Bab 7 Balik Kampung

18 9 0
                                    


Malam itu aku bersama Tu de menghabiskan waktu di cafenya sendiri hingga tengah malam. Pulang bersamanya juga.

Matahari menembus jendela kaca, menyentuh hangat mata sayupku.
Nan enggan membuka kelopak yang kaku

"Oh..astaga... ini jam berapa?" , langsung berlari menuju nakas kecil yang berjarak setengah meter dari kasur lantai. Ku lihat
Handphoneku tapi sayangnya lowbat dan mati.
"Tuhan....aku kesiangan...", langsung menuju kamar mandi luar dann....
Ramai sekaliii...
Biasalah...kos murah plus kamar mandinya ya....layak
Entah jam berapa aku baru berangkat ...
Ternyata baru sampai cafe sudah pukul 08.00... ohh aku sangat lambat..

Di ruang dingin berAC, namun tetap terasa panas.
Manager melayangkan SP1....
Hancurlah nasibku...
Bertepatan dengan cutiku, walau mendapat SP1 tapi aku memutuskan untuk pulang kampung karena keluargaku lebih penting dari apapun. Bagiku teman bukanlah apa-apa ...aku tidak pernah takut sendiri...karena ada keluargaku yang menerimaku apa saja adanya aku... entah baik ataupun buruk. Dan bukan teman!! Kalau teman sihhh, ketika kita baik yahhh bersama jika jelek, yaaa mau apalagi penampakannya pun tiada terlihat.
For me!! Lahir sendiri, jalani sendiri, mati pun sendiri. Tidak membawa teman, sahabat dan apalah itu. Tidak ada namanya teman sejati dan apalah itu , walau akhirnya ia membuat ikatan lalu pergi dan hanya akan membuat kecewa.

Dengan minibus aku pukang kampung. SENDIRI. Tanpa izin dahulu pada Tu de, seseorang yang hampir mengambil hatiku. Entah kenapa aku lebih suka sendiri. Aku tidak suka ikatan. Jadi aku tidak memberitahunya. Jika Ia maka dia pasti akan membuntutiku.

Di desa kecil, sejuk, dan sepi. Di tikungan lurus dan polisi tidur datar...(Becanda😂😂)
Setelah sampai di rumah yang sederhana...rumah tak berkulit..
Ku jumpai nampak ibu dan adikku senyum merekah...
Ku duduk di kursi rotan tua.
Bertutur kata sekitar 1 jam , tiba tiba ibu berkata "nanti akan ada sesorang kesini, ibi sudah membicarakan pada orang tuanya bahwa kau harus dijodohkan dengannya".
Deg..
Hatiku tak bisa menerimanya. Aku baru saja jatuh hati kepada seseorang bernama Tu de. Tapi knapa kini aku dijodohkan.
"Aku tidak mau bu."
"Tapi nak engkau harus mau, dia orang yang baik. Jika kau sayang Ibu, tolonglah menikah dengannya."
"Aku capek aku mau istirahat."

BAGAIMANAKAH KEPUTUSAN AKU...AKANKAH IA MENGORBANKAN RASA CINTA YANG MULAI TUMBUH DAN MEMILIH MENIKAH DENGAN LELAKI YANG DIJODOHKAN DENGANNYA.

BERSAMBUNG😉....

My Real LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang