"Thank you kak, nanti gue kontak lagi kalo ada perubahan-perubahan ya," pertemuan Mark dengan Nuri, perwakilan dari fakultas Farmasi ditutup dengan jabatan tangan dan senyuman.Langkah Mark ringan, dengan kedua tangan yang mengenggam ujung tali ransel, ia berjalan sambil sedikit melompat. Girang, seperti anak-anak yang merasa senang dibawa bermain ke alam bebas.
"You did good," puji Yara yang sedaritadi tidak banyak membantu, hanya memperhatikan bagaimana Mark menyampaikan tujuan dan mengambil keputusan untuk program kerja kolaborasi kali ini.
Mark mengangkat dagunya, merasa bangga dengan tugas kecil yang baru saja dilakukannya sebagai anggota termuda di departemen hubungan masyarakat. "Buy me a meal then," ujar Mark, meminta bayaran atas kerjanya.
Yara kembali duduk diatas boncengan, tanpa menggunakan pelindung kepala karena mereka pikir mereka hanya akan berkeliaran di sekitar kampus. Mark yang juga sudah siap menyalakan mesin tiba-tiba meminta Yara untuk turun dari motor.
"Kenapa?" tanya Yara, ia pikir ada yang salah dengan kendaraan yang Mark bawa.
Mark menarik kunci dan membuka bagasi kecil motornya, mengeluarkan hoodie berwarna hitam miliknya untuk diberikan pada Yara. "Pake ini kak buat nutupin kepala, kamu kan ngga pake helm. Kita beli helm dulu baru cari makan."
"Kayanya di sekitar sini ngga ada polisi," tanggap Yara.
"Hmm.." Mark bergumam sebelum menjawab kalimat Yara. "Sebenernya fungsi helm bukan cuma biar ngga ditilang polisi kan kak? Tapi buat keselamatan kepala juga."
"Tapi kalo kita jatoh kepala aku tetep ngga bakal aman, Mark."
Mark terkekeh kecil, "ya bener sih. Aku nyetirnya bakal hati-hati deh biar kepala kita aman."
Yara akhirnya hanya mengangguk, dan tanpa kembali banyak bertanya, ia menuruti perintah Mark.
-
"Kamu emang mau beli helm?" tanya Yara ketika mereka sudah sampai di tempat penjual helm yang tidak begitu jauh dari daerah kampus mereka.
"Iya," angguk Mark. "Buat kamu kan kak?"
Yara terlihat menautkan alisnya bingung, "emang aku minta dibeliin helm?" tanyanya masih dengan raut wajah yang terlihat banyak berpikir.
"Ya ngga," jawab Mark. "Tapi aku cuma punya helm satu."
"Terus?"
"Terus?" tanyanya balik. "You need to wear a helmet too," jawab Mark ragu, wajahnya tiba-tiba terlihat ikut bingung.
"Ya helmnya buat kamu kan? Bukan buat aku?" tanya Yara kembali, masih mencoba meluruskan situasi.
"Hah?" mata Mark bergerak ke kanan dan kiri, mencoba menjawab pertanyaan Yara yang tidak terlalu penting untuk dibicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA PAGI
Fiction généraleAruna dan Maraka, mengarungi masa awal pendewasaan dengan banyaknya suara di kepala serta pilihan-pilihan pelik dan rahasia-rahasia yang dibagi berdua di penghujung malam.