanyakan perihal buku harian ini.

Tepat di pinggir jalan, Aku duduk dan memesan gorengan. Aku sempatkan untuk membuka buku harian itu, lambat lambat aku membukanya dan berhasil dan aku tak menemukan apa apa. Bahkan bukunya kosong.

"Nih neng" Aku menikmati gorenganku sesekali bersenandung ria mengabaikan buku harian yang membuatku penasaran itu.

Plek!

Buku itu terbuka dan sebuah tulisan tinta merah darah terlulis jelas disana.

Namaku Synta Afdina, Panggil saja synta. Aku pemilik buku harian ini dan sudah lama meninggal. Buku ini ku serahkan padamu untuk kau gunakan membantu arwah yang tidak tenang.

Meski kau membuang dan membakar buku ini tetap akan utuh dan kemana pun engaku berada ia akan mengikutimu. Aku memang selalu disisimu menjagamu dari roh roh jahat. Meski kau tidak melihatku tapi, dengan buku ini kau bisa berkomunikasi denganku.

Tolonglah aku tyra, aku mohon!!

Dari Synta.

Huekk....

Aku tersedak setelah membaca tulisan itu. Aku masih belum percaya akan semua ini, aku masih belum percaya dan mungkin tidak percaya.

"Kenapa neng, Mau saya ambilin minuman, Teh hanget atau dingin?" Aku menatap penjual itu lalu berkata" Teh dingin aja" ujarku. Tak beberapa lama minuman teh dingin sudah datang, aku langsung menyeruputnya hingga setengah gelas.

"Kenapa gue aneh sekali!" Pikiranmu mulai kacau, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi padaku. Siapa yang mengerjaiku dengan menulis buku harian itu. aku bingung, keadaanku tak memungkinkan sebaiknya aku pulang dan beristirahat.

~oOo~

Misteri Buku HarianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang