Epilog

38 7 0
                                    

Aku tidak mau tangisku dilihat oleh siapapun aku memutuskan untuk kemushola. Hari ini aku dengar-dengar akan ada rapat dadakan. Mungkin karena masalahku dan kaila? Entahlah aku tidak mau memikirkan hal itu lagi.

Kalau benar guru-guru akan rapat itu sebuah keberuntungan buatku untuk menenangkan diri dari semua masalah itu. Kata-kataku sudah terlalu berlebihan saat dilapangan tadi. Aku benar-benar tidak berpikir dengan bijak. Huufff dasar aku. Dan jikalau guru-guru gak rapat sama sekali itu urusan belakang. Karena hari ini aku cuma mau menenangkan diri dari amarahku yang meluap begitu saja. Dengan beraninya aku berbicara di atas mimbar upacara seperti itu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang sudah aku lakukan tadi.

"Kamu yang sabar ya fa". Ucap seseorang yang entah dimana keberadaannya.

Aku berbalik kebelakang ternyata suara itu milik sandi.

"Hmmm ya" singkatku

"Ada apasih fha kok nangis kan masalahmu sudah selesai?". Tanya sandi yang ternyata mengetahui diriku sedang menangis padahal aku sudah berusaha agar tangisanku tidak terlihat olehnya.

"Gak apa-apa kok san".ucapku sembari menghapus air mataku lalu berbalik ke arah sandi.

"Aku tahu kamu nangis fha, gak usah bohong". Umpat sandi lembut.

"San apa yang aku lakukan tadi itu kelewatan bangetya?". Tanyaku sambil menahan tangisku yang sebenarnya sudah tidak bisa kubendung lagi.

"Gak fha, apa yang kamu lakukan tadi itu udah benar. Kaila sangat menyesali perbuatannya dia benar-benar merasa bersalah padamu". Jelas sandi dan tersenyum padaku.

"Kaila pasti benar-benar sedih dan malu gara-gara perbuatanku tadi". kataku dengan mimik merasa bersalah.

"Apa yang udah terjadi biarlah terjadi. Mungkin ini cara Allah menyadarkan kaila. Kaila memang harus menerima resiko dari apa yang dia buat. Seperti pepatah bahwa siapa yang mengali lubang untuk orang lain maka dia sendirilah yang akan terjatuh dilubang yang dia buat sendiri". Ucap sandi yang berusaha membuatku tenang.

"Hmmm sandi aku bisa gak minta tolong sama kamu?".ucapku berharap dia mau melakukan permintaanku.

"InsyaaAllah jika aku bisa ya aku bakalan bantu". Singkatnya.

"Aku mau temani kaila beri dia semangat untuk memulainya dari awal. Kamukan sahabatnya dari dulu". Umpatku penuh harap sandi mau melakukannya.

"Itukan dulu fha dia jugakan yang gak nganganggap". Katanya berusaha menghindar. Aku tahu sandi sudah malas untuk berteman dengan kaila. Tapi bagaimanapun dia harus mau.

"San kaila udah nyeselkan kamu sendiri yang mengatakannya barusan, san dia sekarang membutuhkanmu. Beri dia semangat dan nasehat. Aku yakin dia akan berubah".jelasku padanya semoga saja dia menyetujuinya.

"Kenapa sih kamu fha udah di sakitin berulang-ulang tetap aja mau baik sama dia. Aku tuh heran tau nggak sama kamu". Ketusnya padaku dengan mimik murung.

"Manusia itu pasti pernah buat kesalahan san. Ingatlah yang memberikan maaf itu lebih mulia loh. Allah aja masih memaafkan kita yang imannya naik turun. Kita sebagai hambanya tidak sanggup memaafkan". Jelasku semoga dia mengerti dan mau menemani kaila.

"Hmmm yaudah apa kamu tahu kaila dimana?" Tanya sandi pertanda dia setuju.

"Dia mungkin dikelas kalau nggak disana mungkin di taman dekat perpustakaan". Kataku sambil mengarahkannya kemana jalan yang harus dia tempu.(kaya perjalanan jauh aja).

Sandi pergi meninggalkanku, aju yakin sandi pasti melakukannya.

Author pov

Sandi mulai mencari-cari keberadaan kaila dan memang benar kaila ada disalah satu tampat yang di sampaikan oleh fhafha tadi yaitu taman deket perpustakaan. Sandi menghampiri kaila dan mencoba untuk menenangkannya.

"Kenapa kamu sampai segitunya kai?". Tegur sandi.

"Aku benar-benar menyesal san".ucap kaila sambil menangis.

"Kamu sekarang sadarkan penyesalan itu ada di belakang?".ucap sandi sembari tersenyum."kamu harusnya beruntung kai punya teman seperti fhafa dia baik dan selalu memikirkanmu bahkan disaat sekarang ini."lanjut sandi menjelaskan.

"Iyya sandi aku tahu itu, tapi kenapa dia melakukan semuanya padaku?".kata kaila yang tetap menangis.

"Lalu kenapa kamu mengfitnah fhafa seperti itu sampai-sampai dia dihukum?". Kata sandi mencoba menyadarkan kaila.

Kaila hanya terdiam dan tangiskan kini kian mengalir deras dipipinya. Kaila sadar bahwa dirinya memang bersalah dia pantas menerima apa yang menjadi buah dari perbuatannya itu.

"Kau tahu kai? Fhafalah yang menyuruhku untuk menemanimu disini, aku sebenarnya tidak mau karena sikapmu yang membuatku malas untuk menemuimu. Tapi fhafa yang menyakinkanku untuk menemanimu. Sedang dia disana menyesali perbuatannya karena telah mempermalukanmu di depan semua orang. Yang aku anggap itu sudah imbang kau juga merasakan apa yang fhafa rasakan sebelumnya tapi dia menangis disana dan memikirkan dirimu". Jelas sandi kepada kaila.

Tangis kaila kian menjadi, kaila merasa bersalah kepada fhafa yang selalu membantunya dan menemaninya. Dia sadar bahwa fhafa adalah orang yang benar-benar pantas untuk dia jadikan sahabat.

"Kai aku sarankan temui fhafa sekarang dan minta maaf padanya".ucap sandi sambil tersenyum dan menyakinkan kaila.

"Tapi apa fhafa mau menerima maafku?". Tanya kaila seraya menghapus air matanya.

"Iyya kai aku yakin dia akan memaafkanmu percayalah padaku". Kata sandi mencoba menyakinkan kaila.

########

sahabat terbaik(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang