Chapter 31~Sakit dan Pengakuan~

1K 47 12
                                    

Seorang pemuda jangkung barusaja sampai di area kampus. Ia memarkirkan motornya di parkiran khusus mahasiswa, setelah itu ia berjalan menuju kelasnya. Ia berjalan santai sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celananya.

Tiba tiba ada seorang wanita berlari kearahnya dengan wajah yang tampak sangat senang, Aldi mengerutkan keningnya dan gadis itu tiba tiba memeluknya. Aldi terkejut, ia mengerjap pelan ia tidak membalas pelukkan wanita itu.

"Aldiii makasihh banyak, gue akhirnya bisa bujuk pak dekan." Ujarnya masih memeluk Aldi.

Aldi tersadar atas apa yang gadis itu lakukan, ia langsung melepaskan pelukkan gadis itu.

"Maaf sel, nggak enak diliatin orang. " Ucapnya sopan.

"Ohiya maaf, gue refleks seneng banget soalnya. " Ujar wanita itu, wanita itu bernama Gissel. Aldi hanya tersenyum samar.

"Aldi sekali lagi makasih banyak ya, berkat lo dekan nggak jadi DO gue. " Ujar Gissel sambil tersenyum manis.

"Sama sama. " Ujar Aldi singkat. "Gue duluan ya sel, " Gissel mengangguk, Aldi berlalu pergi.

Aldi menatap lurus kedepan, tiba tiba ia teringat ucapan papanya tadi pagi mengenai pernikahannya yang akan dipercepat, ia sebenarnya tidak masalah tapi bagaimana dengan Diva apakah dia setuju.

Reza datang menepuk pelan pundak Aldi. "Woy melamun aja lo. " Ujarnya. Aldi mengusap wajahnya gusar.

"Siapa juga yang melamun. "Ujar Aldi, Reza hanya mengeleng gelengkan kepalanya.

"Kenapa? Lo batal nikah sama Diva. " Ujar Reza, Aldi langsung menatapnya tajam dan menjitak kepala Reza.

"Sembarangan lo kalo ngomong." Ujar Aldi, sedangkan Reza meringis kecil sambil mengusap kepalanya.

"Gue kan cuma nebak bro, sensitif amat lo kalo yang berhubungan dengan Diva, lo cinta banget ya? " Ujar Reza,menaik turunkan alisnya.

"Lo pikir aja sendiri." Ujar Aldi dan ia berjalan meninggalkan Reza, baru beberapa langkah Reza memanggil.

"Woii Al, gue mau kasih tau sesuatu sama lo. " Ujarnya, langkah Aldi terhenti dan berbalik badan.

"Apaan?. "

Reza menghampiri Aldi dan merangkul pundak pemuda itu.

"Lihat arah jam 11." Ujar Reza, Aldi mengerutkan keningnya tapi mengikuti instruksi Reza ia melihat kearah jam 11. Ia sedikit memicingkan matanya untuk memperjelas penglihatannya.

"Kania disini? " Tanya Aldi, ia melihat Kania sedang duduk di salah satu bangku, menunduk ke handphone.

"Iya Kania disini, klo ada Kania pasti ada Diva. "

"Ngapain mereka disini."

"Tarissa kuliah disini bro, mungkin mereka mau ketemu sama Tarissa. "

"Al, kemungkinan Diva liat lo pelukkan sama Gissel, tadi gue liat dia jalan ketaman, mukanya kecut banget."

"Tadi itu Gissel meluk gue refleks karena seneng, dia nggak jadi di DO. " Aldi berubah menjadi serius, Reza terkekeh kecil.

"Cewek itu kebanyakan pake perasaan, kalo lagi marah logikanya nggak dipake. " Ujar Reza seraya menepuk pundak Aldi pelan.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia pergi meninggalkan Reza dengan terburu buru. Reza hanya menghela napas panjang melihat sepupu sekaligus sahabatnya itu.

"Ternyata lo bisa jatuh cinta bro. " Ucapnya bermonolog sambil tersenyum, ia teringat sesuatu dan melirik ke arah jam 11 dimana Kania berada. Gadis itu masih sibuk dengan handphone nya. Reza tersenyum kecil melihatnya.

Mencintai dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang