*Typo Bertebaran
Disaat yang sama Dilla bahagia menerima kiriman bunga dari sang suami, dengan kartu yang berisi tulisan yang membuat pipi Dilla memerah karenanya,
"Aku ingin menjadi diammu yang sunyi. Merapal dan melafalkan rindu, sebab tahu bising hanya akan mencipta buru-buru.
Aku ingin menjadi selimut, tirai yang menyibak kemalasanmu, atau cahaya yang mengintipmu dengan malu-malu.
Aku ingin menjadi yang paling gegas mengucap dan mengecupkan selamat pagi untukmu.Bahkan mungkin aku akan menjadi sebelah kaos kakimu yang tertukar, atau obrolanmu yang hambar.
Aku akan menjadi yang paling janggal, ganjil yang akan kau genapkan; mengeja satu-dua hingga gigi saling tanggal.Aku mencintaimu Dilla..
Affan "
~•~
Affan tau ini semua salah ia lakukan, tak seharusnya dia mengkhianati sang istri, tak seharusnya dia mengambil keputusan ini.
Namun Affan memutuskan semuanya bukan tanpa pertimbangan. Mungkin saat ini, keputusan yang diambil Affan terbaik pikirnya.
Walaupun ia tau, ada konsekuensi semua yang dilakukan nya saat ini, sebaik apapun ia menyimpan rahasia pasti akan terbongkar juga.
Entah konsekuensi apapun itu, mau tak mau harus ia terima. Walaupun jika Dilla harus meninggalkannya. Setidaknya ini sedikit mengundur waktu saja.
~•~
Affan bersikap biasa saja di depan sang istri, walau hatinya berbanding terbalik dengan sikapnya.Affan tetap terlihat seperti Affan-nya Dilla.
Seminggu telah belalu semenjak Affan mengatakan akan bertanggung jawab kepada Zahra. Seminggu itu pula mereka menyiapkan akad nikah yang akan digelar diam-diam, tertutup dan sangat sederhana.
Zahra juga sudah mengundurkan diri dari rumah sakit tempatnya bekerja.
Affan juga akhir-akhir ini pulang malam kerumah nya. Dikarenakan beberapa hal yang harus diurus.
Bahkan saat belum menjadi suami Zahra juga, dia sudah banyak membohongi Dilla. Entah berapa banyak lagi kebohongan-kebohongan yang akan ia lakukan.
Dan besok hari itu akan dimulai,
Wallahi, tak sedikit pun Affan berniat mengkhianati sang istri, bahkan terbesit pun tidak dipikirannya.
Malam ini Affan membawa Dilla menghabiskan waktu sehari penuh bersama Dilla. Jalan, ketaman hiburan, sampai makan malam bersama, tak ada percakapan yang serius, hanya ada candaan seperti biasa. Senyum tulus Dilla, yang sukses membuat Affan hancur.
Setidaknya untuk saat ini biarkan dia membuat senyuman walau ia tau akan berakhir tangis nantinya.
~•~
Akad nikah Affan dan Zahra dilakukan pukul 9 pagi ini.
Affan sudah pergi dari rumah pukul 7 pagi dengan alasan ada operasi Cito pada Dilla.
Acara diadakan dikediaman keluarga Zahra. Yang mana hanya mengundang keluarga terdekat Zahra saja. Sementara Affan hanya ditemani 2 orang temannya, dokter Rio dan dokter Vito. Hanya mereka yang Affan ceritakan semuanya.
Acara sudah akan dimulai, Jam sudah menunjukkan pukul 8.45. Beberapa tamu juga sudah datang dan Zahra juga sudah siap berhias di kamarnya.
Sampai saatnya ijab qabul, tangan Affan menjabat tangan ayah Zahra, disaat itu juga ia mengingat saat ia pertama kali menjabat tangan ayah Dilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
De Facto
Spiritual(Completed) "Tak apa pergilah bersamanya, dia lebih membutuhkan mu dibanding aku mas, percayalah aku akan baik-baik saja" Faadhillah Nisa Balqis "Aku menyesal telah menyia-nyiakan wanita sepertimu, ku mohon maafkan aku. Aku mencintaimu" Affan Mirza...