7. Strategi

120 21 1
                                    

Setelah nenek menceritakanku, aku nampak merasa takut. Aku takut mereka akan menyepertikanku seperti Sandra, rasa takutku benar benar membuatku sudah bernafas.

"Tyra... Tyra.... Trya...." Panggilku tiga kali, sesuai dengan yang di katakan Sandra kemarin jika ada sesuatu aku hanya memanggil namaku tiga kali.

"Ada apa Trya?" Sandra datang, dia seperti mengelilingiku sepertinya karena hawa dingin menyerupuk tubuhku.

"Kamu mendengar penuturan nenek tadi?" Tanyaku, kurasa ia menghembusan nafas kasar.

"Iya, aku benar benar tidak tahu akan hal itu Trya, aku tidak sadar sama sekali," Raut sedih sandra sangat jelas seketika suara beratnya mendominasi rumah panggung ini, keras. Namun sayang, tak bisa di dengar Orang lain.

"Jujur Sandra, aku taku membantumu dengan berhubungan kekerasan seperti ini apalagi itu..." Sulit sekali membicarakannya, aku trauma dengan kisah akhir Sandra, dia sangat tragis.

"Besok, Aku dan Synta akan mendampingimu dan tak akan meninggalkanmu, Dan satu lagi. Bicara mengenai aku  pada nenek, beritahu jika aku ada di sekitarnya dan ingin membalas dendamku pada Kepala suku beserta keluarganya." Sungguh, aku sangat kasihan pada Sandra.

"Baik, tapi aku tidak boleh keluar," Ujarku, aku trauma karena gara gara mengacuhkan larangan sandra mendapat masalah.

"Aku akan menunggu," Jawabnya, aku mendengar angin berlari cepat. Apakah itu sandra meninggalkanku, aku tidak merasakan udara yang dingin lagi.

"Sandra!" panggilku yang tak kunjung mendapat tanggapan, dasar menyebalkan. Di bilang takkan meninggalkanku tetapi, dia pergi sekarang.

Aku berjalan keluar ruangan dapur ini ketempatku beristirahat kemarin, aku mencoba membaringkan tubuhku. Tapi, tunggu.

Aku melihat bungkus nasi yang sering dijual di pinggir jalan, sepertinya ada isinya. Aku mendekati yang ku duga nasi itu lalu mengambilnya perlahan.

Karet!

Ada karetnya sebagai pengikat nasi, aku membuka dan melihat isinya memang benar benar nasi dan lauk pauk.

Ternyata Sandra menepati janjinya mencurikanku makanan di rumahku sendiri, ia tersenyum dan beranjak dari singgahanku menuju kedalam mencari piring dan mencuci tangan.

Setelah melakukannya, aku makan dengan tergesa gesa, takutnya nenek menemukanku makan. Bagaimana jika ia menanyakanku dimana aku mengambil makanan itu, bisa mati kaku aku disini.

Makanannya akhirnya habis, aku meminum air yang ada di tong air. Sebenarnya aku tidak kuat meminumnya, karena airnya bau besi dan ada genangannya juga.

"Tyra!" Suara khas Sandra membuatku tersadar dari lamunanku.

"Kalau kamu pergi rumahku, jangan lupa membawa minum," Ocehku pada Sandra yang mungkin mengaruk garuk kepala tak mengerti.

"Sekarang kamu harus bersembunyi dari sini, putra sang kepala suku akan datang memeriksa tempat tempat di kota ini termasuk rumah ini, Nenek ada di belakang sedang menanam sayur," Jelasnya membuatku berdetak kencang, dimana aku akan sembunyi jika begini.

"Dimana aku akan bersembunyi?," tanyaku mulai panik, aku mondar mandir sampai terdengar suara pergerakan rumah.

"Apa mereka datang?" tanyaku semakin panik, saat aku berhenti pergerakan rumah juga berhenti.

"Kamu lebih baik diam, itu hanya suara pergerakan rumah ketika kita berjalan akan menimbulkan suara suara," Aku mengangguk paham, tapi dimana aku akan bersembunyi.

"Tolong aku sandra, aku panik, aku tidak bisa berpikir dimana aku akan bersembunyi," Aku mulai kembali panik, bagaimana jika mereka datang dan menangkapku.

"Kamu tenang, jika mereka datang aku akan memelukku dan ikut menghilang sepertiku," Aku menarik nafas panjang lalu buang dan kulakukan beberapa kali menghilangkan kepanikanku.

"Aku takut sandra, nasibku hanya pada tuhan dan jika dia berkehendak semuanya akan berubah tak ada yang tahu seperti apa kejadiannya nanti," Aku meneteskan air mata, jika bisa jantungku sudah mulai jopot saking deg-degan karena ketakutan.

"Tenanglah Trya, aku akan menjagamu. Nenek juga pasti akan membantumu," Aku menghelan nafas kasar, kisah ku gusar sekali kenapa aku begitu cerobohnya membeli buku harian ini, lihat dampaknya sekarang.

"Trya!" Panggil seseorang, dia Synta.

"Tolong aku Synta, aku ingin cepat cepat keluar dari kampung menyeramkan ini," Hawa dingin semakin dingin, aku tidak tenang, aku panik, dan sangat tidak nyaman.

"Ada apa nak, apakah kau sakit!" Jerit sang nenek melihatku memeluk tubuhku, aku gemetaran sembari menangis.

"Sandra memintaku membalas dendamnya nek, tapi aku takut," Ungkapku membuat nenek kebingunan.

"Apa maksudmu? Sandra dendam padaku?" Aku mengeleng, dia salahpaham.

"Kepala suku nek, aku mau membalasnya, tapi aku takut," Nenek menatapku nanar, ia membalikkan badannya membelakangiku, tampaknya ia tengah berpikir keras.

"Sulit nak, bisa saja nasibmu seperti sandra," Aku mengeleng tidak mau, ya tuhan bebaskanlah aku dari kampung menyeramkan ini.

"Sandra ada disini nek, itu tujuanku sebenarnya. Sandra memintaku untuk membalas dendamnya," Aku semakin terisak, aku takut sungguh takut.

"Bagaimana bisa, nenek tidak tahu caranya nak," Nenek juga nampaknya kebingungang.

"Sandra, tolong bantu kami," Mohonku pada sandra agar ia bisa membantuku berpikir.

"Datang kerumah itu, aku yakin ia tidak akan berbuat senonoh karena ia hanya mencinta Sandra," Usul yang sangat menyedihkan, Synta menyusulkan untuk membunuhku apa, dia pikir itu usul baik.

"Jangan, jika dia masuk kesana, pasti dia akan di penjara dan tidak akan berbuat apa apa," Cegah sandra, ia tidak menyetujui ide gila itu.

"Lantas bagaimana?" Tanya Synta, aku tidak bisa melihat raut wajah keduanya karena aku bukan indigo.

"Menyembunyikan Trya, dan nenek kesana untuk menawarkan pijit," Aku bingung, apa yang di sembunyikan.

"Menyembunyikan?" Tanyaku menyelah pembicaraan kedua hantu itu, apakah aku di sembunyikan nanti? Entahlah aku tidak tahu.

"Tubuh kita dapat menghilangkannya," Jawab Sandra, ia mendekat kearahku lalu memelukku.

"Nak, dimana kau?" Suara panik nenek setelah sandra memeluk tubuhku, kemudian ia melepaakan pelukannya.

"Nak? Aku panik mendapatkanmu menghilang," Nafasnya memburuh karena panik, aku mengeleng menjawab jawabannya.

"Sandra mengatakan, jika kami akan membuat rencana untuk masuk dalam rumah itu,"

"Bagaimana caranya nak?" Tanya sang nenek, aku menarik nafas lalu membuangnya perlahan.

"Aku juga bingung nek, aku juga takut," Aku benar benar resah, ini pengalaman hidupku paling menakutkan, meresahkan, paling misterius.

Aku bersumpah, aku tidak mau mengenal hantu lagi, aku benar benar kapok. Biasanya aku hanya merasa penasaran terhadap komik horror dan novel miseri. Aku tidak percaya jika ada hantu, dan itu sudah membuktikan jika aku tidak haluan semata.

Tetapi, yang kurasakan sekarang benar benar penuh miseri, aku takut akan semua yang ku lakukan akan berdampak pada diri aku sendiri nantinya..

Mengapa aku harus terjerat kasus ini, mengapa tidak di laporkan saja, aku mau pulang dan melupakannya.

Aku bingbang, di sisi lain aku merasa sangat kasihan, tetapi dengan diriku bagaimana. Bagaimana jika ia juga akan menangkapku dan membuatku seperti sandra. Ya tuhan, bantu aku.


***

Misteri Buku HarianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang