*Typo Bertebaran
Hari ini tepat 1 tahun pernikahan ku dan mas Affan. Masih jelas diingatannku ketika mas affan menjabat tangan ayah ku dan mengucapkan ijab qabul atas nama ku. Bahkan rasanya masih membahagiakan jika mengingat itu.
Ya, Affan Mirza Sharim, pemuda yang telah menikahiku, pemuda yang memiliki perawakan tinggi, hidung mancung, berwajah tampan dan sedikit cerewet.
Mas affan bekerja sebagai salah satu dokter di salah satu rumah sakit.
Dan aku adalah Faadhillah Nisa Balqis, seorang istri dan sedikit lagi akan menjadi seorang ibu. Dulu nya aku bekerja sebagai pegawai bank swasta, akan tetapi setelah kehamilan ku, mas Affan meminta ku untuk berhenti bekerja dan fokus menjadi istri dan ibu untuk calon bayi kami.
Bicara tentang bayi, kandungan ku sudah memasuki usia 5 bulan. Dan mas Affan menjadi semakin protektif menjagaku.Huh, kurasa sudah cukup banyak bercerita tentang ku dan mas affan. Aku harus segera bergegas untuk menyiapkan makan malam, sebentar lagi mas affan akan pulang dari rumah sakit.
~•~
Setelah selesai manyiapkan makan malam, aku mendengar suara mesin mobil yang masuk ke perkarangan rumah. Itu pasti mas Affan, tak butuh waktu lama, aku segera pergi membukakan pintu untuknya.
"Assalamualaikum dilla" ucap mas affan tersenyum
"Waalaikumsalam mas" balas ku lalu tersenyum, dan berjalan masuk kerumah.
"Mas mau makan dulu atau mandi dulu ?" sambung ku
"Mas mandi dulu, kamu duduk saja tunggu mas, mas enggak mau kamu kelelahan" jawabnya, aku terkekeh
"Aku enggak lelah mas, malah dari tadi aku gk ngelakuin apapun yg bisa buat lelah" jawabku
"Oh ya lalu siapa yang telah membuatkan makanan itu, siapa juga membersihkan rumah hm? Kamu ini, udahlah duduk aja tunggu mas" mas affan menjawab sambil menarik hidungku,
"Sakit mas"
" Uluhuluh, gemes dehh" sambil mencubit pipiku
"Maaaassss!!"
Dia hanya tertawa dan berlalu untuk mandi.
Begitulah priaku, sedikit cerewet dan suka menggangu.~•~
Setelah mas Affan selesai mandi kami pun makan malam dengan masakan sederhana, hanya ada ayam goreng , cah kangkung dan sembel goreng tempe. Hanya dentingan sendok yang terdengar hingga kami selesai.
Aku membersihkan meja makan, dan meletakkan piring kotor di wastafel.
"Dilla biar mas saja yang menyuci piringnya kamu istirahat lah""Sudah mas saja yang istirahat, Dilla yang cuci piring nya"
"Enggak, biar mas saja" ucapnya lalu mengambil alih cucian piring kotor tersebut.
Aku hanya menurut dan pergi menuju ke kamar, hingga tiba-tiba lampu padam. Tentu aku kaget dan berjalan keluar kamar.
"Mass" teriak ku memanggil mas affan
"Mas dimana? lampunya mati ini"
"Mas"
"Mas Affan" namun mas Affan tak kunjung menjawab
Rumah sangat gelap, bermodalkan flash pada handphone, aku berjalan mencari mas affan
"Mas, mas dimana sih? jangan becanda mas, ini gak lucu" ucapku yang mulai takut
Hingga aku melihat cahaya orange dari ruang tengah. Dan betapa terkejutnya aku melihat ruangan itu telah disulap dengan sangat indah.
Dengan jalan yang di letakkan lilin-lilin pada bagian kanan dan kirinya, dan taburan mawar di tengahnya. Menuju kesebuah meja kecil, dimana disana terletak sepiring kue dan di kanan kirinya terdapat foto ku dan mas affan, dan 2 buah lilin.
Mashaallah mas Affan mempersiapkan ini semua.
"Happy anniversary sayang"
Aku berbalik dan melihat mas Affan yang tersenyum dan memegang buket mawar. Dia mendekat dan menggenggam tangan ku.
"Happy anniversary luv, maaf jika aku belum bisa membahagiakan mu sepenuhnya, maaf jika aku belum bisa menjadi suami yang terbaik untuk mu.
Aku janji aku akan selalu berusaha membahagiakan mu.
Terima kasih telah menjadi wanitaku, terima kasih karena telah bersedia menemaniku.
Berjanjilah akan selalu bersamaku, menemaniku, membesarkan anak-anak kita bersama, menua bersama dan menghabiskan sisa hidup kita bersama.
Aku Mencintaimu Faadhillah Nisa Balqis"Mas Affan mengecup keningku. Aku memeluk mas Affan, dan menangis dipelukkannya. Sungguh aku tak bisa menahan haru.
"Aku mencintai mu mas, terima kasih. Aku sangat mencintai mu" ucapku disela tangis. Mas Affan semakin erat mendekap ku.
"Aku juga sangat mencintai mu sayang" ia mengecup keningku lagi lalu melepaskan pelukkan. Menghapus air mata ku.
"Jangan menangis, aku tidak suka bidadari ku menangis." aku tersenyum dan memeluk nya lagi.
Sungguh aku sangat bahagia mempunya suami sepertinya, suami yang selalu melindungiku, suami yang selalu membimbingku, suami yang selalu berusaha untuk membahagiakan ku. Sungguh aku merasa beruntung memilikinya. Dan sedikit lagi kebahagiaan kami akan lengkap dengan hadirnya buah hati kami. Terima kasih atas semua nikmat yang kau berikan pada ku Ya Rabb.
Note :
Assalamuallaikum 🙏
Aku baru pertama kali buat cerita, sebenernya udh ada 3 cerita yang ditulis cuma merasa kurang percaya diri buat di publish. Jadi cerita ini di publish karena beberapa dukungan dr teman dan maaf kalau banyak kurangnya.
Bagi yang suka jangan lupa tinggalkan voment kalian, 1 voment sangat berarti 💕
Terima kasih,
Wassalamuallaikum ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
De Facto
Spiritual(Completed) "Tak apa pergilah bersamanya, dia lebih membutuhkan mu dibanding aku mas, percayalah aku akan baik-baik saja" Faadhillah Nisa Balqis "Aku menyesal telah menyia-nyiakan wanita sepertimu, ku mohon maafkan aku. Aku mencintaimu" Affan Mirza...