Bagian 14 Debat with Manager

10 6 0
                                    

Happy reading

3 jam perjalanan menuju tempat perantauan tersebut.
Benar-benar melelahkan tapi aku suka, karena aku kesana tidak seorang diri.

"Yang mana nih, kos mu?", Komang bertanya karena memang disana banyak sekali kamar-kamar. Walaupum dalam petik "kumuh".

Dari raut wajahnya, ia nampak biasa saja. Namun, ketika aku menunjukkan kamar kosku rasanya foremnya berubah.

"Nggg, kamu betah tinggal disini. Rasanya lingkungan disini kurang baik deh."

"Betah-betahin aja, lagian sudah biasa kok tinggal di tempat kaya gini. Kamau pasti udah tau, jadi kamu ngga usah kawatir."

Tanpa sadar kami belum juga memasuki kos itu. Turun aja belum apalagi masuk. Keasikan ngerumpi kayaknya.

"Kapan nih, aku bisa bawa barang-barang masuk ke dalam." Sambil menyingguk lengan komang

"Ohh iya ya, sampai lupa aku. Eh tapi kamu masuknya sendiri aja ya. Aku tunggu kamu di teras ini. Tas aku biar taruh di jok motor aja."

Tapi aku masih berdiri diam saja. Sambil mencerna perkataan anak manusia itu dengam serius karena semua yang akan aku tanyakan sudah dijawab lebih dulu.

Heran aku.
Tapi kalian masih ingatkan sosok "komang"

"Aighhh, kok masih diem aja. Gih sana katanya mau ke tempat kerja. Nanti di phk baru tau rasa."

"Iya iya"

🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗

"Kita mau kemana, rasanya jalannya melènceng?", aku baru sadar kalau jalannya tidak seperti yang aku lalui setiap harinya.

"Ini jalan pintas sayang. Masa ngga tau?"

"Eheheh, ngga" aku cuma bisa garuk kepala. Tadinya sihh mau kritis tanyain jalan tapi malah jadi malu gini kan.

"Kok kamu bisa tahu jalan sini?"

"Apasih yang si ganteng ini ngga tau?"

"Yang kamu ngga tau itu, bagaimana cara membuat aku agar tidak kagum padamu."

"Ihhh mulai dehh kamu."

"Aihh, sejak kapan kamh ngomong macam bencong saja kau ini."

"Terus kamu sejak kapan logatnya campur-campur kaya gitu?"

"Ngggg....."

Belum sempat aku memikirkan jawaban. Nyatanya sudah sampai di tempat tujuan. Ternyata memang cepat sekali sampai kalau lewat jalan tadi.

Tapi tapi, justru ada rasa yang aneh menghampiri hati dan pikiranku. Entah apa yang membuatku seperti ini aku kurang tau. Namun, sepertinya aku sangat deg degan. Mungkin karena aku segera akan tahu keputusan maneger sialan itu. Tapi sepertinya bukan cuma itu yang aku rasa. Ada yang lain kayanya yang lebih membuat aku merasa sangat tidak enak. Jelek-jeleh pikiranku.

Langgeng dengan perdebatan batinku. Tiba-tiba ada seseorang menepuk bahuku. Tidak tahu deh seperti apa ekspresiku saat melamun tadi. Mungkin seperti orang idiot kali.

"Yukk masuk." Komang telah mendahului sekitar 5 langkah, aku pun tidak sadar sejak kapan ia memulai. Namun, yang pasti aku masih duduk di atas motor dengan posisi seksi.

"Ehh iya iya."
_________________________________________

"Darimana aja kamu, sekian lama ngilang. Sekarang balik lagi."

Manager yang super galak itu sungguh tak memberikanku kesepatan mengucapkan salam apalagi menyuruh duduk.
Padahal kita sama-sama wanita, seharusnya ia lebih berperasaan.

My Real LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang