Bab II - Tak Terlihat (4)

12 0 0
                                    

Caissa yang semula tertidur telah terbangun semenjak kehadiran Irene. Dia menyaksikan penuh pemandangan yang sangat menyedihkan itu. Dia sengaja diam dan tidak menghentikan Irene, sebagaimana Azrael yang hanya menonton sembari bersandar di dinding.

Irene yang terpuruk menyeka air matanya, lalu menekan poni rambutnya di depan mata.

Dia berdiri dan berdehem, "Ah, tes tes, efek Pembisu sudah hilang. Jadi, kalian bisa memulai semuanya," ucapnya sembari tetap menekan poni rambutnya.

"Kamu sudah tenang? Bagus," balas Azrael.

Dia menarik kursi dan duduk di hadapan Irene.

"Kalau semua unek-unekku belum keluar, mana mungkin suaraku balik?" jawab Irene.

"Sebagian pelajar hanya memandang kotak itu sebagai hukuman. Tapi kamu dapat memahami fungsi utamanya, dan itu jarang terjadi. Untuk itu, aku cukup terpesona,"

"Langsung saja, Az. Apa yang terjadi malam itu? Kalau kamu sembunyikan sesuatu, aku akan tahu,"

Dia menarik lengan pakaian tangan kirinya; mempertontonkan tangannya yang terbalut perban.

"Tidak perlu khawatir. Sebelum itu, bukankah kamu berhutang penjelasan kepadaku?"

Setelah mengatakan itu, tiga barang di dalam gelembung melayang tiba-tiba muncul di hadapan Irene. Benda pertama adalah sweater berleher tinggi gelap dengan bercak darah pada beberapa bagian yang sobek, lalu gelang identitas biru miliknya, dan Tas Dimensi.

Melihat ketiga benda tersebut, hati Irene terasa perih.

"Apa tidak masalah bercerita di tempat ini?" tanyanya pelan.

"Ah, benar juga, kamu tidak tahu. Ini adalah Haven. Kita sekarang tidak sedang berada di Connla. Lebih tepatnya, berada jauh di bawahnya. Dan setiap ruangan kedap suara,"

"Pantas saja aku tidak pernah mengetahui tempat ini... tunggu, bawah tanah? Kalau memang jauh di bawah tanah, bagaimana kamu bilang kita hanya berpeindah tempat dalam waktu satu detik? Terus kenapa bisa ada listrik? Air dan udara juga terasa—"

Ucapan Irene terhenti oleh tangan Azrael yang terangkat.

"Hentikan. Jangan memikirkan hal yang tidak penting. Itu bukan topik utama,"

Mata Irene melirik ke arah Caissa dari balik rambutnya.

"Kalau begitu, bagaimana dengan orang itu?"

"Orang itu? Irene..." Azrael berdengus kecil. "Orang itu yang menggendong kalian sendirian. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia terlambat sepersekian detik. Orang itu juga yang selalu berada di tempat ini,

"Aku tidak pernah mengajarimu seperti ini, Irene."

Irene mengesah ke arah Caissa, "Terima kasih..."

Caissa hanya melempar senyuman kecil.

Setelah mendapatkan respon itu Irene kembali menoleh ke Azrael.

"Malam itu, aku ingin ke perpustakaan. Hanya itu,"

"Kepentingan apa yang lebih berat dari nyawamu? Kamu paling tahu, Irene, mengenai larangan berada di sekitar Connla saat malam hari. Apa yang membuatmu menyusup lagi? Kalau buku yang ingin kamu cari, Tarathiel akan senang membantumu,"

"Bukan... tidak seperti itu. Ini berbeda. Aku tidak tahu jika akan berakhir seperti ini..."

Suara Irene mulai terguncang.

"Malam itu... malam teraneh yang pernah terjadi kepadaku. Az, ketika aku dulu menyusup ke Connla pertama kali, aku tidak merasakan keanehan labirin itu. Maksudku, keanehan... um... bagaimana aku menjelaskannya..." jemari Irene mengetuk-ketuk dahinya.

Rune - Dunia Tempat Kita HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang