Aku terbangun tepat jam 5 subuh menjelang pagi. Aku melihat sekelilingku mulai remang remang akibat sang fajar.Tapi, perutku sudah berontak dikasih makan, semalam aku tidak makan karena tidak di tawarkan oleh sang nenek.
"Kamu sudah bangun," Sang nenek muncul dari dalam, ia tengah membawa sebuah makan.
"Apa ini nek?" Aku meruntuki mulutku, jelas jelas itu makanan mengapa harus di pertanyakan.
"Makanan, makanlah agar energimu bertambah," Ujarnya sedikit lembut, jantung berdetak saat melihat makanan itu, aku menelan ludah takut memakannya.
"Aku sebenarnya alergi nek, jadi aku harus menanyakan bahan makanan ini," Dustaku, ampunilah aku ya tuhan, aku terpaksa berbohong demi kebaikanku.
"Itu ayam hutan yang nenek buru kemarin, nenek juga bercocok tanam di belakang rumah," Aku tersenyum lega, meski hatiku cukup was was.
Aku menarik piring kayu itu lalu memakan isinya dengan lahap, enak sekali.
"Trya, apakah kamu tahu, jika yang kamu makan adalah daging mayat," Aku rasanya tercekik, apakah benar ini daging mayat.
"Nenek ke belakang dulu, jangan turun dari rumah," Ujarnya lalu pergi keluar dari rumah ini menuju kebelakang.
"Ma, Trya takut," Aku benar benar ceroboh, mana bisa aku percaya begitu saja pada nenek ini, dia nampak menyeramkan.
"Hahahahah!!" Suara mengerikan dari hanti sandra membuatku terdiam, apa dia tertawa melihat penderitaanku.
"Aku hanya berbohong Trya, dia baik" Dusta dibalas dusta, beginilah hadianya.
"Jahat, aku sudah tidak nafau gara gara kamu, gimana nanti kalau aku lapar tapi merasa takut memakan makanan didesa ini, kamu sangat menyebalkan sandra," Kesalku, Dasar hantu tidak tahu terimw kasih. Seharusnya dia baik padaku karena ku mau membantunya.
"Maafkan aku Trya, aku tidak bermaksud untuk menjahilimu, aku hanya bercanda, tolong maafkan aku," Sesalnya, biarkan saja dia menyesal.
"Sudahlah, aku hanya ingin makanan kotaku, kamu mau membantuku,'kan, bantu aku sekarang," Aku tidak bisa melihat ekspresi Sandra. Tetapi, dia menghembuskan nafas panjang.
"Maksudmu aku membelikanmu makanan di kota?" Tanyanya kemudian, aku mulai terbiasa dengan hawa dingin ketika Sandra ataupun Synta berbicara.
"Iya," Jawabku semakin keukeuh, biarkan saja hantu itu ki suruh.
"Kamu gila, mana bisa? Yang nanti pedangan beserta pembelinya kabur karena aku," Ujarnya menolak, ia nampak kesal terdengar dari nada bicaranya.
"Kamu hantu, mereka tidak akan mengetahuimu, gimana sih," Aku masih keukeuh pada suruhanku pada Sandra yang menyebalkan ini.
"Itu sama saja kamu menyuruhku mencuri Trya, meski aku hantu. Aku masih punya norma," Aku terkejut mendengar penuturannya, ya tuhan. Hantu saja tahu mengapa aku lupa.
"Maaf, kamu bisa mengambil dirumahku saja," Ujarku lagi, pokoknya dia harus bertanggunh jawab karena membuatku tidak nafsu memakan makanan pemberian Nenek.
"Aku usahakan, karena kamu juga membantuku," Ujarnya lalu terasa panas, sepertinya dia sudah pergi. Matahari memang sudah terbit sejak tadi dan menampakkan orange di langit.
"Udarannya memanas setelah kepergian hantu itu, dasar menyebalkan," Umpatku sesekali, dia juga sudah pergi.
Pintu terbuka membuatki nampak terkejut dari bayang bayang, Sang Nenek memasuki rumah membawa umbi umbian dan daun daunan sayur, Aku berdiri menatapnya kesusahan membawa barang barangnya, tak ada salahnya aku membantu.
Perlahan aku mendekat dan mengambil alib umbi umbian di tangan nenek, aku tidak tahu nama nenek ini siapa jadinya aku panggil saja nenek.
"Tidak usah, nenek bisa sendiri," Ia sempat menolak bantuanku tetapi, aku tetap bersi-keras menolongnya dan membawanya masuk kedalam.
Ruangan yang di jadikan dapur nampak mengerikan, kuseng dan dinding rumah terdapat banyak sarang laba-laba, Cicak dan Tokek, hewan yang menjijikkan.
"Rumah nenek tak seindah di kota, nenek jarang membersihkannya karena nenek sangat sibuk, banyak sekali warga kampung yang berdatangan ke rumah nenek untuk bertanya dan bertanya," Ujarnya menatap yang kulihat dari tadi, aku merasa bersalah.
"Justru aku salut sama nenek, nenek bisa tinggal di sini sendiri," Aku tersenyum melihat nenek itu nampak memotong umbi umbian.
"Apa tujuan kamu kesini nak?" Tanyanya membuatku tegang, apa yang ku lakukan bagaimana aku menjawabnya.
Dimana hantu Sandra, harusnya dia berada di sisiku dan membantuku menjawab semua jawabannya.
"Hanya tersesat nek," Jawabku seadannya, aku masih berdiri kaku di depan nenek yang sedang mengupas semua kulit ubi ubi.
"Firasat nenek bukan itu, kamu punya tujuan ke desa ini," Aku makin panas dingin, bagaimana jika ia membunuhku karena memata-matai desanya.
Kenapa pikiranku buruk sekali, semoga tidak ada yang terjadi, aku takut sekali. Jika boleh aku ingin kencing di celana.
"Jawab," Suara dingin dan menyebalkan itu, aku menghelan nafas kasar, ternyata aku menyuruhnya mengambil makanan di rumahku, aku sungguh lupa.
Setelah Sandra berkata begitu, aku semakin tegang dan sulit bernafas. Mengapa bisa itu di pertanyaakan, aku tidak mampu jawab.
"Kenapa makananmu tidak kamu makan, kamu masih merasa jika nenek jahat padamu dan memberikan daging manusia untuk kamu makan, jangan selalu berprasangka buruk nak. Jangan lihat dari tampang nenek lihat dari sifap nenek, mungkin kamu merasa asing karena baru mengenal nenek," panjang sekali, aku paling tidak suka di omelin panjang lebar meski ini nasehat nenek, tapi menurutku itu membosankan.
"Jika tujuanmu mencari Sandra, jangan macam macam, dia sudah tiada," Ungkapnya membuat mataku membola tidak percaya, apa dia yang membunug sandra tetapi, sandra mengatakan jika dia baik.
"Apakah kamu tahu rumah putih, mewah dan bercat putih kusam," Dejavu, sepertinya ia pernah melihatnya.
"Itu rumah kepala suku, dia sangat sombong dan serakah," Ungkap nenek semakin membuatku semakin Penasaran.
"Kenapa bisa gitu nek, bukannya kepala suku itu melindungi rakyat desanya," Komentarku kemudian, ia sungguh penasaran.
"Nenek sarankan kamu harus pergi dari sini sebelum kepala suku tahu," Matanya menarapku tajam, aku sungguh tak mengerti.
"Nek, kenapa dengan sandra?" Aku kembali menanyakan itu, meski nenek mengelenh tak mau menjawab aku terus merengek agar dia menceritakanku.
"Dulu, Sandra adalah anak kamping yang tersesak di kampung mawar, nenek menemukannya dengan luka di tangan dan kakinya, nenek mencoba mengobatinya sampai sembuh, Tetapi pada saat kesembuhannya di main ke sungai kampung ini. Awalnya nenek sudah melarangnya untuk keluar, dan nenek tak bisa menghentikannya," Nenek menghelan nafas panjang, raut menyesal dan sedihnya mendominan.
Lanjutnya" Nenek mencari sandra sampai keliling desa dan tak menemukannya, ternyata Sandra di sekap di rumah kepala suku dan di perkosa oleh anak kepala suku sampai sandra mati, Sandra di buanh begitu saja, nenek tidak tahu dimana dia membuang mayat Sandra," Nenek itu menangis, apakah nasibku juga akan seperti sandra.
"Nenek ingin meminta maaf dengan sandra, nenek tidak bisa menjaganya," Sesalnya, aku ikut sedih. Jalan keluarnya supaya Sandra kembali ke alamnya apa?, itu yang sekarang mengaduk perasaanku.
Apakah nanti aku bisa menyelamatkan Sandra dari dunia berbeda ini atau aku yang akan seperti sandra.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Buku Harian
Misterio / Suspenso(Bakal Di Revisi) Gak Tahu kapan!! High ring #1 in kisah Percintaan High ring #1 in Buku Harian High ring #16 Serem High ring #47 Seru "Buku harian ini boleh di beli gak pak?" Tanyaku seraya mengambil buku diary yang aku simpan tadi. Pak jojo sepert...