12

1.7K 206 82
                                    

play music on if you want bapereu

.

.


.

Jalanan kota pagi ini kelihatan mendung berwarna keabuan gelap berhias gelendat awan gemuk.

Sebentar lagi musim dingin pergantian tahun akan menyapa.

Seperjalanan kembali dari tabib misterius di tengah pegunungan dekat hilir air terjun, Min terduduk diam di kursi penumpang.

Sudah jalan 2 jam, dan mobil sewaan yang dirental Yoongi berjalan kelewat tenang.

Rasa-rasanya ia seolah menaiki kendaraan yang akan mengantar arwahnya ke Surga.

Persetan, alam baka pun tidak akan sudi menampung jiwa berlumur dosa punya Min ini.

Membiarkan wanita lelah di samping tertidur di selasah pundaknya yang dingin. Jimin memegang botol berisi air bunga itu erat di bawah salugan pangkuan sempitnya.

"Umh--hello.. excuse me..mister?" Bunyi clik clik dari jentik tangan pria paruh baya itu mengejutkan Min Yoongi.

Yoongi tercengang, kemudian berdeham agak keras. "Yes, what's happen?"

"Dapatkah saya menyetel lagu di radio tape mobil? Hm, perjalanan kita akan menempuh waktu sekitar 40 menit lagi. Jadi, apa Tuan terganggu jika saya pasang musik?"

"Lagu jenis apa yang akan kamu putarkan?"

"Mungkin instrumen ballad dengan solois,-- Gummy?"

Tidak ada suara, namun supir itu mendapati anggukan pelan dari customer pertamanya.

Menopang dagu di kaca mobil, Yoongi menombak arah pandang ke luar jendela yang terbuka.

Menerbangkan poni, dan angin menyapa wajah pucatnya yang semakin kurus.

Iris Yoongi meredup, seluruh dunianya meruntuh. Jiwanya kosong, perlahan-lahan mati dengan sendirinya.

Satu tangan kirinya terangkat, mengamat satu cincin berlian putih sebagai pertanda dirinya terikat dengan pokok suci itu.

Pernikahan.

"Mau menjalani hidup bersamaku, Jim?"

Gadis Park menunjukkan ekspresi datar, tidak terkejut sama sekali.

"Aku tau berat untukmu menerimaku di saat kamu baru saja mematahkan hatimu, maka izinkan aku yang menjagamu sampai luka itu sembuh."

Mata Jimin berair berkaca-kaca, "Apa aku tidak terlihat gampangan jika aku menerima perasaanmu begitu saja, Min Yoongi-ssi?"

Lelaki kurus itu tersenyum tipis, mengulurkan jari kirinya. "Lumpuhkan tanganku ini kalau aku mematahkan harapanmu."

"Maka kamu akan kehilangan hidupmu, kamu tidak bisa bekerja dan melakukan apapun tanpa dua tanganmu."

Yoongi mengusap pipi montok yang basah itu. "Kalau itu artinya kamu bisa menerima lamaranku, maka akan kuberikan seluruh jumlah umurku untukmu. Jadi, boleh aku mengubah margamu nanti mulai besok?"

Senyum bulan sabit dari gadis semok itu pertanda Jimin mengiyakan bukti cintanya waktu akhir SMU, entah kapan. Lama sekali rasanya.

Yoongi terhanyut dalam kekuatiran benang kusut yang ia asak sendiri.

Mobil jip itu telah melintas areal parkiran rumah sakit terdahulunya, agak melambat karena antrean di depan yang begitu macet.

Pas sekali ketika mata sipit penuh asap gelap itu memerangkap bayang lelaki lusuh yang duduk melamun di kursi taman dekat RS.

U T O P I A | YOONTAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang