Prolog

468 33 1
                                    


Inggris, London 2014.

PRANNGGG!!!

"VANO!".

Seorang lelaki muda berjalan mendekati pecahan kaca dari vas bunga yang tadi ia hancurkan. Matanya memerah menahan gejolak yang ingin diluapkan, kakinya terus melangkah menjemput sebuah kehancuran.

"Ini kan yang kau mau? Melihat ku hancur?".

Lelaki itu tertawa sumbang, tatapan matanya tak luput dari seorang lelaki yang wajah nya hampir serupa dengannya, hanya saja warna matanya dapat membedakan.

Langit yang meredup membuat suasana kian mencekam, kembali membakar hasrat yang sudah sekian lama terpendam.

"Tolong, kumohon jangan melukai dirimu seperti ini. Pikirkan yang lainnya". 

Lelaki dengan mata biru terang perlahan mendekat, sama sekali tidak ingin membahayakan lelaki dihadapannya.

"Selamat Ro, semuanya sudah jadi milik mu! Harta, tahta, bahkan kuasa kini sudah ada digenggaman mu!".

Lelaki itu berteriak, membuat beberapa anggota keluarga terbangun karena keributan yang tak berujung.

"Kita bisa bicarakan ini baik-baik".

"Tentu tidak, karena selama ini kalian memperlakukan ku dengan tidak baik!" 

Seorang wanita turun dari lantai atas, kaki panjangnya menapaki tangga dengan terburu-buru. Disusul seorang pria berjas dengan mata biru menyala.

Wanita itu menutup mulutnya saat melihat keadaan kedua putranya, ditambah sudah ada beberapa pecahan kaca yang berserakan di lantai.

"Astaga, apa yang kalian lakukan?! Vano kakimu berdarah sayang". 

Wanita itu lantas berlari, mencoba mendekati putranya, tapi langkahnya kembali terpaku saat mendengar sesuatu yang tak seharusnya terucap.

"Tidak usah sok peduli, aku tidak butuh itu".

Nada yang dilontarkan memang tidak keras, tetapi berhasil menancap dan mengoyak kan pertahan yang mulai rapuh.

"Alvano! Jaga ucapanmu, ia adalah bunda mu".

Lelaki berjas itu turun, lalu menampar pipi Vano kencang membuat lelaki itu mengeluarkan air matanya, tetapi tidak dengan mulutnya yang terus tertawa.

"Lihat! Apa ini yang aku dapatkan sebagai seoarang anak?!".

Tidak ada yang bersuara, semuanya hanya diam tanpa kata, tak berani menyuarakan fakta.

"Sudahlah, aku akan pergi".

Lelaki itu melangkah menjauh, ingin menapaki tangga tapi langkahnya terhenti saat mendapati seorang gadis cantik tengah mematung disana.

"Hello Princess, what are you doing at this time of the night? Yang lain masih tidur bukan? Jadi, kembalilah keatas".

Wajah lelaki itu perlahan berubah, yang awalnya diselimuti amarah kini menjadi sejuk dan ramah, lelaki itu mengusap surai gadis itu, sedangkan yang lain hanya mematung di bawah.

"No! Where do you want to go? tadi kenapa Bang Vano marah-marah pada Bang Varo?"

"Tidak apa, kau harus segera pergi tidur, menurutlah pada Abangmu ini". 

Perempuan itu mengangguk lantas kembali naik keatas, lelaki itu menghembuskan napas nya keras lalu turun kebawah. Niat nya untuk mengambil beberapa pakaian ia urungkan.

"Kau mau kemana?" tanya lelaki muda bermata biru itu.

"Kemana saja, berada ditempat dimana semua orang dapat menghargaiku"

Lelaki itu melangkah ke arah pintu, menutupnya dengan keras hingga punggung nya sudah tak lagi terlihat.

Wanita tadi kembali terisak, suara tangisnya terdengar pilu, siapa yang tidak sedih saat harus ditinggalkan putra kesayangannya?.

Pria berjas itu memeluk istrinya dengan cekatan, ia juga sama sedihnya. Dirinya benar-benar merasa gagal menjadi pemimpin keluarga yang baik.

"Tenanglah, percaya padaku ia akan kembali"

* * *

Kira-kira bagaimana jadinya, jika sepotong hati yang rapuh bertemu dengan satu hati yang utuh?.

Kira-kira bagaimana jadinya, jika sebuah kisah yang penuh luka disatukan dengan kisah yang sempurna?.

Kira-kira bagaimana jadinya, jika fakta yang indah justru selalu dianggap salah?.

Kira-kira bagaimana jadinya, jika kehidupan yang nyata selalu jadi ajang pura-pura?.

Kira-kira bagaimana jadinya, jika kedua insan berada dalam hubungan yang sama tapi tidak mempunyai perasaan yang serupa?.

Kira-kira bagaimana jadinya, jika dalam ikatan persaudaraan ada yang terjebak masalah  yang di luar perkiraan.

Kira-kira bagaimana jadinya, jika dalam sebuah perjalanan cinta yang berjuang hanya satu orang saja?.

Kira-kira bagaimana jadinya, jika dalam sebuah cerita tokoh utamanya harus tiada?.

Ahh terlalu banyak perkiraan, jadi dari pada harus terus mengira-ngira kita langsung saja selami ceritanya.




See you in the next chapter and welcome to my story:)

Not MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang