Rindu?

123 15 0
                                    

Jika lelah, menangislah. Jangan takut dianggap cengeng. Sebab mereka yang bilang begitu. Tak pernah merasakan bagaimana menjadi kamu.

-AzkaNarendra

* * *

Shella berlari kecil di lorong rumah sakit yang sudah mulai sepi, hanya ada beberapa orang yang mungkin sedang menunggu anggota keluarganya yang sedang di rawat.

Sedangkan Cello menyusulnya dari belakang, sudah beberapa kali lelaki itu menegur Shella yang sempat menabrak sedikit orang yang sedang berlalu lalang dikoridor.

Cello yang merasa gemas saat melihat Shella terus saja tersandung kakinya sendiri, akhirnya memutuskan untuk menarik tangan perempuan itu hingga sedikit mundur kebelakang.

Shella tersentak kaget saat merasakan sebuah tangan meraih jemarinya dengan lembut, matanya menatap ke arah jemarinya yang ditautkan, tatapannya terus naik hingga berhenti tepat pada wajah Cello yang memandang lurus kedepan.

"Sorry, tapi gue rasa lo emang harus dipegangin biar gak berakhir nyungsep di sini"

Dada Shella berdesir hebat, hangat menyelubungi hatinya. Tanpa sadar jemarinya ikut menggenggam tangan Cello yang terasa hangat. Apalagi telapak tangan Cello yang lumayan besar membuat Shella merasa terlindungi.

Mengetahui genggaman nya dibalas Cello tersenyum, senyuman yang nyaris tak telihat sampai Shella pun tak sadar.

Mereka berdua memasuki ruangan MAWAR 1 setelah tadi sempat bertanya pada seoarang resepsionis di depan.

Shella buru-buru meraih gagang pintu dan membukanya.

Ternyata Alfret sudah sadar, sekarang lelaki itu sedang memainkan ponselnya dengan posisi tubuh yang setengah bersandar.

Alfret menolehkan kepalanya saat mendengar dernyitan dari pintu yang terbuka.

Senyumannya langsung terbit saat mengetahui siapa yang datang, seseorang yang sedari tadi ia tunggu, tapi senyumnya sedikit pudar saat melihat Shella datang bersama lelaki yang padahal adalah sahabat karibnya sendiri.

Shella langsung berlari mendekati ranjang Alfret, ia refleks memegang lengan Alftet yang diinfus membuat lelaki itu meringis akibat sakit.

"Aduhh sakit banget ya? Lo sih pake acara gaya-gayaan segala ikut tawuran, mending diem dirumah Al bantuin nyokap lo. Kalo gak belajar biar lo pinteran dikit. Lah ini, apa untungnya coba hah tawuran gak jelas? Yang ada lo bisa mati konyol". Shella meberondong Alfret dengan segala macam kalimatnya.

Alfret tersenyum geli mendengarnya, ia memandang Shella serta Cello bergantian.

"Gue gak apa La, untung luka nya gak dalem" Alfret menggenggam tangan Shella yang berada tepat di atas tangannya yang di infus.

Cello memalingkan wajahnya melihat hal itu, ada sesuatu yang aneh pada dirinya, yang ia sendiri juga tak tahu apa.

"Lain kali lebih hati-hati ya Al, jangan buat gue khawatir kayak gini" Shella mengerucutkan bibirnya kesal yang membuat Alfret tertawa geli walau berakhir kembali meringis karena merasakan sakit, hal itu pula tak luput dari penglihatan Cello.

"Ternyata cewek bar-bar kayak lo juga bisa khawatir ya?" 

Mendengar itu Shella refleks memukul bahu Alfret pelan, keduanya kembali tertawa.

"Oh ya Al kenalin nih, temen baru" ucap Shella sambil memandang ke arah Cello. Perempuan itu tersenyum sangat manis, sempat membuat Cello termangu.

Not MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang