Manusia?

146 21 1
                                    

Happy Reading guys...

☠️ ☠️ ☠️

Kelas XI IPA 2

"Sumpah gue ngantuk banget dah" Lea sedari tadi terus saja mengoceh,pasalnya guru yang sedang menjelaskan didepan suaranya sungguh tidak jelas. Bukannya paham semuanya malah seperti sedang dinyanyikan lagu pengantar tidur,apalagi kedua matanya sudah tidak dapat diajak kompromi lagi.

Sebenarnya sekarang sedang pelajaran matematika,tetapi guru yang bersangkutan tidak dapat mengajar. Kabar ini jelas-jelas langsung disambut meriah oleh warga IPA 2,saking meriahnya mereka jadi tak sadar bahwa sedang ada pengawas yang berkeliling,hinggak kegaduhan tersebut harus berakhir tragis seperti ini.

Lenata,salah satu siswi yang masih benar-benar sadar itu kini sedang memegang pulpen di tangan kanannya dengan tatapan yang berfokus pada buku catatannya.

Tapi jangan salah sangka dulu perempuan itu jelas tidak sedang mencatat melainkan melukis dibelakang bukunya,menuangkan apapun yang sedang ada didalam pikirannya sekarang.

Sedangkan Vio,perempuan itu kini sedang memainkan ponselnya dengan menjadikan buku paket sebagai penghalangnya. Vio dan Nata duduk bersebelahan,sedangkan Lea memilih untuk duduk bersama Septiani. Septiani adalah teman SMP Lea,Shella,Vio dan Nata,mereka dipertemukan lagi dikelas XII IPA 2 yang akhirnya menjadi teman sebangku Lea.

Perempuan yang akrab dipanggil Septi itu memiliki tubuh yang semampai,walaupun kulitnya berwarna sawo matang namun ia memiliki lesung dikedua pipinya membuatnya terlihat manis apalagi disaat tersenyum.

"Eh liat nih Ka Arkan cakep banget ya!" Seru Vio sambil menyodorkan ponselnya kearah Nata.

Nata menoleh,memperhatikan gambar yang terpampang didepan wajahnya. Lalu detik berikutnya ia tersenyum dan mengambil alih ponsel tersebut dari tangan Vio.

"Iya dong! Siapa dulu yang bikin" sahutnya dengan wajah bangga,seolah-olah dirinyalah yang membuat pahatan indah tersebut.

"Matanya itu loh,bener-bener bikin gemes" Vio bercerita tak kalah antusiasnya,bahkan kini tangannya sudah bermain seperti ingin mencubit sesuatu.

Nata terkekeh lalu kembali memandangi gambar tersebut,meneliti setiap jengkalnya lalu kembali bertanya dalam hati,mengapa ada manusia setampan ini?

Padahal dalam foto itu tidak hanya berisi satu orang,ada sekitar sepuluh orang. Ya siapa lagi jika bukan para inti Central. Walaupun begitu Arkan terlihat paling mencolok,mata indah itu adalah ciri khasnya. Berbeda dengan yang lain,hal yang dilakukan Chandra justru membuat pesawat mainan dari kertas.

Wajahnya terlihat sangat fokus dengan keringat yang mengucur deras dari dahinya. Membuat pesawat mainan saja sudah seperti disuruh lari keliling Monas seratus kali putaran,sungguh lebayy.

Hingga akhirnya senyuman mengembang diwajahnya. Memandangi seberapa keren hasil karyanya dengan bangga,walaupun hanya terbuat dari kertas tapi Chandra yakin suatu saat pasti ia bisa membuat yang jauh lebih besar. Tentu saja masih dengan kertas.

"Pesawat Chandra ganteng Airline siap meluncur nguing gujes gujes gujesss" mulutnya tak henti-hentinya meracau,tangannya mengayun kesana-kemari membuat pesawat itu terlihat seperti benar-benar terbang sungguhan. Belum lagi diiringi hujan deras dari mulutnya.

"Heh goblok sejak kapan pesawat bunyinya gujes gujesss" Cello menoyor kepala Chandra,tempat duduknya berada tepat disamping meja Chandra dan Liam sedangkan Cello duduk bersama Gandhi mereka juga sama-sama inti Central.

"Terserah gue dong,pilotnya juga gue" Chandra membalas sewot,sedari tadi temen-temennya ini selalu saja mengganggunya seperti tidak suka melihatnya tenang sebentar.

Liam yang duduk disebelah Chandra hanya terkekeh melihat ekspresi kesal sahabatnya.

Chandra kembali memfokuskan diri pada pesawat buatannya,menghiraukan ledakan-ledakan yang dilontarkan untuknya dari ketiga sohibnya itu.

Dan tanpa pikir panjang lagi Chandra mengayunkan tangannya dari belakang ke depan membuat pesawat itu benar-benar terbang.

Namun naas sepertinya Dewi keberuntungan Chandra kini tengah tertidur,pesawat mainan itu mengenai kepala seorang guru yang sedang mengajar didepan membuat kedua bola mata Chandra membulat sempurna dan didetik berikutnya Chandra tersadar yang langsung kembali menetralkan kembali ekspresi wajahnya memainkan drama, jurus andalannya. Mengelak.

Guru dengan kepal botak itu menoleh dengan wajah yang sudah memerah,menatap setiap anak muridnya yang mulai mengalihkan perhatian. Lalu mulai melangkahkan kakinya kebelakang dengan tatapan mengintimidasi.

Mendekati deret meja tempat berkumpulnya para anak-anak nakal. Para siswa berpura-pura sedang menulis tapi tidak dengan Chandra yang terus saja mencuri pandangan kearah guru yang tadi berkepala plontos itu.

Hingga akhirnya pak guru itu berhenti diantara meja Chandra-Liam dan Cello-Gandhi,si biang rusuhnya IPA 2. Lanjut suasana semakin mencekam,tidak ada yang berani bersuara sama sekali. Hingga....

"GANDHIII!!!"

"Siap 86! Ehh kenapa Pak?!" Gandhi terlonjak kaget saat sang guru memanggil namanya sambil menggebrak meja.

"PASTI KAMU KAN YANG NERBANGUN PESAWAT INI?! NGAKU KAMU!!!"

"Enak aja,bukan saya Pak tapi tuh si Chandra yang nerbangin" Gandhi mengutarakan pembelaan untuk dirinya.

Pak guru tersebut langsung menolehkan kepalanya kearah Chandra dengan tatapan lasernya yang membuat Chandra kelabakan sendiri.

"Bukan saya Pak bukan" Chandra mengelak sambil mengelang-gelengkan kepala beserta kedua tangannya.

"Bohong kamu!!"

"Bener Pak,serius deh ngapain gue-eh saya bohong" Chandra membentuk tangannya seperti peace.

"Kamu pasti bo..."

"PENGUMUNAN UNTUK SELURUH SISWA-SISWI KELAS X,XI DAN XII HARAP BERKUMPUL DILAPANGAN UTAMA,SEKALI LAGI UNTUK SELURUH SISWA-SISWI KELAS X,XI DAN XII HARAP BERKUMPUL DILAPANGAN SEKARANG. TERIMA KASIH!" Pengumuman tersebut menggema di seluruh lorong kelas yang disambut sorakan gembira dari para murid yang mengakibatkan pelajaran terhenti.

"Tuh kan Pak kita disuruh kumpul jadi bapak marahnya nanti aja ya ya ya"

"Yasudah sekarang kalian cepat kumpul dilapangan,dan kamu Chandra awas saja jika berulah lagi" guru itu menunjuk tepat diwajah Chandra,Chandra refleks memundurkan kepalanya kebelakang.

"Iya Pak iya" Chandra menjawab dengan malas-malasan membuat sang guru menggelengkan kepalanya melihat tingkah ajaib Chandra.

☠ ️☠️ ☠️

Halloha sorry ya kalo cerita nya makin kesini makin gak jelas maklumin masih baru baru ini mulai hehe...😂

Maap kalo ada typo ya.oke,sampai jumpa di Chapter selanjutnya.

Salam hangat dari nyonya Alvaro😅 wkwk

Terima kasih.

Not MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang