Bab 4:new world

17.3K 651 4
                                    

Viola pov

Sejak dari tadi pagi banyak wartawan yang datang padaku. Paparazi sialan! Harusnya aku menutup jendela  lantai 2 itu.

Aku memijat dahi ku pelan. Sepertinya hari ini aku kabur dari wartawan sialan. Seharusnya aku bawa mobil kakakku saja.

"Halo Nicky! Bisa antar aku ke hotel baruku?"

".........."

"Iya sekarang. Paparazi tidak tahu ruang rahasia ku di sana. Untuk sekarang"

"......."

Aku tunggu di basment. Cepatlah!"

*tok*

"Mau kemana Vio?"

Seorang dari ambang pintu tampang melihatku dengan kasihan. Mungkin aku harus memberinya salam.

"Pagi Arsela. Maaf kamu bisa urus sisanya"

Akhirnya dia menunjukkan wajah manisnya itu. Apalagi dengan senyum kecil yang membuatku gemas.

Tubuh mungil dan mukanya sedikit mengembang itu. Ingin sekali aku remas-remas manja.

*ring*

"Ma-maaf arsela! Aku janji besok aku traktir makan" ucapku memohon padanya.

"Tapi...ini sudah 5 kalinya aku mengambil alih para wartawan itu"ucapnya kesal.

"Ini terakhir. Sumpah!"kataku langsung meluncur ke basment menunggu temanku.

Aku bisa melihat sekilas wajahnya yang tampak kesal dan mengomel tidak jelas. Setidaknya dia bisa duduk ditempatku sementara.

••••

"Jadi....apa yang terjadi tuan putri?"kata temanku dengan penekanan nada yang menjengkelkan.

"Hanya paparazi yang tidak sengaja melihatku jalan dengan Aldo"

Pffrrtt-

Aku melirik ke arahnya yang dengan susah payah menahan tawanya. Apalagi saat dengar tentang Aldo lagi. Aku tahu itu sesuai yang perlu di tertawaan tapi jangan di depanku juga.

"Hahaha! Aldo lagi? Apa mereka tidak tahu kalau kau hanya mengincar perusahaannya saja"

"Cowok labil macam dia emangnya ada yang mau? Aku sih ogah"kataku kesal.

"Ya. Aku tahu kok siapa yang mau jadi pacarmu"

Dengan cepat di menangkap wajahku dan mengecup mulutku pelan. Melumat bibir bawahku dan aku membalasnya juga.

"Jangan berpaling dari ku Viola"katanya mengedip matanya.

"Tentu saja Nicky"

Aku keluar dari mobilnya dan meluncur cepat ke arah hotel. Membuka kamarku lalu merebahkan tubuhku dengan kasar.

"Si bodoh itu mudah saja tertipu. Aku? Mana mungkin mau berpacaran dengan dia"aku mengelap bibir sambil berkaca.

"Maaf saja Nicky,aku sudah punya yang lain"kataku tersenyum kecil.

Aku melihat ke arah jam tanganku. Masih pukul 8 pagi,seharusnya breakfast masih ada. Mungkin aku bisa ke bar nya untuk menenangkan pikiran.

••••

"Ah! Rum satu. Yang terbaik ya"

"Baik nona!"bartender itu tersenyum lalu pergi ke ruang akohol.

Dia pria yang ramah mungkin aku perlu menaikkan gajinya. Apalagi dia pria yang lucu.

"Hei! Vio! Kamu ke sini juga"ucap pria tinggi itu.

" Oh hai Dave! Tidak ku sangka kamu mau mengurus hotel ini"kataku sambil menawarkan gelas rum juga.

"Tidak. Aku tidak minum akohol"dave mengelengkan kepalanya lalu beranjak pergi.

"Hei Vio!"aku menoleh ke dia lagi," Mau ke kantor?"

"Tidak! Seperti akan bahaya kalau aku bersamamu" kataku yang melirik ke segerombolan orang.

Dave mengerutkan dahi nya lalu menoleh ke arah sekumpulan orang yang aku maksud. Dia sama terkejutnya lalu menutup wajahnya dengan tangan lalu pergi.

Baru saja aku meneguk rum ku ini. Suara familiar menghampiriku dari belakang. Rasanya sedikit merinding saat mendengarnya.

"Vio? Viola Maherka?!"

Aku membalik badanku dan melihat gadis itu. Gadis yang memiliki postur tubuh normal tapi dengan gaya barat.

Aku menaikkan alisku lalu tersenyum. Mungkin rekan kerjaku? Aku tidak begitu hafal.

"Iya saya sendiri. Ada perlu apa?"kataku dengan rasa deja vu di kepalaku.

The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang