5. Kampung Mawar

123 24 1
                                    

Ku merasa lelah terus berlari menjauh dari rumah dan kampung itu, tetapi aku semakin dalam memasuki hutan ini, rasanya sial sekali aku.

Gelap, Udara dingin membuatku semakin merinding. Aku sangat kesal dan marah pada hantu itu, sandra. Aku mau menolongnya tapi dia menipuku seperti ini.

"Tyra!!" Suara angin yang membuat terkejut itu tiba tiba memanggil namaku, bukankah itu suara Synta, hantu pemilik buku ini.

"Synta, tolong aku, Sandra membohongiku," Seumur umurku baru kali ini aku menjerit meminta tolong pada hantu, mengerikan.

"Tenanglah tyra, mengapa Sandra tidak datang dan berada di dekatmu, di dalam rumah tua itu sedang di adakan acara adat mengenang kematian Sandra, jika begitu Sandra akan tertidur sampai upacaranya selesai" Jelas Synta membuat Tyra menghelan nafas kasar, jika ini hari kematiannya mengapa ia harus mengajaknya jika akan seperti ini.

"Tyra, Sandra tidak bisa dilihat dari mata biasa, ia hanya bisa di lihat oleh anak indigo"

"Begitupun aku," Lanjutnya, Synta menulis sesuatu di buku hariannya.

"Jangan pernah kamu sebut sebut sandra di desa ini Trya, itu bisa menjadi dampak buruk bagi kamu," Peringatan dari hantu Synta.

"Terus, apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika para desa ini jahat padaku dan berniat menumbalkanku," Udara sekitar semakin dingin membuat ku mengigil karena dingin.

"Kau harus berpura pura tersesat di sini dan ingin meminta pertolongan untuk pulang, Di desa ini kau harus menginap beberapa hari kedepannya untuk mencari tahu kematian Sandra," Aku melotot, bagaimana bisa aku tidak pulang, bagaimana dengan sekolahku dan ibuku.

"Tenang saja, ibumu takkan mengkhawatirkanmu, aku sudah membuat bayang bayangmu agar ibumi tak bisa mecemaskanmu, ia akan menggantimu nanti di sekolah," Entah dia bisa membaca pikiran atau tidak, aku tidak peduli tetapi, aku merasa tidak yakin berada di sini, desa di dalam hutan yang mengerikan ini.

"Kau harus mengotori dirimu dengan tanah sebagai kedok kita, aku akan membantumu sampai Sandra datang," Aku mengangguk, ia pasti melihatku.

Aku menambil tanah yang agak lembab dan aku mencium baunya, Aku tidak boleh bertindak saja tanpa mengetahui sesuatu, bagaimana jika tanah ini tempat kencing seseorang atau binatang, sungguh menjijikannya.

"Tidak perlu khawatir, tanah itu bersih," Aku menghelan nafas kasar mendengar tuturnya, Dia bilanh tanahnya bersih. Apakah ada tanah yang bersih, dasar hantu tidak punya pendidikan.

"Ayolah Tyra, kita harus ke desa itu sekarang," Aku terdiam berpikir, bukankah hantu ini bisa membaca pikiran, mengapa ia tidak marah saat ku umpati dalam hati.

"Kamu bisa baca pikiran?" Tanyaku, tadinya aku tidak peduli entah, setan apa yang mendorongku untuk mengatakannya.

"Meski aku hantu, Aku bukan demon," Aku mendengar tawa hantu yang sangat mengerikan bagi orang phobia hantu, aku juga. Tapi, sekarang aku malah kesal dan jengkel pada hantu ini, Synta.

"Aku kira kamu bisa membaca pikiranku, Berapa lama aku disini? Bagaimana jika aku..." Aku terhenti," Jangan berpikiran buruk sangkah, kamu harus optimis," Aku tersenyum lelah, terasa perutku sangat keroncong karena kelaparan.

"Terus, bagaimana aku bisa memanggil mu?" Tanyaku di selah perjalananku, aku sudah memberi tanah pada dahi, pipi sebela kiri, lutut, betis kiri, tangan kiri dan kanan seperti layaknya aku terjatuh.

"Panggil saja namamu tiga kali, aku akan datang membantumu," Jawabnya, aku menatap sekelilingku, aku ingin sekali melihag rupa Synta, apakah ia jelek atau cantik.

Misteri Buku HarianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang