Aku mulai menulis saat rasanya hatiku sudah tidak mampu untuk memendam dan mulutku tidak menemukan seorang pun yang bisa ku percaya untuk berbagi. Puisi bukan hanya soal seni, puisi adalah sakit yang menjerit yang tidak kedengaran suaranya, puisi adalah air mata pada wajah tanpa teraba basahnya. Bagiku, puisi memang cara terindah untuk menutup depresi sekaligus cangkul terbaik untuk menggali kuburku sendiri.
YOU ARE READING
fatamorgana
PoesíaMungkin aku terlalu giat menghadirkan tinta pada secarik kertas, sehingga ia tumpah dan memenuhi seluruh bahagian. Tanpa kusedari bahawa tak ada lagi celah untuk aku menulis.