Sejak Chan meninggal dunia, Jihyo memutuskan hubungannya dengan Hyunjin dan lebih memilih hidup menyendiri jauh dari pria.
"Mau sampai kapan kamu sendiri? Appa sudah merencanakan pertunangan mu dengan salah satu anak kolega appa dari Australia"
Jihyo hanya diam sambil menyandarkan kepalanya pada meja di ruang kerja appanya.
"Appa tahu kan aku..."
"Maaf, appa sudah membuatmu merasa tersisih. Jujur maksud appa menikah lagi adalah supaya kamu..."
Jihyo langsung berjalan menuju kamarnya dan mengunci pintunya dari dalam. Sudah hampir sebulan ini appanya menyuruh Jihyo tinggal bersamanya, dia terlalu takut kalau putrinya akan nekat bunuh diri jika tinggal sendirian di apartemennya. Dalam diam Jihyo menangis, masih lekat dalam ingatannya bagaimana Bangchan tersenyum setelah dia merasakan tubuhnya yang tertikam.
"Bodoh...kenapa meninggalkan aku semudah itu padahal kamu bilang kalau kamu masih mencintaiku"
Malam tiba, Jihyo terbangun dan melihat isi dalam kulkas
"Ck, apa-apaan ini kenapa tidak ada es krim!!"
Dia segera menutup pintu kulkas milik appanya itu tapi dia terkejut saat melihat kakak tirinya sudah berdiri dihadapannya.
"Oh my, hya!!!"
"Mau minum bersamaku?"
"Tidak, aku mau keluar"
"Keluar kemana?"
"Membeli es krim"
"Aku ikut"
Jihyo masih menatap aneh kearah Jieun yang memang jarang meluangkan waktu untuk sekedar jalan bersamanya
"Kenapa melihatku seperti itu?"
"Unnie, kenapa kamu mengikutiku? Apa appa yang menyuruhmu?"
"Maaf...seharusnya dari dulu aku jadi kakak yang baik bagimu"
"Kenapa minta maaf?"
"Gara-gara aku kamu dan Jung..."
"Aku sudah tidak memiliki perasaan apapun dengan Jungkook"
"Tetap saja, aku merasa bersalah sudah..."
Jihyo menghembuskan nafasnya kasar, namun dia segera menghentikan langkah kakinya saat melihat seorang pria berambut pirang tengah berjalan dihadapannya
"Chanie?"
Pria itu menoleh dan tersenyum kearahnya, dia langsung pergi meninggalkan Jieun yang tadi berjalan disampingnya
"Hya, kamu mau kemana!!"
Dia bahkan tidak menghiraukan teriakan Jieun yang kini memanggil namanya. Dia menarik lengan pria itu tapi wajah pria itu berubah
"Maaf..." Jihyo membungkukkan tubuhnya dihadapan pria asing itu
Dia segera pergi menuju mini market tempat dia akan membeli es krim, dia melihat Jieun sedang duduk di depan mini market sambil memegang kantong plastik ditangannya
"Kamu dari mana saja?" Jieun menyodorkan es krim ditangannya pada Jihyo
"Unnie, sepertinya aku perlu masuk pusat rehabilitasi"
"Hya, kenapa bicara seperti itu!!"
"Aku berlari mengejar seorang pria yang aku kira wajahnya mirip Chanie, tapi ternyata bukan"
"Kembalilah dengan Jungkook, setidaknya cobalah untuk mengalihkan fokus mu padanya"
"Unnie..."
"Aku sudah bicara dengannya"
"Aku tidak mau melukai perasaan siapapun lagi, aku sudah terlalu lelah"
"Hyo, aku akan selalu ada disampingmu kalau kamu membutuhkan aku" Jieun mengenggam tangan adik tirinya itu
"Hmm, setidaknya kini aku sudah tidak lagi dibenci"
"Hya, siapa juga yang membencimu!! Aku tidak pernah membencimu, kamu saja yang selalu salah paham padaku"
"Iya maaf..."
Jihyo dan Jieun segera kembali menuju rumah setelah menghabiskan es krim mereka. Seperti biasa malam itu Jihyo tidak bisa tidur, ponselnya tiba-tiba saja bergetar saat jam dinding menunjukkan lewat tengah malam. Nomor asing itu berulangkali mengusik Jihyo yang baru saja akan memejamkan matanya.
"Hya, siapa ini?!"
Tak ada jawaban ataupun suara yang terdengar jadi dia segera menutup panggilan itu. Tapi lagi-lagi nomor asing itu membuatnya marah, dia memblokir nomor itu dan segera menutup kedua matanya.
Sementara itu ditempat lain...
"Hyo..."
Gantung yee, sengaja tapinya. Siapa hayo yang nelpon?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss me! (Jihyo X Bangchan)
FantasíaSeorang gadis berubah menjadi seekor kucing saat dia marah, hanya ciuman dari seorang pria yang bisa mengembalikannya ke bentuk semula. Bagaimana nasibnya?