Gambaran dikala Senja (Wenyeol)

3.1K 105 20
                                    

Musim pancaroba kini sudah mulai, dimana pergantian musim yang tak menentu. Seperti sekarang ini, di sini ku berdiri sendiri, dengan berpelukkan jaket tipis menikmati senja sore, angin petang ku biarkan membelai lembut wajahku, kini wajahku hanya terfokus pada arah mata hari terbenam, mata kosong penuh lukaku mengeluarkan sebutir air asin yang siap meluncur membasahi tanah kering yang kini ku pijak.

"Akankah semuanya kembali ? kembali di sebuah kisah yang indah namun penuh luka," ucapku lirih.

Ucapan lirihku yang setiap hari ku lantunkan pada sebuah bisikkan angin di senja hari. Entahlah, setelah melantunkan kata itu, secuil rasa sesak di dadaku seolah terangkat, ikut terbang bersama angin dan terbaur melebur menjadi kepyuran embun besok pagi.

"Tak apa, jika semuanya harus menyakitku, tapi biarkan aku selalu memelukmu jika aku mulai lelah, Tae joon oppa, aku mencintaimu, sangat sangat mencintaimu, kenapa kau selalu pergi dan kembali sesuka hatimu, hingga perasaan luka ini semakin dalam," ucapku lirih yang kini di sertai suaraku yang bergetar.

Sekarang tak hanya sebutir, tapi sudah menjadi lelehan air asin yang mengalir, gerakan bahuku kian kuat, dadaku sesak, serta jemariku terkepal sangat kuat berusaha menyalurkan rasa sakitku,isakanku tertahan, ku gigit kuat bibir bawahku.

"Kau sangat kejam oppa," ucapku menahan teriakkan.

Lumpuh sudah aku, badanku bergetar hebat kala matahari benar-benar tenggelam, isakanku semakin terdengar serak, perlahan tapi pasti tubuh ini terkulai lemah.

"Kau tak pantas menangisinya, harusnya kau bahagia dan melupakannya."

Suara berat itu mengagetkanku, perlahan tubuhku hangat, oh astaga dia memelukku dalam rengkuhan hangatnya.

"Apa sesakit itu ?" Tanyanya,  dia selalu seperti ini,  tak pernah menghilang Kala aku sendirian.  Dia sahabatku,  ya hanya sahabat.

"Kau tak akan bisa merasakannya oppa," ucapku lirih masih dalam dekapan hangatnya.

"Tapi aku sahabatmu kan, sesakit apapun itu teruslah tersenyum, senyuman manismu itu bukan hanya akan memberikan semangat bagimu, tapi juga orang yang melihatnya, jadi tersenyumlah."

Kata-kata sahabat kecilku ini memang selalu jadi acuanku untuk bangkit, ah aku benar-benar menyayangi sahabatku ini, kenapa aku tak menyukainya saja, kenapa malah mencintai orang lain yang sama sekali tak pernah terlihat serius padaku.

"Kenapa kau melakukan ini padaku?" Pertanyaan itu selalu terucap,  jika aku terlalu nyaman padanya. Entahlah, apa aku mulai berharap?

"Aku hanya ingin melindungi miliku," ucapnya serius,  aku tak suka,  aku tak suka di situasi seperti ini.

Kulepas pelukkannya dan menatap wajah tampannya, tatapanku beralih ke mata coklatnya, begitu serasi dengan hidung mancung dan rahang yang tegas, oh dia sangat tampan.

"Jangan menatapku begitu, kau ingin ku cium hmm," ucapnya dengan nada yang menyebalkan. Tapi aku suka, suka saat dia menggodaku, dan membuat panas wajahku.

"Yakkk dasar mesum."

Tawaku akhirnya terlepas, inilah dia ini yang aku selalu pegang erat, sosok yang membuatku tertawa bahagia dalam sekejap, rasanya begitu nyaman, mata sipit sama sepertiku itu benar benar indah saat dia tersenyum.

"Nah gitu dong, kau cantik saat tersenyum Wan," ucapnya sambil memandangku lembut.

"Merci (terima kasih)" ucapku sambil tersenyum jahil padanya.

"Aish jangan menggunakan bahasa aneh itu, aku tak mengerti," ucapnya merengek. Aku tau itu, dia sangat membenciku jika aku menggunakan bahasa asing.

KUMPULAN ONESHOOT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang