Patah

105 16 6
                                    

Tak apa, bila kamu meninggalkan. Karena tuhan akan memberi ganti yang jauh lebih menjanjikan.

-Fransisca Luina


***

Happy Reading.....


Seluruh anggota Central sedang menunggu di depan ruang IGD dengan wajah panik, pintu yang mereka tatap dari tadi tak kunjung terbuka.

Dirgam terus saja bolak-balik membuat yang lain jadi ikuan tak karuan. Kejadian tadi menghentikan pertarungan yang sudah direncanakan, tanpa aba-aba semuanya langsung membubarkan diri dan langsung menyelamatkan beberapa orang yang terluka.

Sama persis dengan apa yang sedang dilakukan para anak Central sekarang.

Seorang wanita muda keluar dari dalam ruangan, tubuh rampingnya dibalut jas dokter yang sangat pas ditubuhnya. Bibirnya yang merah semakin mempertegas kecantikannya.

"Bisa bicara dengan keluarga Tuan Alfret Antonio?" Dokter tadi menatap seluruh anggota Central dengan takjub, seolah sesuatu di hadapannya adalah sebuah keajaiban dunia yang patut disyukuri.

"Saya sepupunya Dok" Daniel lantas berdiri, ia mendekat ke arah Dokter tadi.

"Baiklah, bisa tolong ikut saya sekarang? Ada yang harus saya beritahu" Dokter tadi masih terus memperhatikan seluruh anak Central, terlihat dari matanya yang tak mau diam.

"Bisa bicara di sini saja? Kami semua keluarganya" Arkan menyeruak.

Ya memang tadi saat peluru meluncur mulus dari pistol yang di genggam Fariz, Arkan sempat menghindar namun ternyata Alfret yang berada di dekatnya sudah berniat untuk menghadang, jadi tanpa diminta peluru itu tepat mengenai perut Alfret.

Sekarang lelaki yang selalu terlihat ceria itu kini terbaring tak berdaya di dalam ruang IGD, Fariz juga telah berhasil melarikan diri. Mereka semua memang belum memberitahu keluarga Alfret karena urusannya bisa panjang nanti.

Dokter tadi mengerjapkan matanya perlahan, tubuhnya mematung saat mendapati pahatan sempurna dihadapannya, mata biru itu selalu berhasil menarik perhatian banyak orang.

"Ma-maaf tapi ini sudah menjadi prosedur, jadi saya harap anda maklum" Dokter itu memberikan senyum terbaiknya, sesekali juga ia membenarkan rambutnya agar terlihat rapi, Arkan berdecih saat melihat itu.

"Tapi apa salahnya?" kini Refan ikut bersuara, ia juga sangat penasaran dengan keadaan sahabatnya itu.

"Saya Arkan Alvaro, jadi saya kira anda paham" 

Dokter tadi kontan membulatkan mata, nama itu sungguh tidak asing. Bagaimana tidak? Nama itu selalu disebutkan oleh seluruh staff disini, selain karena Arkan merupakan anak dari pemilik rumah sakit besar itu, wajah tampan nya yang selalu menarik perhatian berhasil menggemparkan banyak orang.

Dokter tadi sedikit membungkuk, lalu kembali menatap seluruh anak Central, wanita itu menghembuskan napas nya kasar.

"Baiklah, Pasien atas nama Alfret Antonio mengalami pendarahan yang cukup banyak di bagian perut akibat luka tembak yang cukup dalam. Tapi tenang saja karena kami semua sudah menanganinya, dan saran dari saya, untuk merawat inap tuan Alfret Antonio sampai lukanya membaik?" mata dokter itu menatap ke arah Daniel meminta persetujuan. Belum sempat berbicara mulut Daniel di bungkam oleh ucapan Arkan.

"Lakukan yang terbaik, untuk administrasi akan segera saya lunasi".

Dokter itu mengangguk, setelah mengucapkan permisi badannya menghilang di belokan koridor Rumah Sakit yang mulai ramai karena sudah waktunya jam besuk.

Not MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang