03

3.8K 346 84
                                    

Dua pria berlainan warna kulit kini jalan berdampingan di bawah guyuran daun kering jingga kemerahan yang berguguran.

Angin bersilir-silir, mencuit kulit dengan lembut. Hening yang syahdu menemani mereka menuju bangku besi di taman kota.

Pagi sekali, saat langit di luar masih berpendar biru gelap dan ufuk timur masih pulas nelangsa.

Min Yoongi menuntun langkah demi langkah Taehyung ke depan pelan namun pasti. Memegang erat lengan mulus istrinya itu hati-hati.

Dan, Taehyung amat menggemari sentuhan manis suaminya kini. Sangat suka dan hafal akan kulit kasar nan kering khas punya Min Yoongi.

Walau sepasang netranya tak diberi kesempatan oleh Tuhan untuk dapat melihat sempurna, suara hatinya dapat menggambarkan seperti apa perawakan Min Yoongi itu.

Membayangkan sosok pria penuh kasih sayang yang hobi menyemprotkan parfum mahal, berkacamata dan berambut wangi.

15 menit waktu efektif yang ditempuh dari pondok menuju pusat kota dengan berjalan kaki.

Mereka tiba disitu pertama kali, saat tidak---nyaris belum ada siapapun.

"Dr. Taehyung.." Si pucat berujar pelan bak berbisik, menangkup dua bahu dingin itu.

"Em?" Jemarinya bergerak lincah, membingkai wajah Yoongi dan meraba-rabanya dengan sorot mata kosong.

"Boleh aku minta tolong satu hal?" Jari Yoongi yang lentik menimpa tangan halus istrinya.

Taehyung mengangguk patah-patah, membuat pria Min menarik sudut bibir lega.

"Tetaplah berada disini untuk satu hari. Aku pasti akan menjemputmu. Nne?" Permintaan Min agak memohon, tersirat keputus asaan dan syok.

Taehyung mendongak sedikit, lelaki itu tak mengatakan apapun. Namun, ekspresi wajah sedihnya menjawab semua.

Ingin rasanya dia mengoarkan protes dan berteriak melarang.  jangan pergi. Dan jujur, Taehyung sangat takut pada momen ini.

Karena, Taehyung amat kenal situasi ini, bahkan pernah mengalami sikon menyakitkan seperti ini.

'Kau percaya padaku kan, Tae?'







'Aku akan kembali.'







'Cuma sebentar saja, aku akan kesana.'


Mengingat kembali rasanya amat menyesakkan, mengorek luka lama yang perlahan mengering. Sakit hari itu kembali menorehkan cakarnya yang membabi buta.

Namun, apa posisinya bagi si pucat Min? Dia punya hak apa?

Min Yoongi hanya pria asing yang bermurah hati menampungnya gratis, memberi tempat berteduh serta asupan makanan.

"Aku tau kau mungkin menganggapku menipumu untuk pergi. Tapi, setidaknya biarkan aku membuatmu percaya pada kata-kataku ini. Aku pasti menjemputmu."

Lalu, Taehyung menjawab permohonan Yoongi dengan bahasa isyarat, menggerak kedua tangan kaku nya yang bermakna

'Pergilah dan hati hati dalam perjalananmu. Jangan cemaskan aku dan temuilah keluargamu Yoongi-ssi. Peluk mereka dan sambut dengan hangat.'

Satu isak tangis kecil merembes. Mengiringi setiap gerakan isyaratnya, air itu tumpah sendirinya tak sesuai kehendak.

Pria berbalut cardigan hitam itu kemudian berjongkok di hadap muka si dokter, mengusak dan membelai pipi Taehyung.

Sementara yang disentuh memejam mata patuh dan meresapi telapak besar Min.

U T O P I A | YOONTAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang