Awal

50 2 0
                                    

Mata merah lembayung bergetar was-was dalam kegelapan. Punggung pemiliknya bersandar tegang pada kepala ranjang bersinar lembut bulan separuh. Rambutnya terurai bebas di permukaan kulit pundaknya yang tengah naik-turun beriring napas berat, sementara tangan kanannya terus menggenggam erat botol beku. Di dalam kecemasannya, bahu kiri hingga lengan atas perlahan-lahan tersobek dengan sendirinya.

Dia menggigit bibir bawahnya dan menempelkan botol beku ke bahunya.

"Mmphh—!!" erangnya tertahan.

Uratnya menjalar kencang di sekujur tubuh. Matanya silih berganti terpejam dan terbuka bersimbah keringat. Badannya meringkuk merasakan setiap lapisan kulit tersayat satu persatu, meninggalkan rasa panas nan sakit yang sangat mendasar. Dingin dari botol beku tampaknya sama sekali tidak menolongnya.

"Tahan. Tahan!" gumamnya mengulang bersela deru napas. Baju di sisinya pun dia raih dan gigit sekuat tenaga, berusaha menutup segala celah keluar suaranya.

"Irene?"

Seseorang memanggilnya. Suara lembut disusul siluet yang terbangun dari ranjang lain di serongnya. Suara yang selama ini berusaha dia hindari.

"Irene? Kamu baik-baik saja?" panggil suara tersebut kembali, namun kini sang pemilik suara telah menghadap ke arahnya.

"Ah! Oh,"—Irene berusaha mengatur suara—"maaf membangunkanmu, Lucy. Aku baik-baik saja. Hanya hari pertama datang bulan kok... jadi ya... aha-haha..." balasnya menoleh ke belakang. Seperempat wajahnya tersiram cahaya bulan; dia mencoba untuk tersenyum.

Luciana—Lucy, panggil Irene—mengangguk dan kembali menenggelamkan tubuhnya ke dalam selimut. Melihat Luciana yang telah kembali terlelap, Irene sontak memandang masam bahunya—garis-garis merah cerah panjang terbentang acak dan horizontal.

Dia mengusap dan menekan tiap garis yang tampak begitu segar di bahunya. Rasa sakit dan panas yang ditibulkan semula bertahap memudar. Matanya pun mulai sayu. Tenaganya benar-benar terkuras, demikian napasnya mulai pelan.

"Tetap enggak berdarah sama sekali. Sembilan malam dan masih terasa sama... sangat menyebalkan..." kesalnya pelan sebelum hanyut dan terlelap ke dalam keheningan malam.

Rune - Dunia Tempat Kita HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang