Bagian 15 Dila(brak)

5 6 0
                                    

"Huh...." keluh ku ketika berada di kedai kopi dengan dekorasi klasik ditambah suasana yang tenang. Cuma ada beberapa pasangan remaja yang terlihat bertutur sapa sambil tertawa kecil.

"Kenapa?" Komang mengagetkan ketika aku sedang asik mengeluh sambil menatap orang sekitar.

Tanpa menjawab aku langsung meraih kursi klasik yang di cat warna coklat klasik dengan ukiran kalem.
Selepas itu aku merunduk menyembunyikan kepala di dalam lipatan tangan.

Ingin menangis, namun tampaknya sudah tak ada lagi air mata yang sanggup keluar karena kejadian yang merombak kadang baik tiba-tiba berguling menjadi buruk. Yang membuat jiwaku seperti terhempas ke atas ke bawah. Hingga aku hampir lupa cara berpikir dan ingin melupakan segalanya.

"Heyy?... ini minum dulu kopinya!" Sambil menyentuh bahuku.

"Ngg, iya..." aku tidak tahu sejak kapan Komang memesan kopi.

Aku raih cangkir putih itu untuk menenggak cairan di dalamnya.

Namun, belum sampai pada tujuan. Tiba-tiba saja kopi itu terlencok bersamaan dengan aku jatuh dari tempat dudukku terlempar sekitar beberapa cm.

Kejadian itu sangat cepat dan mampu membuat jantungku seakan lepas dari persembunyiannya menembus tulang rusuk.

Komang yang menyaksikan itu langsung menghempaskan pandangannya seketika dan terkesyap. Karena sedari tadi ia sibuk memandangi setiap lekuk ukiran wajahku. Tanpa babibu iya ingin menangkapku tapi dorongan tadi rupanya terlalu keras.

Aku jatuh dengan sangat keras hingga mengenai bangku disamping. Karena memang tatanan meja disitu jaraknya terlalu dekat. Kepalaku sedikit pening , sampai tidak bisa berdiri.

Belum sempat aku berusaha berdiri. Tiba-tiba seorang wanita tinggi, putih namun kelihatan sudah berkepala lima tapi badannya masih sangat terawat dan sangat kuat.
"Kau mau ku bunuh disini atau kau tinggalkan anakku!!"

"Maksudnya?" Jawabku refleks, apa? Anak?

Komang terlihat melongo dan sedang berusaha mencerna kejadian saat ini. Dia panik ketika melihat darah mengalir dari dahiku turun ke pelipis. Namun, aku sudah tahi itu dari tadi.

"NGGA USAH NGGA NGERTI!!!"

PUG! PUG!

Ngingggggg .......

Tiba-tiba dengan pasrah di hati badanku langsung ambruk mengenai lantai cafe yang menjadi saksi bisu kejadian yang detik ini masih ku rasakan orang itu di dekatku. Semulanya aku masih bisa melihat wanita itu, setelah beberapa detik semuanya berubah gelap.

Yang aku rasakan ada seseorang yang mencoba menepuk nepuk lalu mengangkatku entah kemana. Aku mendengar riuh orang-orang. Tapi entah, badanku sepeti mati.

TBC





My Real LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang