Gone (Hunrene)

759 52 0
                                    

Gelap. Ya begitulah dunia yang di lalui setiap hari oleh gadis bernama Bae Irene. Gelap bukan seperti pikiran kalian, bukan gelap yang seperti bad girl ataupun sejenisnya tetapi benar-benar gelap. Tidak bisa melihat!.

Ya dia buta. Buta memang gelap kan ? kondisi dimana mata tak bisa mengeksplor dunia. Diamana hanya ada satu warna di mana mana. Bae Irene, gadis cantik yang sangat menyukai kebebasan. Tapi dia harus di hadapkan kenyataan akan keterbatasannya. Bukan hanya itu, ayahnya adalah seorang guru les piano, sedangkan ibunya ? jangan tanya padanya tentang ibunya jika tak ingin melihatnya menangis.

Menjadi anak seorang guru les membuatnya tak bisa ke dunia bebasnya. Dia hanya di hadapkan dengan alat yang menghasilkan suara merdu yang di hasilkan dengan dentingan itu, dia muak! Tetapi tak berani melawan. Bentakan, teriakan, bahkan pukulan selalu dia terima jika nada sumbang yang dia hasilkan. Ayahnya memang memimpikan mempunyai anak yang bisa menjadi pianis ternama. Sebuah cita-cita yang di cita-citakan oleh ayahnya.

Sebuah mobil audi putih memasuki gerbang sebuah tempat les. Terbias sebuah bayangan gadis cantik dengan jaket coklat. Cantik sekali walaupun dengan tatapan kosong dimata bulatnya. Deritan bunyi pintu mobil membuatnya bersiap untuk turun. Bukan sombong. Dia tak membutuhkan tongkat dia sudah sedikit hafal jalan menuju ruangannya.

Berjalan tapi pasti menuju ruangan yang selalu menjadi tempat tersiksanya tanpa dia ketahui ada sepasang mata yang memperhatikannya.

Brak!

Suara pukulan yang berasal dari kayu kecil membubarkan lamunan seseorang.

"Perhatikan permainanmu!" suara itu terdengar tegas membuat sang pemilik mata hanya tersenyum tak enak. Ya sang pemilik mata itu yang memperhatikan si gadis buta itu.

"Teruskan permainanmu jangan sampai ada nada sumbang!" perintah guru itu membuat sang pemilik mata itu mengangguk pelan lalu melanjutkan permainan pianonya.

Irene terduduk di depan sebuah ruangan. Terdiam mendengarkan samar-samar alunan musik yang indah.

"Mungkin ayah sedang mengajar." Gumamnya. Dia terdiam sambil menghayati lantunan indah dari melodi yang ada. Lagu Panthetique sonata 2nd movement dari Beehoven mengalun sayup-sayup.

"Indah sekali, dia sangat pandai mamainkannya. Tidak seperti itu." Irene mengeluarkan botol kecil berisi permen warna warni yang terlihat sangat manis. Memakannya sambil menunggu ayahnya selesai mengajar.

"Kurasa hari ini cukup Sehun-sii. Kau bisa kembali besok."

"Nde, Bae Saem terimakasih atas bantuannya." Sehun membungkukan badannya lalu keluar dari ruangan itu. Berjalan perlahan dengan menggendong buku liriknya. Kaki panjang membawanya dengan perasaan sedikit penasaran karena postur cantik yang tadi berjalan melewati jendela kelas bermusiknya.

Tangannya merogoh saku dan mengeluarkan botol kecil berbentuk tabung berisi butiran kecil berwarna putih. Mengeluarkan beberapa butir dan menenggaknya. Matanya menangkap postur kecil itu melewatinya. Memperhatikan wajah cantik yang melewatinya, cantik dengan tatapan wajah kosong dan raut datar. Sehun hanya memperhatikan sambil berjalan, "I see you." tersenyum tipis memperhatikan postur kecil itu yang semakin jauh.

Sehun berjalan kearah supirnya dengan senyuman tipis. Supirnya hanya melihatnya terheran. "Tuan muda baik-baik saja ?" pertanyaan yang hanya di jawab oleh senyuman manis dari Sehun.

"Cantik, apa besok kita bisa bertemu lagi ?" Sehun menyandarkan punggungnya pada sandaran mobilnya. Pandangannya menerawang jauh mengingat wajah datar dengan pandangan kosong yang tadi berpapasan dengannya.

"Argh." Erangan kecil mengalun lirih keluar dari bibir Sehun. Membuat supirnya lantas menghentikan mobilnya. "Apa dada tuan sakit lagi ?" ucapnya menatap Sehun yang memegangi dada kirinya dengan tatapan kwatirnya.

KUMPULAN ONESHOOT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang