part 9

63 7 0
                                    

"Upacara akan segera dimulai, disampaikan pada semua siswa siswi agar berkumpul dilapangan!".ucap salah satu guru yanh tidak kukenal namanya.

Teman-teman kelasku mulai berlarian menuju ke lapangan sekolah untuk mengikuti upacara. Aku berjalan dengan kepala tertunduk karena aku tak mampu melihat mata-mata kebencian itu. Aku berdiri paling belakang.

"Itukan pencuri ponselnya bu dina".bisik disekilingku

Kata-kata itu benar-benar membuat perasaanku bercampur aduk marah,sakit,sedih,kesal dan benci.

Aku berusaha untuk terus bersabar dengan semua ini. "Ya Allah kumohon kuatkan aku". Pintaku pada tuhan.

Usai upacara .....

Sebelum guru dan siswa yang lain meniggalkan lapangan aku cepat-cepat meraih microfon yang berada di atas mimbar pembina upacara itu lalu

"Aku memohon pada semua guru dan teman-teman semuanya jangan ada yang meninggalkan lapangan". Tegasku penuh rasa sesak sambil menggenggam tanganku sendiri

Beberapa guru mencoba menghentikanku tapi beruntungnya sang kepala sekolah memerintahkan agar semuanya tidak meninggalkan lapangan

"Tolong maafkan aku, aku hanya ingin membuktikan diriku tidak bersalah. Aku bukan pencuri ibuku tidak mengajarkanku untuk melakukan hal sekeji itu. Aku hanya ingin harga diri dan kehormatan ibuku kembali. Ibuku ikut difitnah bahwa dia tidak pandai mendidik seorang anak. Aku tidak terima ibuku di jelek-jelekkan. Dan mengapa jilbab yang kikenakan juga ikut disalahkan? Kalian semua begitu mudah percaya dengan apa belum jelas terbukti. Kalian benar-benar bodoh. mempercayai sesuatu dengan begitu mudah. Bu dina kenapa? Kenapa bu mempercayai tuduhan terhadapku tanpa ingin mendengarkan penjelasanku? Bu dina adalah orang selalu aku idolakan disekolah ini karena wibawa dan kebaikannya tapi bu dina tidak percaya kepadaku" ucapku dengan nada lantang sembari menghapus air mataku. "Sarah aku mohon bantu aku untuk membuktikannya". Kataku sembari turun dari mimbar namun tetap membawah microfon lalu memberika nnya pada sarah.

Sarah mulai menjelaskan semuanya dialah satu-satunya saksi yang aku punya.

Saat aku dihukum tinggal dirumah aku ke rumah sarah dan menemuinya.

"Sarah kamu maukan membantuku untuk jadi saksi bahwa aku tidak bersalah?". Kataku penuh harap dia mau membantuku.

"Apa benar kamu tidak melakukan semua itu?"tanyanya ingin memastikan.

Aku hanya mengangguk. Aku berusaha meyakinkan sarah bahwa aku tidak melakukan hal sekeji itu dan alhamdulillah sarah mempercayaiku. Aku meminta bantuannya agar mendekati kaila karena dari pertama kejadian itu aku hanya mencurigai kaila yang telah mengfitnahku. Aku menyarankan agar sarah selalu dekat dengan kaila dan berusaha menjadi teman dekat dan berusaha memancing kebenarannya dari kaila lewat-lewat bujukan-bujukam sarah bahwa sarah tidak akan memberitahu siapapun.

Tempo hari berikutnya sarah mengabariku bahwa dia sudah melakukan apa yang seharusnya dia lakukan dan ternyata dugaanku memang benar kailalah yang menjebakku.

*********

Setelah sarah menjelaskan semuanya didepan para guru dan siswa lainnya mereka hanya terdiam percaya tidak percaya dengan apa yang sarah ucapkan tentang kebenarannya.

"Semua itu bohong!". Ketus kaila dengan mimik wajak yang geram tapi juga terlihat ketakutan. "Sarah hanya berusaha mengfitnahku karena takut pada ancaman fhafa". Lanjutnya

"Siapa bilang sarah berbohong? Jika memang sarah mengfitnahmu bagaimana perasaanmu?" Kataku sembari mendekati kaila.

Kaila hanya tertunduk diam tak mampu berkata-kata.

"Kenapa diam kai? Lebih baik kamu jujur saja kai agar masalah ini cepat selesai". Ucapku sembari memberikan microfon kepadanya.

Kaila mulai terlihat begitu tegang dan ketakutan. Tapi dia tetap saja berbohong dan tidak mau mengakui kesalahannya.

Masalah kecil jika tidak diselesaikan dengan cepat maka akan menjadi-jadi.

"Baiklah jika kau tidak mau jujur. Aku akan memberi satu bukti lagi kepada semuanya". Kataku sedikit mengancam agar kaila ingin mengakui kesalahannya.

Tapi dia masih tetap tertunduk diam dan berkaca-kaca dan berusaha menahan tangisnya.

"Kaila jika kau ingin menjebak seseorang kau harus lebih pintar dari orang yang ingin kau jebak bukan malah sebaliknya". Umpatku sedikit tertawa sinis.

Rasa kasihan, simpati terhadapnya? Jangan ditanya lagi aku sudah tidak merasakan rasa itu lagi rasa yang selalu aku rasakan padanya saat orang-orang membicarakannya dari belakang.

Tapi dia sudah tidak meninginkan kehadiranku lagi jadi aku akan wujudkan itu sekarang

Jahat? Aku ataukah dia yang jahat?

Apa yang aku lakukan salah? Dan bagaimana dengan yang dia lakukan padaku?

Apa dia pernah berpikir untuk tidak melukai perasaanku. Dia tidak pernah sama sekali berpikir untuk hal itu.

Dengan cepat aku mengeluarkan bukti bahwa aku tidak bersalah atas tuduhan yang disampaikan kaila itu yang membuat banyak guru mulai membenciku begitupun teman-temanku.

Suara rekaman kailalah yang menjadi bukti berikutnya saat aku dengannya di toilet pagi tadi. Saat itu dia mengakui semuanya tapi tidak mau mengakuinya didepan semua orang.

Setelah membuktikan diriku tidak bersalah aku membuat kaila mati kutu sehingga tidak ada satu kata pun yang ia lontarkan. Dia hanya terdiam mendengarkan semua yang aku katakan lembut namun menusuk

Orang-orang di sekitarku melihat kearahku karena memang orang yang selama ini mereka kenal adalah seorang pendiam dan kini yang dilihat adalah fhafha yang begitu meluapkan amarahnya dan kata-katanya membuat kaila bungkam dengan rasa takut.

"Fha tolong maafkan aku. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi aku akan terima apapun hukumannya". Kata kaila memohon sembari memengang tanganku.

Kaila menangis dihadapan semua orang dan meminta maaf mata-mata kebencian yang terarah padaku pago tadi kini sedang menatap kaila yang sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Kaila kamu benar-benar gila!". Kata bu dina sembari melayangkan tangannya namun terhenti sebelum mendarat ke wajah kaila."Kamu saya hukum skorsing 1 bulan". Lanjut bu dina dengan sorak kemarahannya karena begitu merasa bersalah kepadaku.

Bu dina melangkahkan kakinya menuju diriku lalu meminta maaf padaku sambil mengelus kepalaku. Aku hanya meminta bu dina agar membatalkan hukumannya pada kaila aku tidak tega melihatnya dihukum seperti itu.

Bu dina lalu membatalkan hukumannya. Karena tidak kuat untuk menangis aku berlari dan meninggalkan lapangan.

Isakku terpecahkan, "Ya Allah apa yang sudah aku lakukan. Apakah aku salah? Apa aku kelewatan?". Berontak batinku

#######

Tinggal satu part lagi nih baru selesaj cerpennya. Jangan lupa vote yaa dan komen juga serta kritiknya

sahabat terbaik(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang