He Is Jealous?

143 5 4
                                    

WARNING!!!

Harap di vote dahulu sebelum baca, dan koment ketika selesai membaca!



    

Dirimu yang selalu menarik? Atau diriku yang terlalu tertarik?

—Gifani Azrina






Apa yang kalian pikirkan tentang cinta? Dua manusia yang saling bertukar rasa? Atau hanya sekedar lelucon tak berharga?

Sebagian orang bilang bahwa cinta hanya diperuntukan untuk mereka yang berani berkorban. Jika langit saja rela menangis agar membuat semesta diliputi harum semerbak dari tanah yang bersentuhan dengan tetes air, dan juga matahari yang rela tenggelam agar bulan bisa bertahta di atas pekatnya dewi malam. Lalu, apa yang bisa manusia lakukan sebagai bentuk sebuah pengorbanan?

Apakah mengikhlaskan juga termasuk dari banyaknya bentuk pengorbanan yang sering kali manusia bangga-bangga kan? Jika seperti itu, Arin yakin bahwa dirinya masuk ke dalam deretan orang-orang yang tak pantas jatuh cinta.

Karena bagaimana mungkin ia bisa merelakan safir sebening samudra itu hilang dari pandangan nya? Bagaimana mungkin Arin bisa ikhlas jika harus melihat tangan yang kini sedang sibuk menggenggam ponsel itu nanti akan menggenggam tangan yang lainnya?

Arin berani bertaruh bahwa tidak akan ada perempuan yang akan dengan sukarela merelakan cinta nya pergi, membiarkan dari separuh dirinya mati.

Karena bagi Arin, lelaki yang duduk di samping nya merupakan pusat dari dunianya. Tempat segala harapannya berotasi. Jika memang Tuhan tak menakdirkan, maka Arin akan berusaha meruntuhkan garis kehidupan yang menghalangi setiap jalan.

Sungguh, perempuan itu tak tau harus bagaimana lagi sekarang. Tangannya terlalu gatal saat melihat tangan lelaki di sampingnya yang terasa besar dan juga hangat.


Apakah Arkan yang memang semenarik itu, atau justru hanya Arin lah yang terlalu tertarik?

Mobil yang keduanya tumpangi berhenti di sebuah taman yang berubah menjadi festival mingguan yang ramai. Tadi setelah selesai mengikuti perlombaan guru pembimbing mereka memutuskan untuk mampir ke sebuah taman rekreasi untuk membuat ke dua muridnya menjadi lebih fresh setelah menjalani tugas mereka yang berakhir sempurna.

Ya, Arkan dan Arin berhasil membawa pulang kejuaraan. Olimpiade matematika juara pertama berhasil mereka kantongi untuk mengharumkan nama sekolah.

Bu Rini yang duduk di depan—tepat di samping kursi pengemudi—menoleh ke belakang. Menatap ke arah kedua muridnya yang ternyata dilanda kecanggungan.

"Nah sudah sampai, kalian boleh main dulu disini supaya otak kalian kembali segar lagi. Ibu juga sekalian mau ngajak Naufal main dulu"

Wanita itu tersenyum lembut saat mendapati anggukan dari ke dua murid kesayangan nya itu. Bu Rini keluar dari mobil sambil membawa Naufal—anaknya—dalam dekapan hangatnya meninggal Arkan dan Arin yang kembali terdiam.

Arkan sempat melirik Arin sebentar sebelum berlalu ke luar dari mobil. Melihat itu Arin pun ikut turun dan mengejar lelaki yang telah seenak jidatnya meninggalkan ia keluar duluan. Walaupun sebenarnya itu bukan masalah besar tapi tetap saja Arin merasa kesal.

"Arkannn! Tungguin kenapa sih! Buru-buru banget, kebelet ya lo?!" Setelah berhasil mensejajarkan langkahnya Arin menatap Arkan sambil mengerucutkan bibirnya, mengundang kernyit heran dari lelaki yang ditatap.

Not MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang